Dinkes Pati Lakukan Pengamatan dan Upaya Pencegahan Cacar Monyet di Berbagai Faskes 

waktu baca 3 menit
Sabtu, 11 Nov 2023 16:41 0 782 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Cacar monyet, atau juga dikenal sebagai monkeypox, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini mirip dengan cacar air pada manusia dan dapat menimbulkan gejala serius pada primata, termasuk manusia.

Sejauh ini, virus cacar monyet baru ditemukan di Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, sebanyak 30 warga terinfeksi monkeypox.

Meski penyebarannya masih berkutat di DKI Jakarta, tetapi daerah lain dianjurkan mewaspadai bilamana virus tersebut menyebar. Apalagi DKI Jakarta masih berada di Pulau Jawa, maka provinsi lain di Jawa tetap mewaspadai adanya monkeypox.

Menanggapi hebohnya penyebaran virus tersebut, Dinkes Kabupaten Pati angkat bicara. Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Pati, dr. Joko Leksono Widodo menyampaikan, di Indonesia sudah ada monkeypox. Akan tetapi, kasus tersebut belum ditemukan di Provinsi Jawa Tengah. Kasus yang menimpa pasien di DKI Jakarta didominasi orang dewasa.

“Cacar monyet ini penyakit karena virus yang awalnya dari hewan ke hewan, kemudian menular dari hewan ke manusia. Di Indonesia sudah ada monkeypox, kebanyakan yang sudah terjadi ada pada dewasa. Di Jateng belum ada,” ucapnya Jumat, 10 November 2023 saat mengisi talkshow kesehatan di Rumah Sakit Keluarga Sehat Pati.

Dirinya mengatakan bahwa telah melakukan surveilans ke berbagai fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Pati, demi memantau kondisi kesehatan masyarakat secara dini. Namun, sejauh ini belum ada kasus tanda-tanda ditemukannya pengidap cacar monyet.

BACA JUGA :  215 Kades Terpilih di Pati Laksanakan Vaksinasi Covid-19

“Kami sudah dapat surat dari Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi tiga minggu yang lalu, Kamis kemudian surati semua Puskesmas dan rumah sakit agar siap-siap mengantisipasi monkeypox. Saat kami lakukan surveilans di beberapa Puskesmas belum menemukan, baik anak maupun orang dewasa,” ucap dr. Joko.

Dinkes Kabupaten Pati menjelaskan perbedaan cacar air dengan cacar monyet. Pada penyakit cacar air, terdapat bintik-bintik secara menyeluruh di badan. Namun, pada cacar monyet terdapat bintik maupun vesikel di bagian tertentu seperti telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Lalu kondisi sekujur tubuh menjadi panas.

“Seperti cacar air, tetapi kalau cacar monyet secara bintik ada di telapak tangan, telapak kaki, wajah dengan vesikel besar-besar disertai panas. Kalau cacar air kan bintiik-bintik secara menyeluruh. Yang khas pada cacar monyet, timbul vesikel pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki,” urainya.

Ia mengimbau, masyarakat menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) agar terhindar dari penularan virus monkeypox. Apalagi virus tersebut bisa menular melalui droplet maupun direct contact.

“Penularan virus ini bisa droplet, bisa juga kontak erat. Untuk masyarakat kami imbau sering cuci tangan, tetap pakai masker dan jaga jarak. Tidak ada trik khusus yg diberikan, yang penting jalankan dan lakukan PHBS,” pesannya.

Ia berharap seluruh fasilitas kesehatan (faskes) segera melaporkan bila ditemukan kasus monkeypox. Serta responsif bila ada masyarakat yang datang untuk mempertanyakan gejala penyakit serupa. Apalagi banyak terjadi disinformasi terhadap penyakit tersebut di tengah masyarakat.

“Harapan kami seluruh fasilitas kesehatan siap menerima pasien dan tanggap melaporkan. Ada masyarakat yang bertanya-tanya konfirmasi monkeypox, padahal mereka ternyata cacar air biasa. Kadang di perubahan cuaca yang menyebabkan datangnya penyakit cacar menyebabkan masyarakat takut,” ujarnya.

BACA JUGA :  Petani Pundenrejo Bersihkan Puing-puing Pembongkaran Posko Perjuangan

Dirinya menjelaskan asal mula penyakit cacar monyet. Penyakit tersebut sudah dikonfirmasi sejak 1958 dengan penularan dari monyet ke monyet. Pada 1970, penyakit menyebar dari penularan monyet ke manusia.

Sejak saat itu, penyakitnya masih kerap ditemukan sampai sekarang. Namun kasusnya naik-turun.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini