PATI – Mondes.co.id | Nelayan tradisional yang mengais mata pencaharian di Sungai Silugonggo, terpaksa mengencangkan ikat pinggang.
Pasalnya, Sungai Silugonggo atau Sungai Juwana mengering pada musim kemarau tahun ini.
Keringnya sungai merupakan fenomena yang baru kali pertama terjadi. Sehingga, nelayan tidak mampu bersiap dengan keadaan.
Nelayan, Lasno mengatakan, nyaris sebulan tidak bisa mencari ikan akibat sungai yang kering.
“Saya sudah hidup 71 tahun, baru kali ini sungai ini tidak ada airnya. Ini tentunya merugikan. Tidak sumber airnya saya tidak bisa cari ikan,” keluh warga Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus itu.
Lasno mengaku, Sungai Silugonggo menjadi satu-satunya sumber ekonomi untuknya. Per hari, ia bisa mendapatkan puluhan hingga ratusan ribu rupiah dari hasil mencari ikan di sungai ini.
“Biasanya sehari dapat ikan sekitar 25 kilo bahkan bisa setengah kuintal. Ada lundu, gabus, rengkek. Itu kalau diuangkan bisa Rp50 sampai Rp150 ribu. Benar-benar jadi penghasilan,” tuturnya baru-baru ini.
Dia menyebut, ada ratusan nelayan tradisional lainnya yang senasib dengannya. Mereka kehilangan mata pencaharian akibat mengeringnya Sungai Silugonggo.
“Ada ratusan nelayan di sini. Ada yang dari Mintobasuki, Banjarsari, Gadingrejo, Bungasrejo. Sudah tidak cari ikan satu bulan ini. Jadi nelayan kecil ini nganggur,” helanya.
Diberitakan sebelumnya, Sungai Silugonggo atau yang lekat disebut Sungai Juwana, Kabupaten Pati, mengering. Fenomena ini cukup langka terjadi, sehingga cukup menghebohkan publik.
Meski tidak semuanya, tetapi kebanyakan titik debit air telah menyusut. Sementara titik paling parah tak ada air berada di bawah Jembatan Tanjang, Kecamatan Gabus.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar