Bersamaan Tahun Politik, Ada yang Lain dari Gelaran Tradisi Lamporan Sedulur Sikep 

waktu baca 3 menit
Minggu, 21 Jan 2024 17:11 0 605 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Lamporan menjadi salah satu tradisi yang digelar Sedulur Sikep setiap tahunnya. Namun, pada tahun ini, ada yang berbeda dari gelaran tahun-tahun sebelumnya.

Bersamaan dengan tahun politik, tradisi lamporan digelar dengan acara jagong Pemilu. Diawali dengan lantunan tembang Jawa yang dipimpin oleh seniman lokal.

Tokoh Sedulur Sikep, Gunretno menyatakan bahwa masyarakat sebaiknya tidak asal memilih para pemimpin atau pun wakil rakyat yang ikut berkontestasi di Pemilu mendatang.

Oleh karena itu, ia menekankan untuk memahami rekam jejak beserta karya dari tokoh yang mencalonkan, termasuk calon presiden (Capres) maupun calon legislatif (Caleg).

“Kegiatan ini intinya pure dari niatan dulur-dulur Kendeng, bahkan pihak KPU menyambut baik. Kami menyuarakan ke seluruh rakyat Indonesia bahwa para calon ini perlu kita cermati karya-karyanya. Untuk kaitannya persoalan lingkungan menjadi hal utama yang kami soroti dari para calon pemimpin. Makanya dulur-dulur dalam memanfaatkan waktu sehari untuk memilih pemimpin lima tahun ke depan harus benar-benar dipilah,” katanya di acara tersebut.

Ia menyoroti persoalan lingkungan yang sering terjadi, terlebih bencana alam banjir dan kekeringan acap kali memberikan dampak yang buruk bagi masyaralat. Itu sebabnya, calon para pemimpin yang akan dipilih adalah yang peduli pada kelestarian lingkungan.

Gunretno menambahkan kesadaran memilih di ajang Pemilu tidak boleh dipaksakan bila tak sesuai selera hati masyarakat. Pasalnya, berbagai pihak tak boleh mengintervensi untuk memilih karena itu menjadi hak suara pribadi setiap individu.

BACA JUGA :  Ditinggal Pengajian, Warung Makan Parenggan Dilumat Api

“Ketika dulur-dulur menolak berangkat memilih maka harus dipahami. Apalagi terkadang kalau diminta ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) namun warga bingung mau pilih yang mana, bagaimana? Pasti KPU tidak punya jawaban untuk memilih. Kami buka jagongan ini agar persoalan memilih bukan asal dipaksa, tetapi dipahami secara utuh agar muncul kesadaran,” tambah tokoh pentolan JMPPK tersebut.

Sementara, perwakilan KPU Kabupaten Pati menyarankan supaya masyarakat yang terdata sebagai pemilih menggunakan hak suaranya dengan bijak, sehingga tidak ada yang golput.

KPU Kabupaten Pati memandang jika warga yang ikut dalam acara tersebut bisa mempertimbangkan pilihannya melalui skema pencitraan dan kampanye para peserta Pemilu di sisa-sisa menjelang pelaksanaan pemungutan suara.

“Menghadapi Pemilu 2024, harus memilih dan memilah mana calon yang selama ini pencitraanya baik. Jadilah pemilih yang pintar dan cerdas untuk memilih karena nasib lima tahun ke depan ditentukan satu hari itu, saya harap semua tidak ada yang golput,” ucap Anggota Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Pati, Nugrahaeni Yuliadhistiani dalam kesempatan tersebut.

Ia menyampaikan jika kampanye media mulai berlangsung pada 21 Januari 2024, dapat dipantau guna menelaah visi dan misi para calon.

“Rabu 14 Februari 2024, tentukan pilihan dengan sebenar-benarnya. Kita sudah masuk kampanye, 21 Januari di media elektronik. Lewat media, bisa melihat visi dan misi calon-calonnya. Semoga pemilihan berjalan, aman, tertib, damai, dan tidak ada pemilihan ulang. Semoga di sini tidak terjadi crash,” harapnya.

Sebagai informasi, para penganut ajaran Samin di lereng Pegunungan Kendeng yang tergabung dalam Sedulur Sikep telah mengadakan pertemuan akbar.

Kegiatan pertemuan tersebut untuk agenda menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan tiba sebentar lagi.

BACA JUGA :  Keracunan Massal PT Sejin, RS Mitra Bangsa Pati Sebut Kejadian Luar Biasa

Berlangsung di Sonokeling, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati pada Sabtu, 20 Januari 2024 malam, berbagai elemen masyarakat hadir dalam momen bertajuk ‘Slametan Pemilu Melah Kanggo Milih’.

Beberapa unsur datang dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Pemilu), awak media, aktivis lingkungan dan warga setempat.

Setelah diskusi usai, selanjutnya, acara memasuki ritual lamporan, di mana seluruh masyarakat yang hadir pada jagong Pemilu itu membawa obor untuk diarak berkeliling memutari hutan tempat berlangsungnya acara.

Dengan mengucapkan berbagai doa, para tokoh Sedulur Sikep memimpin barisan massa untuk melangsungkan upacara lamporan itu.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini