Wacana Bentuk Bumdesma Garap Program MBG di Jepara, Akankah Disetujui?

waktu baca 2 menit
Kamis, 24 Jul 2025 19:15 0 200 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Pemerintah desa di wilayah Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara diwacanakan membentuk badan usaha desa bersama (Bumdesma) untuk menggarap progam Makan Bergizi Gratis (MBG).

DBHCHT TRENGGALEK

Upaya ini diproyeksikan multimanfaat. Selain memperluas cakupan penerima program pemerintah pusat untuk pemerataan gizi siswa, juga sekaligus menambah pendapatan asli desa (PADes) di wilayah Kecamatan Tahunan.

Wacana ini mencuat saat kegiatan Bupati Ngantor di Desa Krapyak Kecamatan Tahunan yang digelar Kamis (24/7/2025).

Kegiatan ini dihadiri Bupati Jepara Witiarso Utomo, Wabup M Ibnu Hajar, Pj Sekda Ary Bachtiar, dan kepala OPD.

Kepala Desa Petekeyan Rohman mengatakan bahwa saat ini progam MBG memang sudah berjalan di wilayah Kecamatan Tahunan.

Hanya saja, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) 02 yang berlokasi di Desa Ngabul hanya mampu memenuhi kebutuhan MBG 3.000 siswa dari tiga desa yakni Langon, Ngabul, dan Tahunan.

Padahal di Kecamatan Tahunan ada 15 desa dengan puluhan ribu siswa mulai dari tingkat PAUD/TK hingga SMA atau sederajat.

“Kita ingin anak-anak pelajar di desa kami juga dijangkau progam MBG,” ujar Rohman.

Rohman mengusulkan agar progam MBG bisa dijalankan di tingkat desa.

Anggarannya berasal dari APBDes masing-masing desa.

Berdasar ketentuan sekitar 20 persen APBdes memang dialokasikan untuk ketahanan pangan.

“Mohon solusinya apakah bisa menggunakan anggaran itu,” ujarnya.

Bupati Jepara Witiarso Utomo mengatakan pihaknya akan mengkaji usulan terkait progam MBG tersebut.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait boleh tidaknya APBDes digunakan untuk mengcover progam MBG.

BACA JUGA :  Ingat Pentingnya Khittah Nahdliyyah 1926, NU Jangan Salah Pilih Pemimpin

“Kita kaji dan koordinasi dulu dengan BGN (Badan Gizi Nasional). Termasuk terkait kepastian pembayarannya,” ucapnya.

Jika mendapat lampu hijau, Bupati ingin progam MBG tidak hanya diurusi satu desa, namun melibatkan beberapa desa.

Hal ini karena progam MBG membutuhkan biaya besar sekitar Rp1,2 miliar hingga Rp2 miliar.

Menurutnya, hal itu akan mudah tercapai jika desa-desa membentuk Bumdesma.

Tiap desa patungan menyetor modal, sehingga terkumpul sesuai nominal yang dibutuhkan.

“Semisal satu desa modal Rp200 juta, kalau sendirian butuh 6 tahunan. Tapi kalau enam desa bikin Bumdesma, maka bisa langsung jalan,” jelasnya.

Menurut Bupati, jika progam ini bisa dijalankan, maka akan bisa menyumbang PAD desa.

Ujungnya juga bisa meningkatkan perekonomian di desa.

“Progam ini strategis karena Kopdes (Koperasi Desa Merah Putih) tidak menggarap MBG,” tandasnya.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini