PATI – Mondes.co.id | Pada Musim Tanam Ketiga (MT 3) kerap dimanfaatkan petani di lahan tadah hujan untuk budi daya tanaman palawija, seperti kacang hijau maupun jagung.
Namun, di Kecamatan Jakenan, petani berani menanam padi di MT 3, yang mana bertepatan dengan musim kemarau.
Hal ini dikarenakan, sejumlah titik lahan di Kecamatan Jakenan memiliki pasokan sumber air memadai, khususnya yang dekat dengan Sungai Silugonggo.
Petani di beberapa desa meliputi Desa Bungasrejo, Karangrowo, Kedungmulyo, Ngastorejo, Sendangsoko, Sidoarum, Sonorejo, Tambahmulyo, Tlogorejo, dan Tondomulyo menanam padi di MT 3 ini.
Menurut Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Jakenan, Cholil Anwar, sebagian lahan pertanian di sana merupakan tadah hujan, sehingga petani menanam palawija. Sementara, sebagiannya lagi berada di kawasan yang dialiri sungai.
Pada MT 3 ini petani di Kecamatan Jakenan mampu memanen padi dengan rata-rata produksi Gabah Kering Panen (GKP) kisaran 6,5 ton sampai dengan 8 ton.
Jumlah produksi MT 3 di tahun ini bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mengalami peningkatan.
“Pengairan didapat dari Sungai Silugonggo. Bungasrejo sudah mencapai 7,5 sampai 8 ton, tetapi rata-rata di desa lainnya 6,5 sampai 7 ton. Alhamdulillah produksi padi di MT 3 ini hasilnya meningkat dibanding tahun lalu,” ujarnya kepada Mondes.co.id, Rabu (30/7/2025).
Kondisi ini, menurutnya karena dorongan kepala daerah yang mengintensifkan produksi padi.
Oleh karenanya, petani terpantik untuk produksi padi walaupun di MT 3.
“Ini disebabkan petani sudah mau melaksanakan program Bapak Bupati Pati 10 ton per hektar. Meski hasil belum 10 ton tapi peningkatan yang signifikan sudah ada dibanding tahun lalu dengan hasil rata 6,5 ton per hektar,” terangnya.
Kenaikan produksi GKP di MT 3 ini disebabkan oleh upaya masif dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati menuju 10 ton per hektar.
Apalagi, ada beberapa lahan yang menjadi lahan demplot “Program 10 Ton per Hektar”.
“Ada kenaikan meski tidak terlalu signifikan. Kebetulan sawah Pak Kades (Kepala Desa) Bungasrejo untuk demplot 10 ton,” ujarnya usai memantau panen di Desa Bungasrejo.
Selain itu, pada tahun 2025 ini kedatangan Badan Usaha Logistik (Bulog) ke petani, selama MT 2 memotivasi petani untuk terus memproduksi padi.
Apalagi tahun 2025 ini, pemerintah pusat menginstruksikan Bulog untuk turun langsung ke sawah menyerap GKP dari produsen.
“Saat ini Bulog turun langsung. Kalau tahun sebelumnya di MT 3 Bulog belum turun lapangan. Belum ada komando dari pusat,” urainya.
Diketahui, masa panen padi MT 3 di Kecamatan Jakenan berlangsung sejak pertengahan Juni hingga awal Agustus 2025 nanti.
Bahkan usai panen MT 3, sejumlah wilayah sudah mulai menanam padi lagi.
“Yang masih ada panen sampai awal Agustus Desa Tondomulyo, terus sawah Kades Bungasrejo itu panen yang terakhir di Desa Bungasrejo. Beberapa sawah ini sudah mulai tanam padi lagi,” ungkapnya
Ia berpesan kepada petani untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi.
Sejumlah poin ia soroti, seperti benih, olah lahan, jarak tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian hama, dan manajemen pasca panen.
“Kalau ingin produksi meningkat, maka penggunaan benih bersertifikat, pengolahan tanah yang baik, penggunaan bibit muda maksimal 21 hari. Kemudian, penanaman dalam lubang tanam 2 sampai 3 bibit, jarak tanam 20×20 sentimeter, dan pengairan dilakukan secara berselang,” ucapnya menyampaikan pesan kepada petani setempat.
“Selanjutnya, penggunaan pupuk berimbang mulai pupuk subsidi plus non subsidi. Pengendalian hama dan penyakit terpadu. Dan panen maupun pasca panen bulir padi yang sudah kuning semua,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar