Pertama Kali ikut, Teater Amongjiwo Boyong 3 Piala di FTBD Surakarta 

waktu baca 2 menit
Minggu, 8 Des 2024 10:04 0 367 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | meskipun baru pertama kali ikut, Teater Amongjiwo (SMK N 1 Kedung) berhasil memboyong 3 piala dalam ajang Festival Teater Berbahasa Daerah (FTBD) 2024 yang  diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah di Teater Arena TBJT Surakarta.

Teater Amongjiwo berhasil meraih prestasi sebagai Penyaji Terbaik 2, Aktor Terbaik (M Raffi Ardiansyah), dan Sutradara Terbaik (Eko B Saputro).

“Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi anak-anak kami. Alhamdulillah bisa memberi yang terbaik,” ungkap Kepala SMK N 1 Kedung Sunarti, Minggu (8/12/2024).

Meskipun baru pertema kali mengikuti FTBD, siswa SMK N 1 Kedung mampu bersaing dengan 20 peserta dari SMA/SMK se-Jawa Tengah.

Pembina ekstrakulikuler teater Amongjiwo M. Arief Gunawan menambahkan,. dalam FTBD 2024, setiap peserta harus membuat lakon sendiri berdasarkan cerita rakyat yang ada di seputar wilayah Jawa Tengah.

“Kami membawakan naskah lakon karya Mas eko BS berjudul ‘Ngrumat’ yang diambil dari cerita rakyat ‘Sendang Pengilon’ karya Hadi Priyanto,” kata Arief.

Jika  dalam cerita rakyat Sendang Pengilon berkisah tentang asal usul Desa Ngasem dan sendang juga tari Tayub.

Selanjutnya dalam lakon “Ngrumat” karya Maseko BS, dikisahkan tentang  Nining yang masih duduk di bangku sekolah menengah yang ingin belajar tari Tayub, tapi dilarang oleh Bapaknya, Kasdimin.

Nining ingin meneruskan sanggar seni yang dibangun oleh orangtuanya, yaitu Kasdimin dan Sri Lestari.

Sri, semasa muda adalah penari Tayub, yang mana dengan kawan-kawannya suka pasang susuk dan kungkum di Sendang Pengilon.

Tetapi, setelah melahirkan Nining, ia juga diminta berhenti menari oleh Kasdimin.

BACA JUGA :  Jembatan Desa Sinomwidodo Ambrol, Akses Jalan Utama Lumpuh Total

Kenapa Kasdimin melarang Nining dan istrinya menjadi penari Tayub? Karena ia merasa gagal merawat keberlangsungan sanggarnya, dan justru di belakang, istrinya bermain serong dengan seorang sinden.

“Cerita dalam lakon ‘Ngrumat’ ingin berbicara tentang fenomena sisi positif dan negatifnya lingkup pergaulan dalam lingkungan seni tradisi,” kata dia.

Namun, tetap ada muatan pesan edukasinya, yaitu pada tokoh Nining sebagai pelajar yang ingin belajar tari Tayub dan memahami lebih  jauh  tentang seni budaya, agar nantinya bisa ngrumat atau merawat dan melanjutkan sanggar orangtuanya yang sudah melegenda dikampungnya.

Sementara itu, tentang asal muasal desa Ngasem dan Sendang Pengilon, dimunculkan pada dialog tokoh Sukeni mantan penari Tayub yang suka kungkum di sendang tersebut.

Pentas “Ngrumat” yang diusung Teater Amongjiwo bentuknya seperti sandiwara atau drama berbahasa Jawa.

“Ini pengalaman yang berharga bagi kami. Semoga dengan ini, kami akan berusaha untuk tetap berproses dan melakukannya secara optimal,” jelas Arief Gunawan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini