Gunung Ditambang, Sungai Menyusut, Pohon Dibabat: Kendeng Nasibmu Kini

waktu baca 2 menit
Kamis, 17 Agu 2023 17:54 0 976 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Permasalahan lingkungan di Kabupaten Pati sudah mencapai titik klimaks. Pasalnya, kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani sudah diambang kerusakan ekologi, sehingga kekeringan di musim kemarau dan banjir besar di musim penghujan di depan mata.

Gunretno, tokoh masyarakat Kendeng, mengatakan rusaknya lingkungan Kabupaten Pati dimulai dari hulu ke hilir.

Ia menjelaskan kondisi hulu yang tak lain Pegunungan Kapur Utara alias Kendeng telah gawat karena ulah korporasi tambang.

Ditemukan berbagai pertambangan berizin maupun tak berizin yang merusak mata air dan mengikis perbukitan.

Ada pun alih fungi lahan yang tidak wajar dengan menebang tanaman tegak digantikan lahan pertanian pribadi, sehingga bila terjadi hujan di kawasan pegunungan, maka air akan membanjiri lereng hingga pemukiman penduduk.

“Di hulu kerusakan bermula adanya tambang dan gunung yang digunduli,” ungkap Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng kepada awak media, Kamis, 17 Agustus 2023.

Parahnya situasi hulu mengakibatkan kondisi hilir luluh-lantah. Eksploitasi di hulu menjadikan sungai-sungai kecil kekeringan lantaran sumber mata air sudah tidak produktif.

Ditambah, normalisasi Sungai Juwana yang tidak serius menyebabkan kondisi sungai-sungai kecil sumber kebutuhan warga tercemar.

“Contohlah di Kali Tus yang berada di Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo ini. Ini menjadi pertemuan antara kerusakan hulu dan hilir yang membuat masyarakat Pati kena bencana. Itu yang menjadikan kami menggelar upacara di sini sebagai perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT-RI) ke-78,” ujarnya usai melangsungkan upacara rakyat.

BACA JUGA :  Pengangguran di Pati Capai 27.064 Orang, Ketidaknyamanan Kerja Jadi Penyebab

Menurutnya, pertemuan titik hulu dan hilir penyebab bencana alam di Kabupaten Pati adalah memprihatinkannya Kali Tus.

Sungai kecil yang kering dan penuh sampah ini menjadi saksi bisu banjirnya areal pemukiman serta persawahan warga Kabupaten Pati.

“Di Sungai Juwana normalisasi sudah dilakukan tapi tidak optimal. Dan kondisinya semakin parah karena banyak kapal-kapal yang berlabuh menghambat laju air. Alhasil warga sekitar Sungai Juwana dan sungai-sungai yang bermuara ke sana terendam banjir,” katanya.

Petani dan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai merasakan kerugian luar biasa, baik secara ekonomi maupun sosial.

Apalagi, kerusakan Kendeng dan gagalnya normalisasi Sungai Juwana menjadi ancaman serius areal pertanian. Total ada 7.072 hektar sawah di 10 kecamatan alami puso.

Di samping itu, ia mengajak masyarakat di tepi Sungai Juwana bergerak bersama menuntut keseriusan pemerintah menormalisasi sungai, mengingat sejak 2019 hingga 2023 upaya itu belum tuntas.

Bahkan di upacara tersebut membentang spanduk tuntutan kepada pemerintah bertuliskan ‘Pak Jokowi Tulung Kaline Ndang Dikeruk Ben Petani Iso Nandur (Pak Jokowi tolong sungainya segera dinormalisasi agar petani bisa bercocok tanam).

“Dengan tulisan tersebut kami harap pemerintah bisa melihat dan bertindak,” tegasnya.

Editor: Harold Ahmad

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini