PATI – Mondes.co.id | Seorang produsen telur ayam asal Kabupaten Pati, yaitu Selviana mengaku jika harga telur ayam yang ia jualkan tidak kunjung merangkak naik. Selama beberapa bulan terakhir, menurutnya harga telur masih rendah bahkan cenderung turun, mulai dari tingkat eceran maupun grosir.
Dalam pantauan terkini, harga telur ayam di Kabupaten Pati produsen ada di kisaran harga Rp24.500 sampai dengan Rp26.500 per kilogram. Menurut wanita berusia 24 tahun itu, situasi demikian membuatnya mengeluh karena khawatir rugi.
“Harga telur sekarang benar-benar turun, walaupun kadang stabil. Mentok harganya hanya segini, kalau di peternak besar Rp24.500 per kilogram ketika penjualan banyak, tetapi kalau di peternak kelas menengah dijualnya ke toko-toko senilai Rp26.500 per kilogram,” ungkapnya ketika menunjukkan jenis telur yang berwarna cokelat, Rabu, 20 Desember 2023.
Di sisi lain, harga telur ayam yang berwarna putih miliknya kini berada di angka Rp23.400 sampai dengan Rp24.000 per kilogram. Menurutnya, harga antara telur cangkang cokelat dengan cangkang putih beda karena struktur fisik telur bercangkang cokelat jauh lebih kokoh dibanding putih.
“Saya menjualnya telur cokelat sama telur putih. Untuk kandungan nutrisi sebetulnya sama hanya ssaja cangkang yang putih lebih tipis, sehingga mudah pecah. Harganya ada selisih kira-kira Rp1.000 sampai Rp2.000,” sebut wanita asal Desa Tluwah, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Sebagai informasi, mendekati berakhirnya tahun 2023, ditambah menyongsong datangnya Hari Natal, berbagai harga kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) fluktuatif. Ada sejumlah komoditas yang naik ugal-ugalan, ada pula harga komoditas tertentu yang konsisten merosot turun, salah satunya telur ayam.
“Telur ayam mengalami penurunan di level konsumen, kini Rp26.000 per kilogram. Penurunan drastis terjadi sejak November, padahal pada bulan sebelumnya harga telur mencapai Rp31.000 sampai Rp32.000 per kilogram,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati, Hadi Santosa melalui Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan, Kuswantoro kepada Mondes.co.id beberapa hari yang lalu.
Kuswantoro berpendapat bahwa ketersediaan telur di dalam kota sudah terlalu banyak, sehingga harga bisa dikontrol. Tingginya persediaan telur bukan hanya dialami oleh Kabupaten Pati saja, melainkan juga dialami kabupaten lain yang biasanya memasok telur, seperti Blitar dan Kediri di Provinsi Jawa Timur.
“Harga yang mengalami fluktuatif ini semua karena kebutuhan berbanding permintaan dan ketersediaan. Selama ketersediaan ada, otomatis harga tidak akan melaju tinggi, itu sudah jadi hukum perdagangan,” urainya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar