PASANG IKLAN DISINI

Kaborongan Tak Ada di Peta Kuno? Kok Bisa Jadi Rujukan HUT Pati!

waktu baca 4 menit
Rabu, 3 Agu 2022 11:17 0 1214 mondes

PATI – Mondes.co.id |  Hari jadi daerah, memang selalu menarik untuk disimak. Semakin ditelusuri, maka semakin bercabang fakta sejarah yang mencuat.

Misalnya pertanyaan, kenapa usia suatu daerah bisa sangat tua, padahal baru ditetapkan sebagai kabupaten setelah kemerdekaan Indonesia. Itupun, melanjutkan tatanan masa kolonial.

Apakah memang penentuan hari jadi ini, harus yang paling lama penyebutan nama daerah ditemukan.

Atau merujuk hal lain, seperti kondisi daerah sudah tertata secara politis dan administratif kala itu.

Tentu pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan terus bergulir, tidak hanya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, saja. Namun kontroversi penentuan hari jadi di daerah lain, hingga saat ini terus diperdebatkan.

Kabupaten Pati sendiri pada tanggal 7 Agustus 2022, bakal merayakan usianya yang ke-699.

Penetapan hari ulang tahun (HUT) Pati ini, diamini halayak banyak ditandai dengan pemindahan (boyongan) kekuasaan Kadipaten Pesantenan (nama lama Pati) dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan, dengan simbol pusaka Kuluk Kyai Kanigoro dan Keris Kyai Rambut Pinutung.

Kejadian itu, diperkirakan terjadi antara tanggal 3, 7, dan 14 Agustus. Oleh Tim Penyusun Hari Jadi Pati dalam seminar di Pendopo Kabupaten Pati pada 28 September 1993, dipilihlah tanggal 7 Agustus.

Sementara untuk tahun 1323, didasarkan pada Pisowanan Agung di Kerajaan Majapahit, masa pemerintahan Raja Jayanegara.

Dari situ, akhirnya tanggal 7 Agustus 1323 ditetapkan sebagai HUT Pati, dikuatkan dengan peraturan daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 1994.

Terlepas dari itu, ada segudang fakta sejarah yang menarik untuk disibak. Berikut fakta-faktanya;

  1. Kaborongan Tidak Ada di Peta Pati Kuno
Baca Juga:  Hari Bhayangkara, Polresta Pati Ziarah ke Makam Kapolres Pertama

Pegiat Sejarah, Ragil Haryo mengaku cukup janggal dengan peristiwa boyongan yang menandai hari jadi tersebut. Mengingat pada peta Pati kuno tahun 1858, tidak tertulis daerah dengan nama Kaborongan.

“Tidak tertulis daerah dengan nama Kaborongan, wilayah itu masih dinamakan Pandean. Padahal boyongan ini dari Kemiri ke Kaborongan,” ujarnya, Rabu (3/8).

  1. Kaborongan Berasal dari Bahasa Jawa Moderen

Ditelisik dari segi bahasa, ia menyebut Kaborongan berasal dari nama Borong, dan istilah ini cukup muda digunakan sebagai serapan bahasa Jawa. Dan bukan berasal dari bahasa Sanskrit (Sansekerta) yang lumrah digunakan untuk menamai daerah di masa lalu.

“Kaborongan di masa lalu kemungkinan pusat pengembangan kota dari Belanda, karena dilihat dari struktur wilayahnya di situ ada Kabupaten, Kauman, Pecinan yang merupakan identik buatan belanda untuk mengatur kelompok-kelompok tersebut,” bebernya.

  1. Ada Kepentingan Hindia Belanda dalam Cerita Boyongan

Ketika Kaborongan masuk kedalam Babad Pati, ia menduga ada campur tangan Belanda di situ.

“Kemungkinan ada kepentingan Belanda di situ. Saya juga bingung, ini Pandean kok, Kaborongan belum muncul, nah di Babad Pati kok sudah mucul,” jelasnya.

  1. Prasasti Tuhanaru Multi Tafsir

Selain itu, Pisowanan Agung penguasa Pati yakni Adipati Tambranegara pada 13 Desember 1323 ke Majapahit yang tercatat dalam prasasti Tuhanaru pun banyak dipertanyakan sejumlah pakar.

“Tafsiran prasasti itu banyak dipertanyakan banyak orang, karena multi tafsir,” terangnya.

  1. Nama Pati Kuno Bukan Pesantenan

Berseberangan dengan kebanayakan orang, Ragil mengutarakan ketidaksetujuannya jika nama Pati kuno adalah Kadipaten Pesantenan. Lagi-lagi kosa kata itu cenderung baru dan tidak ada dalam Sanskrit maupun Jawa Kuno.

“Belum saya temui naskah yang menyebut di naskah lawas, Pati sebagai Pesentenan. Nama Pesantenan berasal dari Santen (Santan), itu lebih ke nama-nama baru dimana bahasa Jawa sudah mengalami perkembangan besar di era Mataram,” ungkapnya.

  1. Pati Telah Eksis Masa Hindu-Budha
Baca Juga:  Ketua FKPRM : Data Pasien Covid yang Tersebar Buat Gaduh Jatim

Demikian, ia mengamini jika usia Pati memang sangat tua. Lantaran di era masa kejayaan kerajaan Hindu-Budha sudah dinamakan Bumi Pati.

“Dengan ada beberapa tafsiran. Misalnya yang diutarakan salah satu seorang profesor dari Undip, menyatakan bahwa Pati berasal dari nama Pati Yamca Bumi Yamca. Yang paling tua dari itu. Kemudian dari naskah mataram pun sudah disebut Pati,” rincinya.

  1. Kayu Beralit Penguasa Muria

Selain itu, lanjut Ragil, tidak sedikit pegiat sejarah yang berargumen baiknya HUT Pati didasarkan pada tulisan De Graff yang mana sebelum Penjawi, pernah ada Kayu Beralit di Babat Sengkalaning Mewana.

“Kala itu ada penguasa di wilayah Muria dengan nama Kayu Beralit. Kalau ditarik sekitar tahun 1400-an,” imbuhnya.

  1. Pembagian Wilayah di Masa Kolonial

Ragil beranggapan, seyogianya HUT Pati berdasarkan keputusan pemerintah Hinda Belanda ketika merubah sistem administrasi politik, yang diawali oleh Raffles yang mengenalkan Prefektur.

Hanya saja, Ragil belum menjumpai Staatsblad yang mengatur Regionscap (Kabupaten) di Jawa Tengah. Ia baru menemukan dokumen Staatsblad di periode 1904 yang membagi Kecamatan (underdistrict) di Pati.

“Nah mungkin untuk lebih sahih, kita bisa menemukan dokumen proses pembentukan kabupaten-kabupaten itu, inilah yang bisa menjadi acuan hari jadi kabupaten Pati,” katanya.

Terlepas dari banyaknya versi yang berbeda terkait cikal bakal hari jadi Pati, ia menilai hal itu sebuah kewajaran.

Dimana pascaorde baru (Orba), era keterbukaan dan akses informasi memang terbuka lebar, yang berimbas pada orang ingin mengulik tabir sejarah di daerahnya masing-masing.

“Mengenai kontroversi ini, mungkin banyak mempertanyakan kenapa umur Pati bisa setua itu, kok lebih tua dari Mataram Islam? Memang bicara Pati, Pati memang tua, apalagi melihat dari letak geografis di wilayah pesisir utara,” pungkasnya. (Dr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini