KUDUS – Mondes.co.id | Sebanyak ratusan mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) di eks-Keresidenan Pati mendeklarasikan diri bubar dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Minggu (1/9/2024).
Eks Ketua Mantiqi II JI, Abu Fatih mengatakan, ada ratusan mantan anggota JI wilayah Keresidenan Pati yang berkumpul di Kabupaten Kudus.
Para jemaah menyatakan serta mendeklarasikan pembubaran JI yang sebelumnya sudah dilaksanakan di Bogor pada 30 Juni 2024.
“Jadi hari sosialisasi yang diharapkan nanti semua peserta pada dasarnya eks anggota JI melakukan deklarasi mendukung pembubaran JI yang sudah dilaksanakan oleh seniornya,” ujarnya.
Terdapat sejumlah poin dalam deklarasi tersebut, yakni mantan anggota Jamaah Al Islamiyah wilayah Keresidenan Pati mendukung terhadap pembubaran Jamaah Al Islamiyah oleh masyayik di Bogor tanggal 31 Juni 2024.
Poin selanjutnya, siap kembali ke pangkuan NKRI dan terlibat aktif mengisi kemerdekaan, serta menjauhkan diri dari pemahaman dan kelompok atau ekstrem.
Ketiga adalah siap mengikuti peraturan hukum yang berlaku di NKRI. Serta berkomitmen dan konsisten untuk menjalankan kewajiban yang merupakan konsekuen wajibnya.
Abu Fatih menjelaskan, deklarasi pembubaran di Kudus ini dilakukan yang ke-30. Sebelumnya beberapa kota juga adanya deklarasi pembubaran JI. Total ada 5.000 mantan anggota organisasi JI yang telah mendeklarasikan membubarkan diri.
Terlepas dari itu, Abu Fatih mengungkapkan, organisasi JI didirikan oleh Ustaz Abdullah Sungkar di Malaysia pada tahun 1993. JI berusia 31 tahun, namun secara resmi telah dibubarkan.
Awalnya, JI didirikan untuk bisa membangun amal dan memberikan kemaslahatan umum kepada umat dan bergerak di bidang dakwah.
Namun dalam prosesnya, tepatnya setelah ditinggal wafat Abdullah Sungkar, justru terjadi pembelokan atau penyimpangan dari tujuan awal.
“Seperti jihad pada awalnya diniatkan untuk membela kaum Muslimin, jihad kepada diri karena ada pendzoliman kelompok lain atau orang lain,” imbuhnya.
Namun hal tersebut lanjutnya terjadi pembelotan. Jihad yang terjadi justru menyerang seorang atau kelompok.
Abu Fatih mencontohkan adanya anggota JI yang terlibat pengeboman di Bali awal tahun 2000-an lalu.
Menurutnya, kejadian itu bukan kebijakan dari organisasi, namun inisiatif anggota sendiri. Abu Fatih menilai kejadian tersebut merugikan organisasinya.
“Tapi akhirnya terjadi pembelokan misalnya menjadi jihad menyerang seperti terjadi bom di Bali. Itu memang tidak direncana oleh jemaah dalam arti lembaga, dalam arti kepemimpinan, tetapi itu dilaksanakan anggota yang menemukan jamaah ini lemah, kemudian inisiatif sendiri. Inisiatif ini kan membelokan arah dan merugikan,” bebernya.
“Karena kejadian ini berulang tidak cuma sekali, kalau ini tidak dibubarkan, maka akan terjadi penyimpangan yang lebih jauh. Karena kita membangun jemaah atas dasar kaderisasi memberikan dakwah,” imbuhnya.
“Akhirnya setelah berdiskusi landasan ilmu, pertimbangan strategi dan kembali melihat azas kemaslahatan, jadi kami simpulkan berbahaya kalau tidak dibubarkan. Maka hari ini terjadi sosialisasi yang ke-30 beberapa daerah melakukan sosialisasi,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar