PATI – Mondes.co.id | Limbah batok kelapa yang sudah terbelah kecil-kecil, dahulu dianggap sebagai barang yang tidak bisa digunakan untuk apapun dan hanya dibuang begitu saja.
Dulu, limbah batok kelapa bisa dimanfaatkan bila sebagian besar masih berbentuk utuh dan bulat, untuk selanjutnya dibuat sebagai bahan kreasi yang menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Sedangkan pecahan yang kecil-kecil hanya dibuang dan dianggap sebagai limbah yang tidak bisa menghasilkan uang.
Tapi hari ini, limbah pecahan batok kelapa justru diperebutkan oleh orang yang melihat peluang bisnis besar dan menghasilkan cuan sangat melimpah di baliknya.
Menurut Pratama, salah satu pengepul limbah batok kelapa, sejak berkembangnya perusahaan arang briket yang diekspor ke luar negeri, menjadikan limbah tersebut diperebutkan para pengepul.
Bahkan, harga yang menggiurkan ditawarkan kepada pemilik limbah batok kelapa jika ingin menjual kepadanya.
“Harganya lumayan sekarang, saya ambil dari para pedagang kelapa muda ataupun di pasar-pasar tradisional berkisar Rp1.000 sampai Rp1.500 per kilogram,” ujarnya, Senin (9/6/2025).
Setelah mendapatkan banyak limbah batok kelapa dari para pedagangnya, lantas ia menjual ke perusahaan pengolahan arang batok kelapa yang ada di Kabupaten Pati.
Tak tanggung-tanggung, sekali mengirimkan limbah batok kelapa ke perusahaan pengolahan arang, dalam satu minggu ia mampu menyetorkan antara 10-18 ton.
“Per minggu kirimnya ya tidak tentu, minimal 10 ton kadang kuat sampai 18 ton tergantung bahan limbah yang kita dapat di lapangan,” jelasnya.
Walau bisnis limbah batok kelapa ini terlihat menghasilkan keuntungan yang menggiurkan, tapi ia mengaku tidak mudah menjalankannya.
Pasalnya, persaingan harga di pasar kian hari makin tidak terkendali.
Sebagai seorang pengusaha, ia harus memutar otak dengan ekstra untuk terus bertahan dan mendapatkan limbah tersebut dari para pengepul lainnya.
“Tidak mudah, saya juga harus turun sendiri ke pasar-pasar, bahkan ke Kabupaten tetangga untuk mendapatkan limbah batok kelapa. Harga yang tidak masuk akal dan banyaknya pemain, menjadi kendala utama bisnis ini,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar