JEPARA – Mondes.co.id | Tradisi Jembul Tulakan merupakan tradisi unik bagi masyarakat Desa Tulakan Kecamatan Donorojo. Konon, tradisi ini sudah ada sejak zaman Ratu Kalinyamat.
Saat pangeran Sultan Hadlirin terbunuh oleh Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat mencari keadilan kepada Tuhan.
Ia pun bersumpah untuk mencari keadilan. Selanjutnya sang ratu meninggalkan kehidupan keduniawian dan bertapa di bukit Sonder, Donorojo.
“Jembul ini adanya sumpah Nyai Ratu. Sumpah ini oleh masyarakat dipahami sebagai bentuk kesetiaan dan kecintaan kepada Sultan Hadlirin,” ungkap Petinggi Tulakan Budi Sutrisno.
Masyarakat Tulakan merasa terpanggil untuk memberikan bantuan dengan merayakan istilah Jembul Tulakan. Agar cita-cita Ratu Kalinyamat untuk menuntut keadilan dapat terwujud.
Sedangkan di masa modern sekarang, Jembul sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Atas limpahan rahmat terhadap wilayah yang Toto Tentrem Kerto Raharjo.
Jembul terdiri dari dua yakni jembul lanang dan wedok. Jembul lanang berupa iratan bambu yang disusun sedemikian rupa dan di atasnya terdapat boneka golek.
Sementara Jembul wadon berupa makanan dan jajan-jajanan yang dipersembahkan untuk masyarakat.
Ada empat Jembul yang dibawa dari masing-masing dukuh. Pertama dukuh Krajan membawa Jembul golek Sayid Usman.
Kemudian Jembul Dukuh Ngemplak membawa golek Sutomangunjoyo. Ketiga Dukuh Winong membawa golek para pajurit gagah perkasa. Keempat Dukuh Brojo dan Pejing membawa golek mbah Leseh.
“Jembul keempat dukuh menggambarkan menghadapnya nayaka praja yang menghantarkan hulu bekti kepada Ratu Kalinyamat,” kata dia.
Dalam sambutannya, Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta ingin tradisi Jembul Tulakan dikenalkan ke panggung dunia.
Caranya, mengundang para warga negara asing (WNA) untuk menyaksikan atraksi budaya itu. Selain karena unik, atraktif, dan menarik, juga terkandung nilai historis ketokohan Sang Pahlawan Nasional Ratu Kalinyamat.
Pengenalan tersebut diyakini semakin menguatkan potensi kemajuan warisan budaya nusantara dari Kota Ukir ini.
Demikian disampaikan Pj Bupati Jepara ketika menghadiri prosesi Jembul Tulakan, yang merupakan acara sedekah bumi di Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Senin (20/5/2024).
“Kegiatan ini harus diketahui oleh seluruh masyarakat. Kalau perlu undang bule-bule, karena di Jepara itu ada seribuan (WNA), tontonkan,” ujarnya.
Budaya Jembul Tulakan kini sudah berlisensi sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau WBTB Indonesia. Pemerintah daerah, dikatakan siap mendukung upaya-upaya pelestarian budaya.
Ke depan, ia ingin suguhan tersebut semakin meningkat dan mendunia. Harapannya, para WNA lebih mengenal Kabupaten Jepara. Setelah menyaksikan secara langsung, maka akan tertarik dan mempromosikannya ke negara asal mereka.
“Kenalkan bahwa tiap desa itu ada budaya-budaya yang sangat luar biasa. Narasikan juga dengan bahasa yang sudah di-translate,” kata dia.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar