PASANG IKLAN DISINI

Bedah Aroma dan Citra Tersembunyi dalam Setiap Butir Kopi Muria

waktu baca 3 menit
Selasa, 22 Agu 2023 11:17 0 588 Singgih TN

KUDUS – Mondes.co.id | Kopi menjadi bahan minuman yang digandrungi setiap kalangan, mulai dari remaja, orangtua, bahkan orang lanjut usia (lansia). Kepopuleran kopi bahkan dikenal seluruh dunia sebagai minuman yang memberi kenikmatan luar biasa. Oleh sebab itu, minat masyarakat terhadap kopi cukup tinggi.

Tak jarang, orang-orang ke warung, kedai, maupun resto untuk sekedar meminum kopi demi menyegarkan pikiran, perasaan, atau sekedar memanjakan selera. Bahkan kopi menjadi sasaran orang-orang untuk dijadikan produk usaha, salah satunya wanita asal Kabupaten Kudus, Umi Fadhilah.

Berlokasi di Desa Glagah Kulon, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Umi membuka usaha jual Kopi Muria jenis robusta. Tinggal di lereng Gunung Muria membuatnya menemukan peluang ambil peruntungan. Bersama keluarga, Umi mengelola kebun kopi sendiri, yang kemudian hasil panennya diolah menjadi kopi untuk diperjualbelikan.

“Melihat dari hasil panen kopi yang melimpah, muncul ide jika kopi cocok saya jadikan peluang usaha. Saya menanamnya sendiri. Kemudian saya jual bentuk bubuk karena kebanyakan konsumen inginnya bubuk,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Selasa, 22 Agustus 2023.

Sejak 2021, Umi berwirausaha jualan kopi robusta. Ia menjualnya dalam bentuk bubuk kepada siapa saja yang menginginkan kopi khas olahannya. Menurutnya, Kopi Muria memiliki rasa khas dengan kekentalan dan kandungan kafein yang tinggi, sehingga menantang untuk para pecinta kopi.

“Rasanya berbeda, kekentalan dan kafeinnya tinggi sehingga memberikan kesan tekstur tebal saat diminum. Cremanya tahan lama sehingga ketika diseduh akan menampilkan keindahan visual,” jelasnya.

Baca Juga:  Larangan Menikah Wanita Jepara dengan Pria Kudus, Bagian Politik Pecah Belah Belanda?

Selain itu, ia menyampaikan proses pengolahan kopi melibatkan sejumlah tahap untuk mengubah kopi segar menjadi biji kopi. Dirinya menggunakan metode dry process yang meliputi, pemetikan biji kopi pilihan, penjemuran, pengupasan kulit dan pembersihan, penggilingan dari biji kering menjadi green bean, grading, roasting, penggilingan kopi, dan pengemasan dengan wadah pouch yang terbuat dari alumunium foil.

“Beberapa tahapan pengolahan kopi kami menggunakan metode kering atau dry processing. Proses pengolahan membutuhkan waktu tiga sampai empat jam. Dari awal kopi dipetik hingga proses pengemasan sudah tertata alurnya dengan metode yang tepat,” ungkapnya.

Dalam satu bulan, ia mampu memproduksi 25 kilogram kopi. Kopi dengan merek Kopi Muria Almahyra tersebut ia pasarkan melalui berbagai cara, di antaranya media sosial, kegiatan event bazar dan gerai toko.

Industri rumahan yang ia kelola sudah mengantongi Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) sehingga produknya memiliki kualitas yang unggul dan jaminan pangan tingkat risiko rendah. Di samping itu, Kopi Muria Almahyra juga telah mengantongi Sertifikat Halal.

“Sudah ada PIRT dan label halal sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat. Biasanya kami menjualnya lewat Instagram @kopimuriaalmahyra serta ke bazar maupun gerai-gerai,” ungkap Umi.

Kopi Muria memiliki keunggulan di antaranya varietas kopi berkualitas, metode pemetikan dan pemrosesan selektif, pemanggangan terkontrol, serta harga terjangkau. Harga kopi mulai dari Rp11.000 per 100 gram, Rp22.000 per 200 gram, Rp50.000 per 500 gram, dan Rp100.000 per kilogram.

Selain menjual kopi, dirinya juga menjual jahe instan yang dibudidaya di lereng Gunung Muria. Umi memandang berbisnis kopi tidak mudah, mengingat harganya fluktuatif.

Selain itu, hanya pecinta kopi murni yang benar-benar melirik produk olahan kopi seperti miliknya. Oleh sebab itu, ia berharap agar harga kopi bisa stabil dan kopi olahannya mampu tembus ke pasar nasional dan internasional.

Baca Juga:  Lepas Stres Pasca Pemilu, Wisata Air Terjun di Kudus Cocok untuk Healing

“Harga kopi sekarang sudah mulai tinggi, sehingga kasihan yang beli. Kemudian minat kopi olahan seperti ini biasanya hanya dikenal oleh penikmat kopi murni. Apalagi di daerah saya masih banyak warga yang mengonsumsi kopi campur beras,” ungkapnya.

“Dari bisnis ini saya berharap bisa berkembang dan mampu tembus pasar nasional bahkan internasional,” pungkasnya.

Editor: Harold Ahmad

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini