PATI – Mondes.co.id | Dunia pertembakauan di Kabupaten Pati memasuki musim panen. Para petani yang membudidayakan tembakau mulai memetik daun-daun tembakau yang siap panen sejak awal Juli 2024 hingga sekarang.
Diprediksi, masa panen tembakau berlangsung dari Juli hingga Oktober mendatang.
Menurut petani tembakau asal Kabupaten Pati, Eko Novin, masa memetik daun tembakau masih dilakukan karena tidak bisa serentak. Dirinya memetik daun tembakau secara bertahap hingga usia tanaman mencapai 80 hari.
“Panen tembakau belum selesai mulai awal Juli sampai Oktober, karena umumnya petani tembakau sekali panen melakukan enam sampai tujuh kali. Saya dalam sekali petik dapat 4 daun selama seminggu, maka kalau enam kali petik, bisa dapat 24 daun,” sebutnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Sekarang, ia baru memetik 5 kuintal tembakau. Ia optimis mampu memetik tembakau lebih banyak lagi pada beberapa waktu ke depan, mengingat di tahun 2023 lalu berhasil memanen 3,5 ton tembakau di luasan lahan 2 hektar.
“Sampai hari ini, tembakau yang sudah dipetik 5 kuintal, yg lainnya belum dipetik. Biasanya untuk panen keseluruhan di lahan saya mampu menghasilkan 3,5 sampai 4 ton di luas lahan 2 hektar, saya pengennya tahun ini bisa melebihi tahun lalu,” ujar pria yang akrab disapa Novin.
Diketahui, Novin menanam tenbakau di desanya sendiri, Desa Sumberagung Kecamatan Jaken Kabupaten Pati dan sebagian lahan di Kabupaten Rembang. Ia menanam varietas nori dan srumpung.
Ia memandang, kondisi tembakau di tahun ini tidak sebanding tahun lalu yang dinilai lebih bagus. Hal ini dipicu cuaca kemarau tahun ini yang sangat kering, sehingga pasokan air untuk lahan minim.
“Pandanganku kualitas tembakau lebih bagus tahun kemarin, dan dari segi kuantitas juga bagus tahun kemarin, karena kondisi kekurangan air kini sangat berpengaruh. Saya menanam tidak hanya di Pati saja, tapi juga ke Rembang (Kecamatan Sulang),” katanya.
Ia mengungkapkan, kekeringan di musim kemarau yang melanda, menyebabkan petani tembakau kesulitan mendapat air. Banyak dari petani yang gagal tanam karena pasokan airnya sedikit.
Namun, Novin mencoba memanfaatkan pengairan dengan air sumur yang dialirkan ke penampungan terpal. Kemudian dialirkan ke lahannya sedikit demi sedikit.
“Kondisi tanaman tembakau sekarang dibilang kekurangan air karena kemarau kering banget. Malah ada petani yang tidak maksimal menggarap tembakau, ada yang 3 hektar sebagian dilepas menjadi 1 hektar. Kalau saya mengairi lahan dengan air sumur yang ditampung di terpal, ya sedikit demi sedikit,” tandasnya.
Novin berharap, ia mampu mendapatkan hasil panen tembakau yang lebih tinggi daripada tahun lalu, walaupun keadaan cuaca sedikit menjadi problem bagi petani tembakau tahun ini.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar