Kisah Inspiratif Damin, Guru Idola Asal Pati

waktu baca 10 menit
Jumat, 18 Agu 2023 15:29 3 2149 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Momentum peringatan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia (HUT ke-78 RI), sudah barang tentu seluruh masyarakat merayakan hingar-bingar dengan caranya masing-masing. Tidak hanya larut dalam ceremony, tetapi merayakan hari lahirnya kemerdekaan Indonesia juga dilakukan dengan mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur maupun mendukung perjuangan pahlawan yang masih hidup membela tanah air, mempertahankan kedaulatan republik serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Masih dalam suasana peringatan HUT ke-78 RI, sosok heroik di kehidupan membangun negeri tak lepas dari peran pahlawan tanpa tanda jasa, yaitu guru. Di balik kata guru’ terangkai makna filosofis yaknidigugu lan ditiru’. Profesi mulia tersebut amat sangat vital mewujudkan cita-cita bangsa yang termaktub pada Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Pasalnya tugas pokok guru memberikan ilmu dan menempa karakter generasi bangsa melalui kegiatan belajar-mengajar di bangku pendidikan.

Guru tak lekang dimakan zaman, mengingat era serba modern menuntut guru bertransformasi menjadi sosok pendidik yang paham teknologi-informasi. Dalam sebuah era di mana teknologi dan informasi terus berkembang pesat, masih ada kisah inspiratif tentang seorang guru yang dengan sederhana menjalani hidupnya, tetapi memiliki semangat belajar yang tak pernah padam. Ia adalah contoh nyata bahwa semangat untuk terus belajar tidak mengenal batas usia atau kenyamanan.

Sosok tersebut adalah Damin yang merupakan seorang guru asal Kabupaten Pati. Pria yang kini mengabdi di SMP Negeri 2 Dukuhseti ini punya rekam jejak luar biasa selayaknya pendidik yang memotivasi setiap kalangan, bukan hanya sesama profesinya saja. Ia punya segudang karya yang gemilang selama menjalani profesinya sebagai guru selama 30 tahun.

Dedikasi di Dunia Pendidikan

Pria dengan titel Sarjana Pendidikan (S.Pd) tersebut menitih karier sebagai guru dengan menjadi tenaga pendidik tidak tetap di SMA Negeri 1 Pati dan SMA Negeri 3 Pati, kemudian lanjut ke SMA PGRI 2 Kayen. Usai mengajar sebagai tenaga honorer, ia kemudian lolos sebagai guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di SMP Negeri 1 Kayen sejak 1998. Menjalani pengabdiannya selama 22 tahun di sana membawa Damin mengukir ragam prestasi membanggakan, baik yang sifatnya individu maupun instansi.

“Sejak 1994 saya telah menjadi seorang guru di Pati. Waktu itu, saya mengawali karier sebagai GTT (Guru Tidak Tetap) di SMA N 1 Pati dan SMA N 3 Pati pada tahun 1994 sampai 1995. Saat itu kondisi saya masih belum seperti ini,” ungkap guru yang mengajar bidang studi Bahasa Inggris saat diwawancarai Mondes.co.id di kediamannya Jl. Bima I No 21, Perumnas Kutoharjo Permai RT 06 RW 08, Pati, Kamis, 17 Agustus 2023.

“Pada 1996 saya berjuang ikut seleksi CPNS, tetapi gagal. Saya ikut lagi pada 1997 tapi tak sampai selesai. Baru di 1998 saya ikut tes akhirnya lolos. Lalu saya ditempatkan di SMP N 1 Kayen. Di sana saya mengajar Bahasa Inggris, dan mendedikasikan tenaga serta waktu untuk terus belajar dan membangun peradaban bagi generasi anak bangsa,” ungkap guru lulusan IKIP Semarang 1993 (sekarang menjadi UNNES).

Selama berkiprah sebagai tenaga pendidik, Damin lama mendedikasikan diri di SMP Negeri 1 Kayen sebagai guru Bahasa Inggris sebelum ia menjadi kepala sekolah di satuan pendidikannya yang sekarang, yaitu SMP Negeri 2 Dukuhseti. Terhitung sejak Februari 2021 dirinya menjabat sebagai kepala sekolah di sekolah yang beralamat Jl. TPI Puncel, Margorejo, Dukuhseti, Kab. Pati.

BACA JUGA :  Tindakan Persekusi Terhadap Remaja Curi Pisang, UPTD PPA Pati Gerak Cepat

Menurutnya kepala sekolah hanya jabatan struktural, karena profesi pokoknya tetap sebagai guru. Ia menekankan bahwa menjadi guru harus sabar dan mengerti minat belajar peserta didik. Selama mengajar dirinya menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan media ajar yang kreatif sehingga menarik perhatian siswa.

Tebarkan Teladan bagi Siswa dan Alumni

Ia merupakan sosok yang menjadi panutan siswa-siswi di sana. Keberadaanya dinanti-nanti sehingga banyak siswa dan alumni yang mencintainya. Kesabarannya menjadi daya pikat seorang guru yang layak diidolakan.

“Tugas baru saya jadi kepsek seperti manajemen sekolah, mutu guru, kualitasi lulusan, mengelola siswa dan mengaktifkan pembelajaran seputar inovasi. Alhamdulillah saat ini muridnya ada kenaikan jumlah,” tuturnya.

“Bagi saya bagaimana cara mengajar ke anak harus diatur senyaman-nyamannya, sehingga membuat mereka suka pada kita. Kita harus menguasai materi dengan kemasan manis, seperti nyanyi dan jangan sampai membuat murid terbebani. Kita harus menerima kemampuan anak yang beragam, yang terpenting karakter anak bisa menghormati dan menghargai itu lah yang utama,” sambungnya.

Menurutnya, kemampuan anak berbeda-beda. Ia tidak pernah bersikap galak kepada siswa karena kemampuan perkembangan diri mereka (siswa) tidak bisa disama ratakan. Oleh sebab itu, ia tak pernah menyalahkan anak bila tak sesuai ekspektasinya. Karena bagi dirinya, hal yang paling utama mendidik anak adalah perkembangan karakter.

Meneladani Ki Hadjar Dewantara, Damin menilai bahwa mendidik seperti memupuk tanaman. Guru selayaknya petani hanya bertugas merawat jenis tanaman tertentu yang menjadi analogi siswa. Tanaman itu dibiarkan hingga berkembang, ada yang tumbuh subur, berbuah cepat, atau gugur. Namun, tanaman yang ditanam tak akan berubah jenis. Seperti itulah proses mendidik siswa.

“Padi tak akan bisa jadi jagung. Tugas kita mendidik seperti memupuk dan merawat tanaman padi. Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangunkarso, Tut Wuri Handayani. Jadikan tiga semboyan itu pegangan. Intinya jangan keras pada anak, ambillah hatinya,” katanya.

Di tahun ini, pemerintah tengah menerapkan Kurikulum Merdeka. Hadirnya kurikulum baru tersebut membuat Damin tergerak untuk benar-benar memederkakan peserta didik di dunia pendidikan. Bahkan dirinya ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) sebagai instrukturi Program Guru Penggerak. Hal ini menandakan bahwa dirinya harus menularkan kiat pembelajaran yang tepat untuk pendidikan di Indonesia.

Mengajar bidang studi Bahasa Inggris amat menantang. Kerap kali ia memotivasi siswa supaya tak pernah meninggalkan Bahasa Inggris karena menjadi bahasa internasional yang digunakan literatur mana pun. Demi meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, ia memfasilitasi mereka dengan les.

“Bahasa Inggris saya yakinkan ke mereka (siswa) akan menjadi bahasa penting. Coba lihat fitur handphone, istilah di mesin, dan literatur akademik, banyak kan Bahasa Inggris-nya? Kemudian saya juga membuka les untuk siswa yang ingin memperdalam materi Bahasa Inggris. Sejauh ini ada 50 siswa yang les dari SD, SMP, dan SMA,” sebutnya.

Kaya Prestasi dan Karya

Tak habis sampai di situ, Damin memiliki segudang prestasi di berbagai perlombaan dan pelatihan. Apalagi sosok guru yang gemar menulis ini, sejak 2009 sering lomba karya tulis ilmiah. Tak jarang dirinya meraih juara, pada 2012 dan 2015 ia meraih juara 2 Lomba Guru Berprestasi Kabupaten Pati. Kemudian, ia menorehkan juara harapan 1 Lomba Inovasi Webste Sekolah tingkat Jawa Tengah.

BACA JUGA :  Gurihnya Cuan dari Budidaya Udang Vaname

Damin juga penggagas blog dan website di SMP Negeri 1 Kayen. Ia mengenalkan dunia digital pada siswa-siswinya dan para guru. Dari keteladanannya sebagai guru, 18 karya tulis ia hasilkan salah satunya kisah perjalanan kariernya berjudul “Menggapai Asa Meraih Impian”.

Gonjang-Ganjing Kehidupan

Pria yang lahir di Desa Pulorejo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati tahun 1969 itu bercerita. Dalam cerita singkatnya, ia semasa hidup menjadi orang yang tidak mampu memaksanya bersekolah sambil bekerja dimana pun ia berpijak. Bahkan sejak di bangku SMP dirinya terpaksa ikut membantu orang agar mampu menyambung hidup dan membantu perekonomian keluarga. Bersekolah di SMP Negeri 1 Winong, Damin saat itu berpamitan dan meminta doa restu orang tuanya untuk tinggal sementara di rumah salah seorang mantan Kepala Desa Kebowan guna membantu pekerjaan dan mengenyam pendidikan.

“Keluarga saya tidak punya uang untuk menyekolahkan saya, saya harus mikir biaya bayar buku, uang gedung dan lain-lain. Sehingga saya berpikir bagaimana caranya agar tetap bersekolah. Saya ikut orang tinggal di sana dan membantu bekerja. Di sana kalau pagi sekolah, sorenya jualan di warung sampai malam. Waktu malam harinya saya membawa buku sambil belajar,” ungkap Damin.

Walau tiga tahun sekolah sambil bekerja, ia akhirnya menamatkan bangku SMP dengan predikat rangking tiga paralel pada 1985. Hebatnya, pada kelas II SMP, ia berhasil juara 2 lomba cerdas cermat tingkat Kabupaten Pati. “Tak lepas dari motivasi diri dan doa orang tua, alhamudlillah saya menempuh perjalanan pendidikan SMP saya hingga tamat dengan berbagai prestasi yang mengesankan sebagai warna hidup saya,” ucapnya.

Usai lulus SMP, ia tak menyangka lolos sebagai peserta didik di SMA Negeri 1 Pati. Bahkan tetangga dan orang-orang terdekat meremehkannya karena latar belakang ekonomi keluarga yang menengah ke bawah. Ia menganggap omongan negatif di luar sebagai motivasi. Ia pun kembali melanjutkan ceritanya sambil terharu mengingat masa-masa sulitnya.

“Kisah berlanjut waktu SMA, saya diremehkan karena orang tua saya tidak memiliki uang. Apalagi orang tua saya hanya jualan di pasar. Namun pertanyaan dan kritik dari orang-orang menjadikan saya semangat untuk terus maju. Prinsip saya tetaplah rendah hati dan berbesar hati untuk tidak gampang marah,” ucap pria yang waktu muda kerap menjadi muadzin.

Jadi Tukang Jagal Hingga Jualan Es

Masih dengan persoalan yang sama, Damin memutar otak atur siasat agar dapat merampungkan pendidikan pada kondisi keterbatasan. Kemudian, ia memutuskan tinggal bersama orang yang punya usaha tukang potong ternak. Di sana ia kembali melakoni statusnya sebagai pelajar sambil membantu pemilik rumah bekerja. Setiap pukul 03.00 WIB ia bangun kemudian membantu menyembelih ternak di pasar.

“Waktu di SMA, tiga bulan pertama saya laju dari Pulorejo ke sekolah dengan menaiki sepede onthel. Lalu saya direkomendasikan teman saya tinggal di tempat tukang jagal. Di sana saya tinggal sambil bantu-bantu nyembelih sapi di pasar. Saat itu saya juga sering dimintai bersih-bersih mushola sebelum sambil jadi pelantun adzan,” ucap ayah empat anak.

Pukul 07.00 sampai 13.00 WIB ia menimba ilmu di SMA terbaik Bumi Mina Tani. Di sana ia mengikuti pelajaran dengan baik, walau kadang kerap ketinggalan pelajaran karena sibuk membantu bekerja di sela-sela waktu belajar. Untuk mengatasi masalah itu, Damin membeli buku yang berisi materi pelajaran sekolah. Ia me-review pelajaran yang diajarkan guru setiap hari agar dapat menggali ilmu lebih dalam. Hal ini menjadikannya siswa yang menonjol, alhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah.

BACA JUGA :  Demonstrasi GMPP, Ratusan Dump Truk Padati Alun-alun Pati

“Jadi anak muda harus inovatif dan kreatif demi meraih hari esok yang lebih baik. Saya ketika kondisi ngantuk di kelas, saya siasati dengan membeli buku. Lalu tiap pulang sekolah saya pelajari buku itu agar materi yang disampaikan di kelas bisa saya pahami dengan maksimal. Apalagi SMA N 1 Pati lingkungannya sangat kompetitif,” ujarnya.

Sesuai dengan motonya bahwa anak muda harus inovatif dan kreatif, Damin tak ingin terus-terusan ikut orang. Ia mulai membangun kecil pada kelas II SMA. Berlokasi di Gowangsan, Damin menjual-belikan pakaian dan sandal di tengah keramaian para pembeli yang hiruk-pikuk di pusat perbelanjaan. Tak mudah memang merintis usaha tanpa privilege, bahkan sehari hanya satu sampai dua barang saja terjual. Kondisi demikian membuatnya sedih hingga kesulitan membayar kos. Sampai-sampai pakaian pribadinya dijual demi mendatangkan pemasukan.

“Saat itu saya berjualan tidak laku, saya menjual pakaian saya sendiri. Saya waktu itu kos di Juwanalan sekamar terpisah dari rumah utama, mulai kelas XI. Ketika. Selain itu, saya juga jualan sepatu dan sandal,” imbuh guru yang juga menggemari mata pelajaran Tata Negara itu.

Namun, roda telah berputar. Dengan dibantu rekannya dan tetangga kios, Damin mampu bangkit dari keterpurukan usaha. Lambat laun, usahanya dapat menjadi penyokong kebutuhan hidup dan sekolah hingga SMA tamat.

Singkat cerita, kisah berlanjut ke masa-masa pendidikan tinggi. Awalnya ia tak bercita-cita menjadi guru. Ia mengaku ingin bekerja di kedutaan karena ia suka Bahasa Inggris. Namun, takdir mengarahkannya kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Ia pun menjalaninya dengan sungguh-sungguh.

“Awalnya daftar di UGM (Universitas Gadjah Mada) ambil jurusan Hubungan Internasional tapi tidak berhasil. Akhirnya saya ambil Pendidikan Bahasa Inggris di IKIP Semarang, yang waktu itu kampusnya di Kelud (salah satu nama daerah di Kota Semarang),” tuturnya.

Bermodal berani dan terampil berwirausaha, Damin dengan gigih menyelam sambil minum air. Di Kota Semarang, dirinya kuliah sembari menekuni berbagai pekerjaan, di antaranya berjualan sirup, berjualan alat kuliah, menjadi tukang pangkas rambut, bahkan tukang becak. Di antara keempat itu, ia cukup sukses menekuni usaha jual sirup dan jual peralatan kuliah. Demi menopang kebutuhan hidup di kota besar, dirinya bekerja sore sampai malam.

“Akhirnya saya mendapat uang untuk makan dan minum. Akhirnya berkembang pesat, saya kerja dari sore-malam. Lalu saya jual alat tulis mahasiswa, dan kebutuhan pokok kecil-kecilan seperti makanan dan peralatan mandi,” tuturnya.

Diketahui, ia menamatkan kuliah selama 10 semester. Setelah lulus, dirinya melanjutkan usaha di Kota Atlas sembari melanjutkan bisnis jualan pakaian dan sandal di kota asalnya, Pati. Nahas, ia terpaksa menutup usahanya karena resesi ekonomi masa Orde Baru.

“Pada masa sulit itu, saya memutuskan berhenti jualan. Lalu saya ngajar GTT di Pati. Kemudian saya menikah. Lalu saya ikut seleksi CPNS tiga kali sejak 1996 hingga 1998. Pada 1998 saya lolos dan diangkat jadi PNS di SMP Negeri 1 Kayen,” pungkas Damin.

Editor: Harold Ahmad

3 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Damin
    1 tahun  lalu

    Terima kasih

    Balas
    Damin
    1 tahun  lalu

    Terima kasih ????????????

    Balas
    Damin
    1 tahun  lalu

    Terima kasih. ????????????

    Balas
LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini