PATI – Mondes.co.id | Pada pertengahan tahun terjadi perubahan musim, yang mana musim penghujan beralih ke musim kemarau.
Hal ini menjadi tantangan bagi petani di Kabupaten Pati menghadapi masa-masa musim tanam ke-2 (MT 2).
Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati mendorong inovasi pertanian agar hasil produksi petani meningkat. Apalagi, sejauh ini produksi pertanian di Bumi Mina Tani mengalami penurunan, khususnya komoditas padi.
“Pada prinsipnya produksi kita (pertanian di Kabupaten Pati) dari 2022 sampai 2023 turun. Kami menggerakkan petani, kelompok tani, perusahaan untuk berkolaborasi meningkatkan produksi tanaman padi di Pati, karena situasi musim tidak menentu alias ekstrem,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Penyuluh Pertanian Lapangan Dispertan Kabupaten Pati, Gunawan belum lama ini.
Cuaca mempengaruhi pertanian di Kabupaten Pati, khususnya wilayah sawah tadah hujan. Mengingat, cuaca kini sulit ditebak.
Menurut Gunawan, kurangnya inovasi membuat produksi pertanian merosot, sehingga pihaknya mengajak agar di tahun ini produksi pertanian stabil, bahkan meningkat.
“Kemungkinan tanpa inovasi, maka produktivitas menurun, makanya kita mendorong siapa pun meningkatkan produksi pertanian di Pati,” pesannya.
Dampak tersebut dirasakan langsung oleh petani. Salah satu petani, Suwardi menuturkan bahwa di daerahnya produksi pertanian di musim panen terakhir menurun 50 persen. Kondisi dipicu datangnya musim kemarau sejak akhir Maret sampai dengan Mei 2024.
“Di sini luas lahan pertaniannya 190 hektar. Petani menanam di sawah tadah hujan, mulai dari padi dua kali dan palawija sekali. Produksi turun 50 persen,” ujar petani asal Desa Bumiharjo, Kecamatan Winong.
Mengatasi keadaan kemarau yang datang, maka dirinya bersama kelompok tani berupaya melakukan inovasi pertanian di MT 2 dengan menggunakan pupuk cair makro-mikro. Pupuk tersebut diketahui berbasis teknologi nano, sehingga cocok untuk nutrisi tanaman di lahan kering.
“Petani yang selama ini menggunakan pupuk tabur, di cuaca kering seperti MT 2 ini sangat cocok penggunaan pupuk cair, karena pupuk tabur hanya bisa digunakan ketika lahan dalam kondisi basah. Dengan pupuk cair, tanah tanpa diairi tetap dapat diaplikasikan, apalagi tanaman pasti kapan pun butuh asupan makan,” terang Suwardi kepada Mondes.co.id.
Perlu diinformasikan, penggunaan pupuk cair dilakukan dengan menyemprot ke tanaman. Satu tangki mampu diisi dengan volume 25 mililiter. Jadwal penyemprotannya efektif dilakukan dua minggu sekali.
“Pupuk cair lebih efektif dibanding pupuk tabur, kalau cair langsung disemprot ke daun langsung selesai, yang terbuang sedikit. Satu tangki 25 mililiter, pupuk ini jadwal aplikasinya dua minggu sekali, sehingga satu musim tanam nyemprot 3 kali,” urainya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar