SELAMAT IDUL FITRI

Keteladanan Adi Tri Sukmono, Polisi Blora Dirikan TPQ dan Beri Pendidikan Mengaji untuk Anak-anak 

waktu baca 4 menit
Rabu, 19 Jun 2024 12:04 0 651 Singgih Tri

BLORA – Mondes.co.id | Aiptu Adi Tri Sukmono, seorang polisi berdedikasi asal Blora, selalu menyisihkan waktu untuk beramal, di tengah kesibukannya.

KETUA PGRI PATI

Dengan penuh semangat, ia mendirikan sebuah pondok ngaji di kampungnya. Aiptu Adi membangun dan memfasilitasi tempat tersebut.

Setiap sore, ia meluangkan tenaga dan ilmunya untuk mengajar ngaji anak-anak di kediamannya tepatnya Kelurahan Bangkle, dengan harapan dapat memberikan mereka bekal pengetahuan agama yang kuat.

Pondoknya bernama Tempat Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Nurul Qur’an yang sudah berdiri sejak 2019 silam.

Perlu diketahui, Aiptu Adi Tri Sukmono merupakan seorang anggota Kepolisian Resor (Polres) Blora, ia bertugas di Kanit Turjawali Sat Sabhara Polres Blora.

Pria kelahiran Blora, 2 Juli 1979 itu mulai menjadi anggota kepolisian sejak tahun 2000, ketika mengikuti pendidikan di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di Banyubiru.

Kali pertama ia bertugas di Perintis Sabhara Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta hingga 2004.

Kemudian, mutasi di Polres Bantul hingga 2012. Pada akhirnya, di tahun 2012, dirinya memutuskan pindah ke Polres Blora.

Gagasan mendirikan pondok mengaji berawal dari usulan masyarakat sekitar, lantaran wilayah desa tersebut belum ada tempat mengaji yang dekat dengan permukiman setempat.

Bahkan, jika orang tua ingin menyekolahkan sang buah hati mengaji, harus bepergian menyeberang jalan raya terlebih dahulu. Peran Aiptu Adi inilah yang memberi akses pendidikan mengaji untuk warga setempat.

“Ada usulan masyarakat bagaimana kalau lingkugan didirikan tempat ngaji untuk anak? Saya koordinasi dengan istri bersepakat mendirikan TPQ, namanya Nurul Qur’an. Awalnya belum ada tempat ngaji, ada tetapi harus nyeberang jalan jauh, akhirnya kami mendapat respons baik dari masyarakat sampai kini berkembang pesat. Berdiri tahun 2019, jumlah santri awalnya 9 anak, seiring berjalannya waktu kini 150 santri dari warga sini (Bangkle) berkembang sampai Jepon, Kamolan, Punden,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Rabu (19/6/2024).

BACA JUGA :  Aktivis Lingkungan Karimunjawa Daniel Frits Divonis 7 Bulan, Penasehat Hukum Ajukan Banding

Dengan kerja keras, ia bersama istri mendirikan TPQ Nurul Qur’an tersebut. Fasilitas tempat, perabotan belajar, dan Alquran tersedia bagi para santri.

Khusus santri yatim-piatu dapat mengenyam pendidikan di sana secara gratis.

Ia dapat meluangkan waktu di sela-sela tugas dengan membuka jam mengaji di sore hari. TPQ Nurul Qur’an menggunakan metode Ummi, yang mana pembelajaran bertahap dari mulai jilid 1 sampai jilid 6, hingga diakhiri dengan Alquran.

Pembelajaran berlangsung bukan hanya di kediaman Adi saja, tetapi juga di musala yang berjarak 50 meter dari rumah.

Kini, TPQ Nurul Qur’an sudah memiliki 15 guru yang diambilkan dari lulusan pondok tersebut maupun santri yang sudah mahir mengaji.

“Kami gunakan metode Ummi, pembelajaran tidak cuma di rumah, ada juga di mushola. Sejauh ini kami punya 8 kelas dan 15 guru. Masing-masing kelasnya empat di rumah, kemudian empat lainnya di mushola. Guru yang mengajar dari santri lulusan kami, maupun santri yang sudah mahir, termasuk istri saya juga ikut mengajar, serta saya turut andil memberikan pengarahan kepada santri,” ujarnya.

Ia bercerita, jika awalnya mendekatkan diri kepada anak tidaklah mudah. Namun dengan kesabaran, keikhlasan, dan kelembutan kepada anak, membuat mereka mudah diberikan pengertian. Terbukti hingga kini anak-anak setempat antusias ikut mengaji di TPQ Nurul Qur’an.

“Pertama kali pendekatannya dulu anak sulit, kami mendekati secara lembut dengan mengumpulkan anak-anak, kita berikan hadiah jajanan, sehingga tertanam diri mereka bahwa mereka diperhatikan Pak Adi, akhirnya mereka mau diajak mengaji sampai sekarang. Bahkan saking banyaknya ada pun pendaftar yang pernah kami tolak karena usianya masih 3,5 tahun alias terlalu dini,” ucapnya.

TPQ Nurul Qur’an menerima murid mulai usia 5 sampai 18 tahun. Santri dari TPQ tersebut tidak kalah hebat dibandingkan santri pondok pesantren lain, berbagai prestasi ditorehkan para santri di berbagai tingkatan.

BACA JUGA :  Pasangan Kekasih Asal Semarang Hobi Maling, Total 8 Motor Diembat

Prestasi yang pernah diraih oleh santri TPQ Nurul Qur’an antara lain juara 1 Lomba Tartil Qur’an di ajang Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI) tingkat Kabupaten Blora, kemudian mewakili Blora di level perlombaan level berikutnya.

Lebih lanjut, santri TPQ Nurul Qur’an yaitu juara 1 dan 2 Lomba Mata Pelajaran dan Seni Islam (MAPSI). Kemudian, menjadi peringkat 9 Lomba MAPSI di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Ia memiliki target santri tamatan TPQ Nurul Qur’an mampu menjadi tokoh yang menjadi teladan di masyarakat. Serta pihaknya bermimpi ingin mengembangkan TPQ lebih besar lagi, bahkan semakin berkembang seperti madrasah.

“Rencana tahun depan kami mau bentuk madrasah, kalau sesuai permintaan warga kami didorong untuk mendirikan TK (Taman Kanak-kanak). Santri kami tak kalah dari didikan sekolah swasta berbasis Islam. Kami turut terlibat di ajang perlombaan dan kerap juara,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini