Tasyakuran Sembelih Kerbau, Sudewo: Tradisi di Sini

PATI – Mondes.co.id | Calon bupati (Cabup) dan calon wakil bupati (Cawabup) Pati nomor urut 01, Sudewo dan Risma Ardhi Chandra, menggelar syukuran usai unggul Quick Count (hitung cepat) dalam kontestasi Pilkada Pati 2024, Kamis (28/11/2024) malam.

Sebanyak ribuan pendukung dan simpatisan Sudewo-Chandra nampak memadati kediaman Sudewo di Desa Slungkep, Kecamatan Kayen, Pati.

Baca Juga

4 bulan  lalu

Satpas Pati Buka Pelayanan Upgrade SIM C Menjadi C1

380 Vindi Agil

Dalam acara bertajuk tasyakuran itu, warga dijamu dengan nasi hangat dan sayur daging kerbau.

Kerbau gemuk itu, sebelumnya disembelih pada siang harinya untuk dijadikan menu bersantap bersama.

Sudewo mengatakan, acara ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan terima kasih kepada seluruh pihak yang membawanya dalam kemenangan.

Baca Juga

1 tahun  lalu

DPRD Pati Minta Petani Siapkan Strategi Hadapi MT 3

437 admin

“Tasyakuran sebagai tanda rasa syukur kami mendapatkan suara terbanyak dari hasil pemungutan suara yang dilakukan kemarin,” ujarnya.

Sudewo menyebut, pendukungnya sadar bahwa tasyakuran ini bukanlah euforia. Ini hal yang biasa sebagai tanda terima kasih dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Proses perjuangan yang luar biasa. Menyita tenaga, waktu, energi yang cukup panjang dan pada akhirnya membuahkan hasil. Kami pasangan calon nomor 1 sebagai pemenang, sudah sewajarnya para pendukung sujud syukur pada malam hari ini,” ucapnya.

Sudewo mengklaim dirinya bersama pasangannya, telah memenangkan kontestasi Pilkada Pati 2024. Yakni dengan perolehan kemenangan 54 persen.

Ia pun mengucapkan terima kasih kepada para pendukung dan rakyat kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani.

“Kami real count (intern) 54 sekian persen. Dengan suara 410 ribu. Kami mengucapkan terima kasih kepada pendukung yang telah berjuang all out untuk memperjuangkan saya,” terangnya.

Sementara, saat ditanya tentang menyembelih kerbau, Sudewo mengungkapkan, penyembelihan hewan tersebut tidak memiliki makna tertentu. Namun, hanya sebatas untuk hidangan para pendukung.

“Tidak ada makna tertentu. Tradisi di sini memang motong kerbau. Mau punya gawe, mantu, nyunatno, atau nyewu, itu motong kerbau. Tidak makna apapun,” pungkasnya.

Editor; Mila Candra