Barongan dan Tayuban, Tradisi Wajib Meriahkan Sedekah Bumi Desa Babadan Rembang

waktu baca 2 menit
Rabu, 5 Jun 2024 14:20 0 1034 admin

REMBANG – Mondes.co.id | Desa Babadan, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, hingga kini masih melestarikan tradisi leluhur.

Hal tersebut terbukti dalam pagelaran Barongan dan Tayuban yang menjadi tradisi wajib setiap tahunnya, guna memeriahkan sedekah bumi Desa Babadan.

Lastari, Kepala Desa Babadan mengatakan, pada acara yang digelar Rabu (5/6/2024), seluruh masyarakat turut larut dalam agenda budaya tahunan ini.

“Pada hari ini, tepatnya hari Rabu tanggal 5 Juni 2024, masyarakat Desa Babadan menyelenggarakan sedekah bumi,” ujar Kades Babadan itu.

Lastari juga menceritakan bahwa sedekah bumi Desa Babadan sudah berlangsung selama ratusan tahun. Bahkan, sejak ia masih kecil, di mana pada saat itu sudah menyaksikan kegiatan seperti yang digelar pada hari ini.

Dikatakannya, kegiatan ini merupakan budaya turun temurun dari nenek moyang Desa Babadan.

“Sedekah bumi ini mungkin sudah berjalan ratusan tahun ya. Karena sejak kecil saya itu sudah menyaksikan kegiatan seperti ini. Ini adalah budaya turun temurun dari tokoh-tokoh masyarakat Desa Babadan, nenek moyang kita ya sebagai tokoh di desa ini,” imbuhnya.

Pada perayaan sedekah bumi, terdapat tradisi wajib yakni Tayuban dan Barongan.

Tayuban sendiri diselenggarakan sebelum hajatan dimulai.

“Kalau kegiatan Tayuban sendiri itu diselenggarakan sebelum hajatan dimulai atau doa-doa yang dipimpin oleh Kaur Kesra atau Mbah Modin. Itu didahului kegiatan Tayuban,” jelas Lastari.

Gelaran ini sendiri, merupakan upaya pelestarian budaya, sekaligus media hiburan menyambut para tamu.

“Tayuban itu sendiri adalah sebagai bentuk melestarikan budaya, istilahnya menghibur dan menyambut tamu-tamu yang hadir pada kegiatan syukuran di Punden desa,” tambahnya.

BACA JUGA :  Wayang Kulit, Pagelaran Wajib Sebelum Larungan Kepala Kerbau

“Tayuban sudah dilakukan sejak dahulu kala. Kebetulan di sini tidak pernah tinggalkan. Selalu kita lestarikan,” ujarnya menambahkan.

Kemudian, tradisi Barongan yang diselenggarakan pada malam sebelum sedekah bumi, berlangsung di Punden Sebelah Utara. Lalu pagi harinya berkeliling desa.

“Barongan diselenggarakan malam hari sebelum sedekah bumi di Punden sebelah utara. Pagi harinya lanjut keliling desa. Setelah keliling, sampai di perbatasan desa atau di desa paling ujung sebelah selatan, di sana di Punden Sumur Putat. Terus balik utara, terus selesai,” ungkap Kades tersebut.

Ketika Barongan diarak keliling desa, nampak para warga mulai dari anak-anak hingga orang desawa, menyambut begitu antusias. Diiringi dengan paduan musik gamelan yang semakin menambah semarak tanpa meninggalkan kesakralan tradisi budaya ini.

Tak jarang, para warga pun memberikan uang sukarela untuk Barongan yang terkadang singgah ke rumah-rumah. Dipercaya, sedekah yang diberikan tersebut memiliki filosofi sebagai tolak bala.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini