JEPARA – Mondes.co.id | Ketoprak Ongkek membawakan cerita babad Panji dengan judul “Ande Ande Lumut Triwarno”. Ketoprak ini dipentaskan siswa SMK N 1 Kasihan-Bantul (SMKI Yogyakarta), di SMK N 1 Kedung, kemarin.
Kegiatan silaturahmi pentas bersama dengan Teater Among Jiwo, SMK N 1 Kedung ini mengangkat cerita-cerita daerah.
Ki Wardjudi penulis lakon “Ande Ande Lumut Triwarno” menjelaskan, lakon yang diangkat tersebut berasal dari cerita Panji. Cerita dalam lakon tersebut, mengisahkan petualangan Panji dan menitik beratkan pada ajaran-ajaran moral, pengetahuan estetika sosial, dan tentu saja kehidupan seseorang dengan permasalahannya sehari-hari.
“Lakon ini berisi tiga kisah, yakni Ragil Kuning dan Panji Gunungsari, Brambang-Bawang, dan Ande Ande Lumut. Kisah-kisah di dalamnya saya ambilkan dari petualangan Panji,” kata dia, Rabu (29/5/2024).
Dikisahkan dalam lakon awal ‘Ragil Kuning dan Gunungsari’, menceritakan tentang Murtasih seorang putri Jenggala dari istri selir yang mencintai Panji Gunungsari. Tapi cintanya itu ditolak, lantaran Murtasih memiliki sifat yang buruk dan suka mencela.
Tetapi Gunungsari lebih memilih Ragil Kuning yaitu putri kerajaan dari garwa Prameswari. Terjadilah pertikaian, lalu Murtasih dan Dewi Renggowati hendak membunuh Ragil Kuning.
Mengetahui hal tersebut, Gunungsari berusaha menyelamatkan Ragil Kuning. Hal itu membuat Dewi Renggowati, ibunya Murtasih, menjadi tersinggung dan merasa terhina.
Perkelahian Gunungsari melawan Murtasih dan Dewi Renggowati pun tak terelakkan. Sampai terjadilah adu kekuatan pusaka, hingga Murtasih dan Dewi Renggowati dapat dikalahkan. Kemudian, Panji Gunungsari berhasil menyelamatkan Ragil Kuning dan menjadikannya garwa prameswari.
Pada lakon kedua, yaitu ‘Brambang-Bawang’ semula dikisahkan, di sebuah desa Randu Lawang, seorang Mbok Rondo bernama Sobrah memiliki anak perempuan bernama Brambang yang suka malas-malasan, dan anak pungut bernama Bawang yang selalu dijadikan pembantu.
Pada suatu hari, Bawang mencuci pakaian di sebuah kali dan selendang kakaknya hilang. Brambang yang mengetahui hal itu marah, lalu menyalahkan Bawang.
Tetapi di suatu tempat ketika ia mencari selendang milik Brambang yang hilang, Bawang bertemu dengan seorang nenek tua dan mengajaknya ke gubuk di tengah hutan. Di situlah, Bawang dibantu menemukan selendang milik kakanya. Ia juga diberi dua buah labu, yang satu besar dan yang satu kecil lalu ia bawa pulang.
Sesampainya di rumah, labu yang besar diminta oleh Brambang. Dan saat dibuka, ternyata berisi perhiasan emas. Seketika itu, Mbok Rondo Sobrah merebut labu yang kecil dan mengusir Bawang dari rumahnya.
Bawang pun pergi dari rumah itu dan membawa kesedihan yang begitu mendalam. Ia tidak tahu harus pergi kemana. Sampai kemudian bertemu dengan Dewi Kilisuci yang tak lain adalah leluhurnya.
Dewi Kilisuci Pandita Putri dari Kapucangan, menjelaskan bahwa Bawang sebenarnya adalah Ragil Kuning putri kerajaan Jenggala, adik dari Panji Asmarabangun. Lalu Dewi Kilisuci memerintahkan Bawang untuk kembali ke Kerajaan Jenggala.
Sementara itu, di kerajaan Jenggala terjadi huru-hara, Dewi Sekartaji hilang. Kerajaan Jenggala diserang oleh Prabu Klana Tunjung Pura yang ingin memperistri Dewi Sekartaji.
Tentu saja hal itu membuat Panji Asmarabangun marah dan terjadilah pertempuran keduanya. Kemudian Panji diberitahu bahwa Dewi Sekartaji hilang dari kerajaan.
Selanjutnya, dikisahkan Panji Asmarabangun berkelana menyamar jadi petani dan bertemu dengan Gunungsari dan Ragil Kuning. Panji menjelaskan maksud dan tujuannya menyamar adalah mencari Dewi Sekartaji.
Muncul di lakon ketiga, yakni Panji menjadi Ande Ande lumut anak daripada Mbok Rondo Dhadapan. Dalam cerita itu, Ande-ande Lumut didatangi oleh para pelamar yaitu Kleting Merah, Kleting Biru, Kleting Hijau, dan Kleting Kuning.
Pada lakon ini, dititikberatkan pada cerita Kleting Kuning yang berada di rumah Mbok Wulanjar di desa Randusari. Kleting Kuning selalu mendapat perlakuan yang kasar dari kakak-kakaknya yaitu para Kleting Merah, Biru, dan Hijau.
Sampai suatu ketika, semua Kleting datang melamar ke Ande Ande Lumut, dan hanya Kleting Kuning yang diterima. Karena sejatinya, Kleting Kuning adalah Dewi Sekartaji dan Ande Ande Lumut tak lain adalah Pangeran Jenggala Panji Asmarabangun.
“Dalam cerita tersebut, baik penonton maupun pelaku peran, dapat menilai tentang karakter dan watak seseorang melalui tokoh-tokoh di dalam cerita tersebut. Baik tokoh yang memiliki watak yang buruk atau antagonis, ataupun tokoh yang berwatak baik sebagai protagonis. Dari hal tersebut, bahwa setiap tindakan, baik sikap yang jahat atau baik akan selalu mendapatkan balasannya,” kata dia.
Ketua Umum DKD Kabupaten Jepara Kustam Erey Kristiawan, bersama Ketua I Ramatyan Sarjono mendukung kegiatan tersebut sebagai ruang apresiasi yang bermuatan edukasi. Bentuk ketoprak Ongkek yang tampak sederhana ini dengan tata lakon dan artistik yang tepat akan tampak sangat istimewa.
“Ini mengingatkan di Jepara juga ada bentuk seni tradisi serupa yaitu Seni Emprak. Dan kesenian tradisi seperti ini sudah seharusnya selalu digaungkan pada generasi sekarang. Baik melalui ruang-ruang yang bersifat umum ataupun peran instansi pendidikan,” jelasnya.
Ign. Karyono selaku sutradara ketoprak Ongkek “Ande Ande Lumut Triwarno” kali ini pertama dipentaskan di Jepara (SMK N 1 Kedung), dan selanjutnya akan dipentaskan keliling di beberapa kota.
Pembina Teater Among Jiwo M Arief Gunawan mengatakan, kegiatan bersama dua komunitas teater pelajar lintas provinsi, yang juga dihadiri tamu undangan dari berbagai kelompok seni pelajar, mahasiswa, dan pelaku seni tradisi di Kabupaten Jepara ini adalah bentuk silaturahmi melalui seni dan budaya, sehingga disebut Seniturahmi.
Kepala SMK N 1 Kedung-Jepara Sunarti yang diwakili oleh Esti Wibawani dalam sambutan pembukaan acara, menyambut dengan penuh antusias bahwa kegiatan tersebut merupakan ajang bertukar wawasan ilmu pengetahuan sekaligus silaturahmi melalui media seni budaya.
“Tentunya kami sangat senang dan bangga akan kegiatan ini, yang pada dasarnya merupakan ruang bagi kita untuk saling bertukar wawasan dan ilmu pengetahuan dalam sebuah instansi dan institusi pendidikan, juga terhadap perkembangan potensi anak-anak didik kita yang memiliki minat bakat yang khusus,” terangnya.
Selain ketoptak ongkek, juga dipentasikan LBB Pasus Cakra Adibrata (SMK N 1 Kedung-Jepara), Pantomim Espentura berjudul “Awas, DBD! Jaga Kebersihan” (SMP N 1 Jepara), Monolog berjudul “Blek-Blek Ting” karya dan sutradara Riski Sawo aktor Nurun Wafiq (SMK N 1 Kedung-Jepara).
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar