SELAMAT IDUL FITRI

Nyadran Dam Bagong, Ritual Larung Kepala Kerbau Suryo Maeso Tunggo

waktu baca 2 menit
Jumat, 7 Jun 2024 12:39 0 578 Heru Wijaya

TRENGGALEK – Mondes.co.id | Ritual tahunan ‘Nyadran’ di Dam Bagong merupakan budaya turun temurun yang dilakukan oleh warga khususnya Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek.

KETUA PGRI PATI

Tradisi ini dilakukan dengan melarung atau menghanyutkan kepala kerbau bule (kerbau putih) untuk disedekahkan kepada alam di Dam (waduk kecil) bernama Bagong pada Jumat (7/6/2024).

Sedangkan prosesinya sendiri, kepala kerbau bule dikirab dari Desa Kerjo (makam Mbok Rondho Krandon) menuju Pendopo Manggala Praja Nugraha untuk kemudian diserahkan kepada warga Kelurahan Ngantru.

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin didampingi sejumlah pejabat di lingkungannya pun menyempatkan diri turut langsung mengikuti proses ritual. Termasuk, melarung kepala, berikut kaki, dan kulit Kerbau Bule yang dinamakan warga setempat Suryo Maeso Tunggo ke dalam Dam Bagong.

“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Desa Kerjo dan Ngantru, sekaligus siapa saja yang menerima manfaat dari aliran sungai Dam Bagong,” ungkap Bupati Nur Arifin usai kegiatan.

Menurut dia, secara substansial, acara ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk rasa syukur warga Trenggalek kepada Tuhan YME. Atas segala nikmat pemberian dan kesuburan di Bumi Menak Sopal.

“Kerbaunya dipilih yang terbaik jadi syukurnya betul-betul syukur,” imbuhnya.

Semoga nanti, masih kata dia, rezeki seluruh masyarakat akan diganti dengan yang lebih berlimpah. Meski beberapa waktu terakhir, kelihatannya kemarau dan kering, akan tetapi sudah mulai ada hujan turun.

“Alhamdulillah, hari ini diberi rintik hujan yang menenangkan hati. Semoga semuanya rejekinya lancar,” doa Gus Ipin, sapaan akrab bupati muda tersebut.

BACA JUGA :  Rasa Syukur Warga Ketanggan Membuncah Melalui Pelestarian Tradisi

Nyadran Dam Bagong sendiri merupakan tradisi turun temurun yang dipertahankan oleh masyarakat sekitar. Begitu juga dengan para petani yang lahan pertaniannya teraliri sungai dari Dam Bagong.

Oleh sebab itulah, setiap tiba penanggalan Jawa, tepatnya di Bulan Selo, mereka selalu menyisihkan sebagian rezekinya untuk mengungkap syukur melalui ‘Nyadran Dam Bagong’.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini