Foto: Pengecekan lokasi untuk WEFSRID (Mondes/Istimewa) PATI – Mondes.co.id | Badan Perencanaan, Pembangunan, dan Riset Daerah (Bapperida) Kabupaten Pati melakukan survei lapangan terkait pendataan kesiapan lokasi WEFSRID di Kabupaten Pati.
Pihaknya berdialog dengan warga Kecamatan Gabus, tepatnya di Desa Sugihrejo beberapa waktu yang lalu.
Sebagai informasi, program Water, Energy, Food Security for Regional Integrated Development (WEFSRID) merupakan program besar untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Kepala Bidang (Kabid) Infrastruktur dan Kewilayahan (IK) Bapperida Kabupaten Pati, Muhamat Taufik menyampaikan bahwa air masih menjadi permasalahan utama untuk pengadaan sarana dan prasarana pendukung program ketahanan pangan tersebut.
Menurutnya, permasalahan tersebut masih klasik dan sering terjadi di wilayah tadah hujan.
“Kami ngecek di Desa Sugihrejo, petingginya saya datangi rencana sungai mau ditambak, ada usul long storage, konsepnya dinaikkan lewat pipa, sebelahnya ada lahan milik petani . Kalau ditambak izinnya ke BBWS gampang nggak?” ujarnya, Jumat, 14 November 2025.
Ia dan rekan-rekan petani masih memutar otak untuk mengatur supaya penyediaan air bisa dikelola dengan efektif.
Ketika air banyak bisa ditampung, dan ketika butuh air tidak merasa kekurangan.
“Permasalahan utama masalah air, dan mereka tidak bisa memberi solusi bagaimana lokasi yang harus disediakan clean and clear. Masalah itu kan terjadi di tadah hujan, maka gimana caranya agar air berlebih ditampung, kekurangan dikelurkan,” ungkap Taufik.
Selain itu, pihaknya menerangkan jika warga dan petani belum berani ambil risiko untuk membuat sumur di setiap titik.
Pasalnya, banyak lahan yang diyakini tidak memiliki sumber air, sehingga mereka khawatir ketika sudah terlanjur membuat sumur, maka tak ada hasil apa-apa.
“Pengambilan air yang dengan tenaga surya kemarin ada lokasi yang tidak bisa diambil airnya, mereka gak yakin, kalau long storage diganti sumur tenaga surya kan bisa. Di lokasi itu gak ada sumur, kami tidak bisa memastikan, takutnya dibuat sumur gak keluar airnya, repot juga,” lanjutnya.
Sedangkan, kebutuhan air skala besar jika ingin menambak, maka perlu izin ke BBWS lebih dahulu.
Bahkan, ketika air mau dialirkan ke lahan petani, mereka tidak punya lahan.
“Mau ambil air sungai harus ada izin kalau nambak, mau dialirkan ke atas mereka gak punya lahan. Mau ambil di sumur dangkal, beberapa lokasi mereka tidak bisa memastikan kalau itu keluar air. Itu saya dengar dari pas rapat itu terkait air,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar