JEPARA – Mondes.co.id | Hari Raya Galungan adalah salah satu peringatan keagamaan bagi umat Hindu di seluruh Indonesia. Termasuk di Jepara juga merayakan Hari Raya Galungan.
Hari Raya Galungan adalah hari raya keagamaan bagi umat Hindu untuk memperingati terciptanya alam semesta dan seluruh isinya.
Selain itu, juga untuk merayakan kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan).
Sebagai bentuk ungkapan syukur, umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan ini dengan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya). Saat peringatan hari raya ini, maka umat Hindu akan memasang Penjor (semacam hiasan bambu sesuai tradisi masyarakat) di tepi jalan setiap rumahnya yang merupakan aturan di hadapan Bhatara Mahadewa.
Kata “Galungan” berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti bertarung. Galungan juga biasa disebut dengan ‘dungulan’ yang artinya menang. Meski terdapat perbedaan penyebutan Wuku Galungan di Jawa maupun Wuku Dungulan di Bali, keduanya memiliki arti yang sama yaitu wuku yang kesebelas.
Di Jepara, sebanyak 50 umat Hindu di Pura Giri Tungka, Desa Plajan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara merayakan Hari Raya Galungan, kemarin. Beberapa saat sebelum sembahyang Galungan, pemangku agama melakukan prosesi mecaru.
Disajikan sesajen berupa ayam yang sudah disembelih, gunungan berbentuk nasi dengan empat macam warna yaitu putih, hitam, kuning, dan merah. Ada juga canang yang berisi hasil bumi, ketupat, beras dan minuman berupa air nira, arak, atau air tape sudah terlebih dahulu disiapkan di meja sesaji.
Parsini, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Jepara menjelaskan, Mecaru merupakan sebuah prosesi untuk menetralisir roh jahat agar tidak mengganggu umat Hindu yang akan melakukan sembahyang Galungan.
Usai melakukan proses Mecaru, pemangku agama masuk ke dalam Pura untuk memimpin sembahyang Galungan. Umat Hindhu yang hadir kemudian mengalunkan tembang macapat berupa Kidhung Pangkur dan Sinom.
”Makna dari Galungan ini merupakan kemenangan dari Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Kejahatan). Galungan ini juga moment yang bagus untuk introspeksi diri. Jadi sekuat apapun kejahatan akan menang atau dikalahkan oleh kebenaran,” katanya.
Sebelum dimulainya sembahyang Galungan, Umat Hindhu juga sudah terlebih dahulu melakukan prosesi untuk membersihkan diri baik secara lahir maupun batin.
Sembahyang Galungan sendiri dimulai sejak pagi dan harus selesai sebelum jam 12 siang. Setelah memperingati Hari Raya Galungan, umat Hindhu kemudian bersiap memperingati Hari Raya Nyepi. Di mana prosesinya dimulai, Jumat 1 Maret 2024.
Rencananya, pada Hari Raya Nyepi umat Hindu Jepara akan mengadakan bakti sosial, yakni membersihkan lingkungan tempat ibadah dan lingkungan di sekitar rumah. Kemudian, dilanjutkan dengan pembagian beras kepada umat yang membutuhkan dan ditutup dengan kegiatan donor darah.
Di hari Minggu 10 Maret 2024, juga akan dilakukan Upacara Melasti bagi Umat Hindhu di Pantai Tirta Samudera Bandengan, sebagai salah satu rangkaian memperingati Hari Raya Nyepi. Biasanya, pada upacara Melasti ini banyak masyarakat atau wisatawan yang dating untuk menyaksikan upacara tersebut.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar