Penjual Jeruk Pamelo Asal Bageng, Tawarkan Kenikmatan Buah Khas Pati

waktu baca 6 menit
Rabu, 11 Okt 2023 18:02 0 960 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Prospek usaha berjualan jeruk pamelo sangat menjanjikan di pasar saat ini. Jeruk pamelo merupakan buah yang populer karena rasa manis dan kaya nutrisi, sehingga banyak dicari oleh masyarakat.

Penjual jeruk pamelo dari Kabupaten Pati, Nurul Huda menjadi salah satu pelaku usaha yang berkecimpung menjadi supplier buah khas Kabupaten Pati tersebut. Pria 33 tahun itu menjual jeruk pamelo secara grosir kepada konsumen dalam jumlah besar ke berbagai wilayah yang ada di Indonesia.

Dirinya mengaku, mulai menekuni jenis usaha tersebut sejak 2015 silam. Sejak resign dari pekerjaanya sebagai karyawan, Nurul mulai mengelola bisnisnya sendiri dengan cara memasok buah jeruk pamelo dari petani lokal, yang kemudian ia kumpulkan untuk dijual-belikan ke berbagai wilayah, utamanya luar kota.

“Saya menerima hasil panen jeruk pamelo dari petani sini di gudang saya, lalu saya beli jeruk pamelo mereka. Atau biasanya saya menyewa pohon selama satu hingga dua tahun dari petani untuk saya tebas. Setelah itu buahnya saya beli, kemudian saya jual ke kota-kota besar di luar Pati,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Rabu, 11 Oktober 2023.

Ia mengaku, selama seminggu mampu memperoleh 5 ton buah jeruk pamelo. Sebanyak 25 petani jeruk pamelo dari Desa Bageng, Pohgading, Plukaran, dan desa-desa lainnya mempercayakan kepadanya sebagai mitra kerja sama. Para petani tersebut menyetorkan buah jeruk pamelo yang sudah dipetik ke gudang milik Nurul.

Momen paling banyak memanen jeruk pamelo ada pada bulan Desember hingga Mei. Pada bulan Maret menjadi puncak musim panen buah tersebut, sedangkan pada Mei buah sudah mengalami penurunan stok lantaran sudah memasuki musim kemarau. Apalagi buah jeruk pamelo tidak mampu menghasilkan bunga ketika curah hujan rendah, sehingga buah jeruk pamelo sangat membutuhkan pasokan air yang maksimal.

BACA JUGA :  Eks Relawan Kotak Kosong Nyatakan Dukungan pada Budiyono-Novi 

“Biasanya pas banyak saya dapat ambil 5 ton per minggu, tetapi karena bulan ini barangnya lagi susah didapat, kurng lebih per minggu hanya 1 sampai 2 ton saja. Jeruk kami peroleh, lalu dibersihkan, packing, dan kirim. Sejauh ini ada 25 petani yang kerja sama bareng saya, terkadang ada juga pengontek (pedagang kecil) keliling yang mencari barang, kemudian disetor ke sini,” sebutnya.

Sejauh ini, konsumen datang dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Magelang, bahkan Sumatera. Rata-rata dalam sekali pengiriman paling sedikir 500 kilogram, bahkan ketika musim panen tiba ia mampu menyuplai 2 sampai 3 ton buah jeruk pamelo.

Perlu diketahui, tak banyak orang yang mengenal jeruk pamelo. Bahkan warga Bumi Mina Tani sendiri tak semua mengerti jeruk pamelo. Menurutnya, prospek jeruk pamelo dari tahun ke tahun semakin menjanjikan, utamanya di desanya, yakni Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Apalagi dalam 10 tahun terakhir, jeruk pamelo dapat mengenalkan desanya sebagai penghasil buah oleh-oleh khas Pati.

“Ada sebagian besar orang di Pati maupun kota lain belum tahu rasa dan manfaat jeruk pamelo, padahal kalau tahu pasti suka sehingga proyeksi ke depan mangsa pasar semakin besar. Bayangkan, sejak saya bekerja sebagai tenaga pocokan 2006, jarang ada orang di desa ini menanam jeruk pamelo. Kemudian 10 tahun lamanya orang-orang lambat laun mulai kenal buah jeruk pamelo,” tuturnya.

Nurul menjelaskan, idealnya buah jeruk pamelo dipetik saat memasuki umur 5-7 bulan. Jika buah berusia di bawah 5 bulan rasanya masih tidak enak, sedangkan kondisi buah akan kering bila usianya lebih 7 bulan. Setiap buah memiliki grade tersendiri, grade A disebut premium dengan kulit yang mulus. Kemudian grade B Kondisi kulit tampang berlubang, dan grade C berukuran kecil.

BACA JUGA :  Sedekah Bumi Kedung Panjang Dimulai dari Tahun 1600

Sebelum buah jeruk pamelo dijual kepada konsumen, buah tersebut ditimbang dahulu untuk disesuaikan beratnya. Selanjutnya, disortir untuk dikelompokkan sesuai grade, setelah itu dicuci bersih. Lalu buah jeruk pamelo dikemas dengan karung sebelum diantar ke konsumen. Menurutnya, banyak konsumen yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Itu sebabnya, ia harus memperhatikan kondisi buah agar tetap terjaga kualitasnya.

“Buah ini memiliki grade beda-beda. Saya menjualnya sesuai pesanan konsumen. Biasanya grade A (premium) dibeli oleh orang-orang Chinese sewaktu acaa sembahyang, mereka memilih besar dan kondisi kulit mulus. Sedangkan, grade B dan C dijual ke supermarket maupun ke jamuan makan di kantor-kantor bahkan bule-bule, kan itu nanti mereka makannya dalam bentuk ready to eat yang disajikan instan,” terangnya.

Tidak mudah baginya untuk melakoni usaha seperti ini, ia mengaku beberapa kali dipermainkan oleh pembeli sehingga alur pembayarannya bermasalah. Mengingat, dirinya melakukan jual beli secara online, sehingga alur pembayaran kadangkala dilakukan di belakang.

Selain itu, faktor persaingan bisnis cukup menantang baginya. Lantaran, sudah mulai banyak orang yang menekuni bidang usaha yang sama sehingga ia harus berani bersaing secara harga. Di sisi lain, jual beli online membuatnya hati-hati membandrol harga buah jeruk pamelonya. Itu mengapa Nurul tak mengambil selisih untung yang besar, dikhawatirkan harga tersebut membuat konsumen enggan membeli.

“Kendala yang sempat saya alami selama ini sih macetnya alur keuangan ketika transaksi dengan pembeli. Tantangan berikutnya di kelas supplier adalah persaingan harga, karena harga sudah terpampang di internet, kami tak bisa ambil selisih untung yang terlalu banyak. Akhirnya kita mengikuti harga pasar, keuntungan gak bisa banyak karena persaingan banyak, apalagi orang-orang mulai melirik bisnis usaha seperti ini,” ucapnya.

Usahanya mengenalkan Pati ke tingkat nasional dengan mengenalkan buah jeruk pamelo. Beberapa kali, dirinya diundang di berbagai event organizer untuk mengenalkan dan menjajakan produknya di bazar-bazar. Dinas terkait biasanya memfasilitasi usahanya sebagai petani dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan.

BACA JUGA :  Merasakan Ajibnya Menu Arab di Pati

“Kalau ada event ya kami ikut, kalau diundang kami antusias. Apalagi kami merupakan petani dan UMKM binaan. Paling sering diundang di acara gebyar BRI maupun undangan dinas terkait,” ungkapnya.

Ia bersyukur usaha yang dijalankan sejak delapan tahun lalu bisa maju pesat seperti saat ini. Nurul mengaku terharu dapat mencukupi kebutuhan keluarga dengan usaha yang ia rintis secara mandiri. Mengawali karir sebagai karyawan, dan menjual jeruk pamelo kecil-kecilan sampingan sejak 2010, kini ia telah menjadi pedagang besar di daerahnya.

“Alhamdulillah berawal dari usaha sampingan, padahal dulu cuma ikut mertua. Dulu pindah-pindah, pernah nyewa tempat, lalu bikin rumah ini dan membangun gudang sederhana. Kini gudang sudah besar dan permanen,” ujarnya.

Dalam satu tahun, Nurul mampu meraup omzet sekitar Rp70 juta dengan profit 10 persen. Dirinya aktif menjembatani petani jeruk pamelo yang kesulitan mencari pengepul, oleh karenanya ia menerima barang dari petani setempat.

Harga sangat fluktuatif, pada bulan Oktober ini harga jeruk pamelo dari petani senilai Rp17.000 per kilogram. Sedangkan, harga jual grosir Rp20.000 per kilogram. Ia juga tengah menyewa 200 pohon jeruk pamelo. Dengan rata-rata harga Rp500 ribu sampai dengan Rp1 juta per pohonnya.

“Harga tiap bulan naik turun tergantung hasil, bulan ini Rp17 ribu per kilogram dari petani, sedangkan grosiran Rp20 ribu,” katanya.

Tidak hanya berjualan buahnya saja, melalui bisnis yang ia namai Bandar Pamelo, ia turut menjual bibit jeruk pamelo asli dari Desa Bageng dalam bentuk cangkok. Dari usaha tersebut, ia berharap mampu membawa usahanya berkembang pesat.

“Pengennya sih bisa membina petani setempat. Petani di desa terbina untuk diarahkan menanam jeruk pamelo yang berkualitas,” tutupnya saat diwawancarai di kediamannya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini