PATI – Mondes.co.id | Persipa Pati menghadapi tantangan besar dalam mengarungi Liga 2 Indonesia.
Mulai dari sponsor yang menunggak, hingga subsidi dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang belum cair selama dua bulan.
CEO Persipa Pati, Joni Kurnianto mengatakan, persoalan serius itu menjadi tantangan besar, terutama menjelang laga play-off melawan Persipura Jayapura di Papua.
“Memang ada kendala dari sponsor. Ada satu yang gagal dan dua lainnya belum membayar. Jadi terus terang masalah keuangan ini menjadi beban besar bagi kami,” ujarnya, Senin (20/1/2025).
Tak hanya itu, Joni juga mengeluhkan subsidi dari PT LIB untuk Desember 2024 dan Januari 2025 yang belum diterima.
“Ini sangat memberatkan. Apalagi soal sponsor juga macet. Doakan saja supaya keuangan kami bisa lancar,” lanjutnya.
Menurut Joni, keterlambatan ini berdampak besar pada operasional tim berjuluk Laskar Saridin.
“Kalau LIB telat bayar subsidi, kita juga bisa telat menggaji pemain. Kalau itu terjadi, pasti jadi masalah besar,” ungkapnya.
Persipa Pati saat ini tergabung dalam grup play-off bersama Persipura Jayapura dan Persipal Palu.
Namun, Joni mengaku kecewa dengan beberapa keputusan PT LIB, terutama terkait perubahan jadwal dan hasil pertandingan yang dinilainya tidak adil.
“Rencana lawan kita berubah, malah ketemu Persipura. Ini beban berat. Saya kecewa dengan keputusan LIB, apalagi kalau keputusan wasit bisa diubah begitu saja di lapangan,” terang dia.
Joni juga menyampaikan kritik keras terhadap pertandingan antara Deltras Sidoarjo dan Persibo Bojonegoro yang sempat diwarnai kericuhan.
“Keputusan wasit bisa diubah di atas meja. Itu konyol. Kalau begini, semua tim bisa berpikiran harus ribut dulu supaya mendapat perhatian,” keluhnya.
Meski kecewa, Joni tetap menekankan pentingnya menjaga sportivitas dan keamanan dalam setiap pertandingan.
“Kami selalu berusaha menjaga wasit, pemain, dan pertandingan agar tidak ada kekerasan. Jangan sampai kita dirugikan dengan model seperti ini,” tegasnya.
Joni yang juga anggota DPRD Pati mengaku sempat terpikir untuk mundur dari dunia sepak bola akibat berbagai kekecewaan ini.
“Saya sudah pegang klub sejak 2007, dan ini adalah hal paling konyol yang pernah saya alami. Malu rasanya sebagai pelaku sepak bola,” tutupnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar