PASANG IKLAN DISINI

Nostalgia di Tengah Kota Pati dengan Suasana dan Sajian Khas Tradisional

waktu baca 3 menit
Sabtu, 30 Sep 2023 13:39 0 3038 Singgih TN

PATI – Mondes.co.id | Kedai berkonsep sederhana nan tradisional mulai digemari oleh kalangan anak muda, khususnya di Kabupaten Pati. Unsur adat dan budaya kehidupan zaman dulu kini mulai dihidupkan di  sejumlah tempat tongkrongan.

Dengan sentuhan suasana tempo dulu, akan memberikan kesan epik yang hadir menghangatkan suasana diskusi dan bercengkerama.

Konsep tersebut menjadi inspirasi bagi pemuda asal Bumi Mina Tani, bernama Rifa Indriyatmoko (25). Rifa bersama empat rekannya mendirikan kedai dengan konsep tradisional dengan menyediakan aneka minuman sederhana dan tradisional.

Berlokasi di Jalan Ahmad Yani (timur Stadion Joyokusumo) Pati, Rifa dan kawan-kawannya membuka kedai mulai sore hingga malam hari.

“Kedai kami berkonsep sederhana, menjual menu makanan ringan, makanan berat, jajanan. Konsep kami itu tradisional benuansa Yogyakarta,” ucapnya saat dihubungi Mondes.co.id, kemarin.

Kedai yang diberi nama ‘Diseduh Wedangan’ ini memberikan sentuhan khas titik nol Yogyakarta, yang tak lain dan tak bukan adalah suasana Malioboro. Dilengkapi lincak (kursi panjang), lampu khas Malioboro, serta ornamen jadul yang mendatangkan kesan vintage. Menurut Rifa, ide kedai tradisional ini menjadi pembeda di tengah lokasinya yang berada di dalam kota.

“Kami menawarkan menu makanan dan minuman tradisional di tengah kota. Itulah yang menjadi pembeda di antara kedai-kedai lainnya,” tuturnya saat diwawancarai.

Berdiri sejak 1 Februari 2022, sejumlah menu tradisional juga disajikan, seperti mie tektek hingga minuman tradisional, diantaranya adalah es teh wuwur, wedang roti, dan wedang uwuh.

Baca Juga:  Asyiknya Menikmati Suasana Panorama Jembatan Rolet

“Untuk minuman-minuman tradisional jaman dulu memberikan kekhasan pada kedai kami. Sedangkan, makanannya kami terinspirasi dengan warmindo. Sejauh ini menu favorit pembeli adalah susu-kopi-cokelat alias wedang sukoco,” jelasnya.

Ia mengaku, adapun pengunjung yang datang berasal dari kalangan anak muda hingga orang tua.

“Hampir di semua kalangan kerap berkunjung ke sini, untuk para muda-mudi dan juga keluarga,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, adapun omzet yang dapat diraup Rp10 hingga Rp15 juta per bulannya.

“Jikalau sedang ramai mencapai kurang lebih Rp15 juta. Kalau sedang pasang surut Rp10 juta,” ucapnya.

Rifa bercerita, awal mula membentuk kedai tak lepas dari kejenuhannya pada kedai minuman yang mulai menjamur di kota kelahirannya. Karena itu, dirinya bersama empat kawannya bekerja sama mendirikan kedai yang memunculkan nuansa tenang tanpa menghilangkan kesan estetik.

“Beranjak dari jenuhnya coffeeshop yang menjamur, sedangkan kami merindukan tempat nongkrong yang sederhana dan bernuansa tenang. Tanpa menghilangkan kesan estetika dari sebuah kedai itu sendiri, alhasil terlahirlah ‘Diseduh Wedangan’. Di sini pembeli bisa menikmati sajian menu sembil bercerita dengan nyaman,” tambahnya.

Memulai usaha kedai memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Bagi Rifa, menembus mangsa pasar di Kabupaten Pati sulit karen ketatnya persaingan bisnis.

“Pati bagi saya merupakan pasar yang sulit ditembus, dikarenakan memang ketatnya persingan. Mayoritas pelaku usaha kedai minuman di Pati adalah orang asli sini, bukan dari pendatang,” tuturnya.

Kendati demikian, ia berhasil menjawab tantangan itu hingga bisa merealisasikan ide membuat kedai di Kabupaten Pati dengan konsep yang tak ada duanya.

“Saya berharap usaha kedai ini tetap eksis. Kalau perlu bisa membuka cabang di kota lain,” pungkasnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini