Kemarau Basah, Kekeringan Wilayah Pati Diprediksi Tak Separah Tahun Lalu

waktu baca 3 menit
Rabu, 3 Jul 2024 14:53 0 514 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati mulai menyiapkan diri untuk antisipasi dampak musim kemarau.

Mengingat, sejak April 2024 lalu, cuaca di Bumi Mina Tani mulai panas, sehingga langkah-langkah mulai direncanakan.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya merujuk prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (BMKG), musim kemarau di wilayah Nusantara tidak akan disertai fenomena El Nino.

Sehingga dampaknya untuk Kabupaten Pati akan mengalami musim kemarau basah, bukan kering seperti tahun 2023.

Hal itu dibuktikan, selama April hingga Juli ini, kadangkala masih ada hujan yang turun.

“Upaya kita antisipasi kemungkinan timbulnya bencana kekeringan di musim kemarau 2024, tapi BMKG melihat kemarau tahun ini tidak ada fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan besar di Pati, sehingga sifatnya kemarau basah. Akhir-akhir ini Juli masih ada hujan intensitas sedang, meski tidak tiap hari di Pati,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Rabu (3/7/2024).

BPBD Kabupaten Pati bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kelompok relawan, dan masyarakat berembuk menyoal risiko kekeringan.

Tahun ini BPBD Kabupaten Pati memfokuskan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum, oleh karena itu ia mendorong agar pemerintah desa (Pemdes) berkomunikasi dengan BPBD, guna pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat jika mengalami kesulitan.

“Kita bareng-bareng mengevaluasi kemarau 2023 lalu, dan di tahun ini bila ada masyarakat butuh bantuan air minum, maka bisa berkomunikasi dengan kami. Karena pemenuhan kebutuhan air minum menjadi porsi BPBD, itu SPM (Standar Pelayanan Minimal) kami. Walaupun sebenarnya keluhan kekurangan air juga melanda bidang pertanian juga,” terangnya saat ditemui di kantornya.

BACA JUGA :  Cegah Penyakit Menular, DPRD Pati Ingatkan Bahaya Pergaulan Bebas

Ia mengungkap, petani di beberapa wilayah juga mengeluhkan kekurangan air seperti di wilayah Jaken dan Juwana.

Fenomena musim kemarau ini sudah berdampak pada komoditas pertanian, bahkan ada yang puso maupun gagal panen. Pihaknya juga memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan pasokan air untuk pengairan.

“Ternyata selain itu petani merasakan dampak kekeringan sangat terasa, sejak Mei di Kebonturi (Jaken) sudah tidak ada hujan, dampaknya juga terasa di Ketip, Sejomulyo dan Karangrejo (Juwana), di sana tanaman padi sudah mulai rusak. Perlu ada penanganan secara permanen untuk hal ini,” ujarnya.

Meski dampak kekeringan ini bakal tak separah tahun 2023, pihaknya telah menyalurkan bantuan air ke Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo beberapa waktu yang lalu.

Ia menyebut, kondisi kekeringan akan masih terasa di sejumlah wilayah, terutama Eks-Kawedanan Jakenan, Eks-Kawedanan Kayen, dan sebagian Eks-Kawedanan Juwana.

“Wilayah yang akan masih terdampak kekeringan tak sebanyak tahun lalu, tetapi Eks-Kawedanan Jakenan, Pati bagian selatan (Eks-Kawedanan Kayen) yang meliputi Tambakromo, Gabus dan lain-lain. Kemudian, sebagian wilayah Eks-Kawedanan Juwana, seperti Batangan akan masih terdampak. Dan untuk wilayah Pati bagian utara yang tahun lalu kekeringan, Kalikalong dan Dororejo sudah tidak kekurangan air karena pihak pemerintah desa sudah terpenuhi airnya lewat pembuatan sumur dan bak penampung,” paparnya.

Perlu diketahui, pada tahun 2023, El Nino berdampak bagi Kabupaten Pati.

Sebanyak 94 desa di 10 kecamatan mengalami kekurangan pasokan air. Bahkan Pemkab Pati bersama stakeholder menerjunkan 1.506 tangki bantuan air.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini