PATI – Mondes.co.id | Situasi saat ini sedang memasuki musim kemarau basah.
Sebagai informasi, kemarau basah adalah kondisi saat musim kemarau tetap disertai hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Fenomena ini terjadi akibat gangguan pola cuaca global seperti La Nina.
Meski seharusnya kering, curah hujan tetap turun karena uap air terbawa angin dari wilayah tropis.
Akibatnya, kekeringan tidak terlalu parah dan kelembapan cuaca tetap terjaga.
Oleh karena itu, kondisi ini dimanfaatkan oleh nelayan kecil melaut mencari tangkapan.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan dan Pembinaan Tempat Pelelangan Ikan (P2TPI) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, Soleh, nelayan kecil merasa diuntungkan dengan kemarau basah.
Pasalnya, di musim kemarau disertai hujan, menyebabkan arus gelombang stabil dan ikan-ikan menepi ke tepian laut, membuat nelayan mudah menangkap ikan.
“Untuk nelayan kecil ini merupakan berkah, karena kalau memasuki musim kemarau ikan agak sulit untuk daerah pinggiran. Tapi kalau masih ada hujan biasanya ikan akan menepi,” katanya, Senin (21/7/2025).
Kendati demikian, tantangan lain dihadapi oleh nelayan kapal besar yang harus menyesuaikan pada perubahan cuaca yang begitu drastis.
Apalagi musim kemarau, biasanya menjadi momentum yang cocok untuk memanen hasil produksi tangkapan.
“Tapi bagi nelayan besar ini agak sulit karena ikan akan panen saat musim kemarau, jadi sekarang tangkapan nelayan besar menurun (jika masih turun hujan),” ujar Soleh.
Nelayan dari Kabupaten Pati sendiri melaut di beberapa wilayah, di antaranya Laut Jawa, Laut Natuna, Laut Arafura, dan Selat Makassar.
Para nelayan menggunakan bermacam alat tangkapan laut.
“Nelayan kecil oneday fishing di Laut Jawa, nelayan cumi di Laut Jawa dan Selat Makassar, jaring tarik berkantong di Laut Jawa dan Laut Natuna. Sedangkan, nelayan purse seine di Laut Jawa, Selat Makassar Laut Arafura, dan perairan Biak, Papua,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar