Menyelisik Asal Usul Halalbihalal di Indonesia

waktu baca 2 menit
Sabtu, 29 Mar 2025 16:36 0 208 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Setiap Idulfitri tiba, tradisi saling memaafkan menjadi momen yang paling dinantikan. Orang dari jauh rela mudik untuk mendatangi keluarganya guna meminta maaf.

Namun siapakah yang tahu kapan tradisi halalbihalal ini muncul di Indonesia?

Dalam Pengajian dan Bedah Kitab Halal Bihalal oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati KH. Taufiqul Hakim, mengungkap tentang makna halalbihalal.

Dikatakan, halalbihalal berarti menundukkan ego, gengsi, dan nafsu untuk meminta maaf dan memaafkan.

“Halalbihalal (tradisi) Indonesia diartikan saling meminta maaf dan silaturahmi selama Idulfitri,” ungkap KH. Taufiqul Hakim, Sabtu (29/3/2025).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), halalbihalal diartikan sebagai maaf memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan.

“Ini merupakan kebiasaan atau tradisi khas masyarakat Indonesia yang harus dilestarikan,” kata dia.

Mengutip kitab yang ditulis KH. Taufiqul Hakim tentang halalbihalal di Indonesia, dituliskan sejarah halalbihalal di Indonesia muncul di era revolusi pada tahun 1948 Masehi.

Di pertengahan Ramadan, Bung Karno (Presiden RI) memanggil KH. Abdul Wahab Chasbullah (1888 M – 1971 M) ke Istana Negara untuk diminta pendapat sarannya, dengan harapan dapat mengatasi situasi politik Indonesia yang kurang sehat kala itu.

“Kemudian Kiai Wahab Chasbullah memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahmi atau halalbihal,” kata dia.

Dikatakan Kiai Wahab kala itu, sebentar lagi Hari Raya Idulfitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturahmi.

“Lalu Bung Karno menjawab, ‘silaturahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain’,” tulis KH. Taufiqul Hakim.

BACA JUGA :  Libur Lebaran, Polisi Sibuk Patroli Jaga Kamtibmas

“Itu gampang,” kata Kiai Wahab.

“Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Sehingga silaturahmi nanti kita dipakai istilah halalbihalal,” jelas Kiai Wahab Chasbullah seperti riwayat yang diceritakan KH. Masdar Farid Mas’udi.

Sehingga kala itu, kata Kiai Taufiqul Hakim, Bung Karno mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara menghadiri silaturahmi bertajuk halalbihalal.

Akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja. Sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan persatuan bangsa.

Sejak saat itu, istilah halabihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi umat Islam Indonesia pasca lebaran hingga kini.

“Begitu mendalam perhatian Kiai Wahab Chasbullah untuk menyatukan segala komponen bangsa, yang saat itu sedang dalam konflik politik yang berpotensi memecah belah persatuan,” kata dia.

Untuk itu, KH. Taufiqul Haqim juga berharap dengan halalbihalal Idulfitri tahun ini, dapat memecahkan ketegangan Bangsa Indonesia.

“Melalui momentum yang istimewa, setiap orang mau mengakui kesalahannya. Tinggalkan gengsi dan ego. Untuk saling memafkan,” kata dia.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini