PATI-Mondes.co.id| Pernyataan kata menyerah, ternyata bukan hanya dilakukan bagi mereka yang kalah, namun hal ini dilakukan kepada sejumlah sopir bus yang melakukan aksi konvoi dengan menyatakan kata menyerah atas kebijakan pemerintah yang dianggap mematikan mata pencahariannya di masa pandemi Covid-19.
Aksi konvoi oleh sejumlah bus ini dilakukan atas dasar kebijakan Pemerintah yang menutup tempat atau objek wisata selama masa pandemi Covid-19. Ada sekitar 8 bus pariwisata yang melakukan aksi damai keliling kota sambil mengibarkan bendera putih yang berarti menyerah.
Bahkan, di depan Kantor Bupati Pati, para sopir bus ini berhenti dengan menyalakan semua klakson dan mengibarkan bendera sebagai bentuk ketidaksanggupannya atas kebijakan pemerintah yang menutup tempat-tempat wisata, dan selanjutnya berjalan melanjutkan untuk kembali keliling kota Pati.
Kasiadi selaku koordinator aksi mengaku bahwa aksi ini dilakukan atas dasar ketidak sanggupannya para sopir-sopir bus pariwisata terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai sangat menekan para pelaku perjalanan pariwisata. Apalagi selama PPKM Mikro maupun PPKM Darurat, semua perjalanan pariwisata ditutup.
“Kami menyerah dan mengibarkan bendera putih. Selama ini kita benar-benar mati. Pendapatan kita nol, karena obyek wisata ditutup,” katanya, Kamis (22/7/2021).
Menurutnya, Pemerintah dulunya sangat menggembor-nggemborkan dan membanggakan devisa pariwisata yang dinilai cukup besar, hanya saja atas kebijakan yang tidak mendukung, mengakibatkan pelaku pariwisata tercekik, hingga sampai harus menjual Bus miliknya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Kita hanya mengingatkan lagi, bahwa pariwisata itu juga sektor penting untuk ketahanan ekonomi, bagi masyarakat maupun pelaku pariwisata. Kami berharap agar pemerintah memberikan perhatian kepada kita,” keluhnya.
Para sopir bus ini, meminta agar pemerintah bisa memberikan solusi kepada para pelaku pariwisata maupun perjalanan pariwisata, bahkan kalau perlu bisa difasilitasi kembali, yakni dengan cara jangan menutup tempat wisata. Kalaupun ada syarat-syarat yang harus dilakukan, pihaknya juga mengaku siap.
“Intinya jangan ditutup obyek pariwisata, karena dengan menutup objek wisata, berarti menutup pintu rizki para pelaku pariwisata, yang artinya mati,” pungkasnya.
(Hdr/Mondes)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar