Tingginya Modal Perawatan, Jadi Alasan Harga Cabai Melonjak

waktu baca 3 menit
Kamis, 2 Jan 2025 15:56 0 333 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Kabupaten Pati turut merasakan dampak tingginya curah hujan sebagaimana wilayah lain.

Hal ini mengakibatkan kondisi cabai rentan terhadap penyakit, sehingga petani melakukan perawatan yang cukup intensif dalam budi daya cabai.

Kondisi demikian mengakibatkan tingginya biaya perawatan cabai di level petani atau produsen.

Pasalnya, datangnya musim penghujan berisiko adanya penyakit cacar daun dan cacar buah pada cabai. Situasi demikian dinilai mempengaruhi tingginya harga cabai.

Menurut Kuswantoro selaku Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati, ada dua faktor penyebab tingginya harga cabai rawit merah dan cabai hijau. Kedua faktor tersebut berimbas pada cabai secara menyeluruh.

“Akhir ini cabai rawit merah dan hijau cenderung naik sejak Desember akhir. Pertama, karena musim hujan sangat berpengaruh sekali, kalau perawatan tidak intensif, maka cacar daun dan buah,” ungkapnya saat diwawancarai Mondes.co.id, hari ini, Kamis, 2 Januari 2025.

Ia mengungkapkan, perawatan tanaman cabai mesti optimal, dengan penambahan semprotan obat demi menghindari penyakit tanaman.

“Tidak hanya Pati, juga seluruh nasional memang naik (harga), jadi memang musim ini produsen perawatan ekstra. Kalau tidak betul dirawat, akan mempengaruhi cacar daun dan buah, kalau pengen hasilnya maksimal ada penambahan semprotnya dan lain-lain,” jelasnya.

Selain itu, rantai distribusi cabai dari luar daerah memengaruhi tingginya harga.

Apalagi, Kabupaten Pati bukan termasuk wilayah penghasil cabai yang besar, berbeda dengan daerah dataran tinggi seperti Kabupaten Semarang, Wonosobo, hingga Malang.

BACA JUGA :  TMMD Tahap I Rampung, Dandim 0718/Pati: Saya Bangga

“Kedua, Pati mengambil (cabai) dari daerah lain karena di sini kecil (produksi), otomatis distribusi panjang memicu ongkos karena menjadi komponen pengaruh harga jual. Cabai teropong di atas Rp50 ribu wajar, karena kalau harga murah petaninya rugi. Yang sedang menjadi sorotan harga cabai rawit di angka Rp75 ribu, tapi mudah-mudahan harga cabai rawit tidak merangkak sampai Rp80 ribu, mudah-mudahan awal 2025 teratasi,” ucap Kuswantoro.

Terkini, harga cabai rawit merah menyentuh angka Rp75.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp55.000 per kilogram pada 30 Desember 2024.

Begitu juga harga cabai rawit hijau yang naik menjadi Rp60.000 per kilogram dari sebelumnya Rp55.000 per kilogram.

Sementara, harga cabai teropong pada Senin lalu Rp67.000 per kilogram, saat ini Rp68.000 per kilogram.

Sedangkan, harga cabai keriting menurun dari Rp55.000 per kilogram, sekarang jadi Rp50.000 per kilogram.

“Harga cabai keriting turun Rp5 ribu, harga cabai teropong naik Rp1 ribu. Untuk kenaikan signifikan pada cabai rawit merah dan hijau, masing-masing Rp20 ribu dan Rp 5ribu,” paparnya.

Dirinya mengharapkan, lonjakan harga cabai dapat ditekan dengan berbagai upaya. Ia tidak ingin harga cabai melonjak hingga menyulitkan masyarakat.

“Dulu cabai rawit sampai Rp100 ribu, lalu OPD (Organisasi Perangkat Daerah) diinstruksikan upaya tanam cabai di lingkungan rumah maupun kantor. Cara itu untuk mengantisipasi kelonjakan harga,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini