Melihat Jembatan Rel Kereta Tua Penghubung Winong dengan Pucakwangi 

waktu baca 3 menit
Minggu, 3 Des 2023 16:06 0 911 Singgih Tri

LINTASAN: Seorang warga menyeberangi Jembatan Kedung Banteng penghubung Desa Guyangan Winong ke Desa Watesaji Pucakwangi. (Mondes/Istimewa)

PATI – Mondes.co.id | Di atas Sungai Cabean, terbentang sebuah jembatan penghubung antar desa maupun kecamatan dengan ukuran panjang 50 meter dan lebar 1 meter.

 

Jembatan yang berada di atas 50 meter Sungai Cabean tersebut tidak cocok dilintasi bagi seseorang yang bermental tempe. Pasalnya, komponen jembatan tersebut hanya terbuat dari besi bekas rel kereta ditambah dengan bongkahan kayu. Parahnya, di kedua sisi tidak ada pagar pembatas jembatan.

 

Kendati demikian, warga Desa Guyangan yang berada di Kecamatan Winong, Kabupaten Pati melalui jembatan itu setiap hari sebagai jalur penghubung menuju ke kecamatan sebelah, yakni Pucakwangi. Diketahui, lintasan mengerikan itu sudah ada sejak masa kolonial Belanda, namanya Jembatan Kedung Banteng.

 

Menurut warga setempat, Kusno, dilalunya jalur itu karena dinilai memiliki akses paling cepat. Tidak heran, warga dari Winong maupun Pucakwangi kerap menyeberangi jembatan tersebut, meski harus dengan senam jantung.

 

“Memang sudah jalannya, lewatnya mana lagi kalau tidak di sini? Kalau lewat jalan utama jauh,” ujar pengguna jalan asal Desa Guyangan tersebut saat ditanya awak media, Minggu, 3 Desember 2023.

 

Ia mengatakan jembatan tersebut mempercepat warga Desa Watesaji, Kecamatan Pucakwangi yang akan menuju Kecamatan Winong atau sebaliknya. Pasalnya, jika warga lewat jalur lain, yakni Desa Lumbungmas maka membutuhkan jarak lebih jauh dan waktu tempuh lebih lama.

BACA JUGA :  Pentingnya Pengelolaan Akun CMS Desa Tidak Pada Satu Orang

 

Bayangkan, bila melalui Jembatan Kedung Banteng, warga Pucakwangi memangkas jarak dibanding lewat jalur utama untuk sampai ke Winong. Selain itu, jarak warga Kabupaten Pati bila ingin ke Kabupaten Blora via Kecamatan Todanan diperdekat.

 

“Menuju jalan utama jauh karena mesti lewat Lumbungmas. Tapi kalau lewat Jembatan Kedung Banteng lumayan dekat. Dari sini sampai Dukuh Morotoko (salah satu dukuh di Desa Watesaji) berjarak kurang lebih 5 sampai 6 kilometer, kemudian sampai Winong sekitar 18 kilometer. Kalau lewat jalan utama di Lumbungmas, hampir berjarak 30 kilometer. Kalau mau ke Todanan (Blora) juga dekat,” jelasnya.

 

Menurut penjelasannya, jembatan yang menjadi penghubung antara Desa Guyangan-Kecamatan Winong dengan Desa Watesaji-Pucakwangi dibangun atas inisiatif warga. Kondisi fisik bangunan itu, kini memprihatinkan. Kerap kali, pengendara jatuh kejebur sungai karena tidak ada pengaman di pinggir jembatan.

 

“Dulunya rel, kalau orang mengatakan itu bantalan karena kayu selangkah-selangkah. Tapi ini inisiatifnya dari masyarakat sini, terus ya seperti ini. Masyarakat berharap pemerintah bisa peduli pada bangunan ini biar masyarakat enak dan dekat,” ujarnya.

 

Kepala Desa Guyangan, Kecamatan Winong menguraikan bahwa Jembatan Kedung Banteng telah diusulkan untuk diperbaiki pada 2018 lalu ketika Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Namun, perbaikan tak kunjung terwujud karena sempat terhambat oleh pandemi Covid-19, lantaran anggaran dana difokuskan penanganan virus Corona.

 

“Itu (Jembatan Kedung Banteng) sudah saya usulkan di Musrenbang 2018, serta sudah disetujui oleh Bupati Pati Haryanto. Rencana perbaikan pada tahun 2020, tetapi karena wabah Covid, tertunda. Karena APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2020 difokuskan menangani Covid-19,” terangnya Jakem selaku kepala desa.

 

Ia membenarkan jalur melalui Jembatan Kedung Banteng menjadi akses favorit warga desa-nya yang akan menuju Desa Watesaji, Kecamatan Pucakwangi, begitupun sebaliknya.

BACA JUGA :  Mengenal KUSUKA, Kartu Khusus untuk Petakan Kondisi Perekonomian Nelayan

Editor: redaksi

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini