Dumbek, Makanan Tradisional Bentuk Unik yang Masih Eksis Kala Sedekah Bumi

waktu baca 2 menit
Rabu, 26 Jun 2024 17:51 0 742 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Dumbek, yakni makanan tradisional asli Nusantara. Makanan ini banyak ditemukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Daerah Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora merupakan tempat di mana makanan bernama dumbek masih populer.

Pasalnya, dumbek seringkali dijadikan sajian menu sedekah bumi maupun hari raya. Selain itu, dumbek dijual di pasar, pinggir jalan, maupun pameran makanan tradisional.

Jaken menjadi wilayah di Kabupaten Pati, yang sangat banyak tersaji makanan tradisional ini.

Ada banyak pembuat makanan dumbek yang tersebar di wilayah kecamatan ujung timur Kabupaten Pati tersebut.

Salah satu penjual dumbek dari Jaken, Jarmi melakoni usahanya membuat dan menjual makanan dengan bentuk unik itu.

Dumbek ia jual per ikat seharga Rp14.000, setiap ikatnya berisi 10 biji.

Ia sendiri mulai berjualan dumbek sejak 2020 lalu, sebagai usaha yang digeluti sewaktu masa-masa pandemi Covid-19. Penjualannya secara online maupun konvensional.

“Dumbeknya saya jual per ikat berisi 10 dumbek. Per ikat harga Rp14 ribu saja. Ada yang varian rasa gula merah maupun gula putih,” ucapnya kepada Mondes.co.id, Rabu (26/6/2024).

Biasanya ia sering mendapat orderan ketika masa-masa sedekah bumi. Orderan didapati dari Kecamatan Jakenan, Winong, Pucakwangi, Batangan, bahkan Jaken itu sendiri. Juga ada pembeli dari Kabupaten Rembang.

“Saya jual biasanya online, kalau mau ambil COD bisa, ke rumah bisa. Paling banyak di masa-masa seperti ini, banyak kabumi (istilah lain sedekah bumi),” katanya.

Di samping itu, ia juga menjual kuliner lain khas daerahnya, seperti buah siwalan dan minuman legen (sari buah siwalan).

BACA JUGA :  Ratusan Narapidana di Pati dapat Remisi, Kok Bisa?

Sebagai informasi, dumbek terbuat dari komposisi gula aren, gula pasir, tepung beras, tepung kanji, tepung terigu, dan kelapa parut.

Setelah itu, dibentuk lonjoran yang dibungkus dengan untaian daun kelapa yang masih muda.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini