Padi Kena Serangan Hama, Petani di Pati Tekor

waktu baca 2 menit
Sabtu, 14 Jun 2025 15:34 0 109 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Tanaman padi milik petani di Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati Kota, Kabupaten Pati sedang diserang hama secara bertubi-tubi. Akibatnya, berdampak terhadap produksi padi para petani.

Kondisi ini salah satunya dirasakan oleh Jasmin. Padi yang ia tanam diserang hama seperti ulat hingga tikus.

“Serangan ulat terus serangan tikus. Memang tikus itu betul-betul sulit atasannya. Walau sudah disetrum, di plastik masih ada,” keluh pria 56 tahun itu.

Dengan adanya hama ini, Jasmin harus mengeluarkan ongkos tambahan. Ia harus membeli peptida dan kebutuhan lainnya.

“Tanamannya rusak. Biaya produksi bertambah untuk obat, ditambah biaya setrum dan plastik,” ungkapnya, Sabtu, 14 Juni 2025.

Ia merinci, di lahannya seluas 1 petak, biasanya hanya mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp1,5 juta.

Namun akibat serangan hama ini, ongkos produksi bisa naik menjadi Rp2 juta. Hal ini pun akan berdampak terhadap pendapatan hasil panen.

“Terancam gagal panen enggak, tapi untuk kembali modal kemungkinan sulit. Satu kotak, irit, itu Rp1,5 juta. Tapi bisa naik sekitar Rp500 ribuan,” ujarnya.

Tak hanya Jasmin, petani lainnya, Joko juga merasakan persoalan serupa. Ia mengaku, hama menyerang tanaman padinya sejak awal taman hingga sekarang.

“MT (Musim Tanam) 2 ini sangat susah. Dari mulai awal tanam, itu terkena asem-aseman, tanaman habis di pupuk, enggak hijau tapi malah merah semua. Ada yang mati, ada masih bertahan, habis itu ada sundep atau kaper yang nelur jadi ulat. Itu memperparah,” ungkap Joko.

BACA JUGA :  Survey Penilaian Integritas Kabupaten Pati Capai Skor di Atas 80

Tak hanya berhenti di situ, 30 hari setelah tanam, diobati dengan biaya yang besar.

Persoalan tidak berhenti, karena datang lagi hama lain seperti wereng dan tikus.

“Datang lagi wereng. Disemprot malah tambah banyak sehingga tambah biaya produksi lagi. Datang lagi serangan tikus,” lanjutnya.

Kondisi ini membuat biaya produksi tanamnya membengkak. Ia tak berharap banyak hasil panen nanti bisa menambal ongkos produksi yang ia keluarkan.

“Panennya berkurangnya 50 persen. Itu syukur Alhamdulillah. Panen full aja biaya pruduksi tidak bisa menutup, apalagi ini panennya 50 persen, jadi petani ruginya banyak sekali,” tuturnya.

Ia pun berharap ada perhatian dari pemerintah. Dengan harapan ada program supaya populasi tikus tidak menyebar luas.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini