PASANG IKLAN DISINI

Biosaka, Elisitor Ramah Lingkungan untuk Petani dengan Biaya Rendah

waktu baca 3 menit
Sabtu, 5 Agu 2023 17:38 0 261 Singgih TN

PATI – Mondes.co.id | Kini petani tidak perlu merogoh kocek mahal untuk mendapat elisitor guna merawat tanaman. Pasalnya di Kabupaten Pati telah ada elisitor organik ramah lingkungan yang murah dan cara pembuatannya pun mudah. Elisitor tersebut ialah biosaka.

Sebagai informasi, biosaka terbuat dari bahan fermentasi rumput liar yang tumbuh di areal lahan pertanian.

Cara membuat biosaka pun mudah hanya cukup dengan mencampur rumput dengan air, kemudian diperas-peras secara perlahan. Lalu sari-sari rumput akan keluar dengan sendirinya menjadi cairan yang bersifat homogen.

Eni Prasetyowati selaku Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Gabus menjelaskan bahwa 1,5 liter Biosaka sudah mencukupi untuk mengolah lahan sawah satu hektar.

“Jadi, sebenarnya sangat hemat, hanya satu genggam rumput itu bisa untuk 5 liter. Dan setiap 1,5 liter bisa diaplikasikan untuk satu hektar tanaman,” ungkapnya kepada Mondes.co.id.

Di samping itu, menurut penjelasan penemu biosaka bernama Muhammad Anshar, proses pembuatan biosaka harus mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Pertama, petani musti memilih rumput yang bebas dari hama dan penyakit. Lalu yang kedua, sediakan ember berisi air 5 liter untuk segenggam rumput.

Lebih lanjut, rumput yang sudah dipilih dimasukkan ke dalam air. Petani kemudian dapat meremas-remas rumput tersebut dengan pelan dan penuh perasaan hingga warna rumput keluar dan menyatu dengan air.

Proses perasan rumput hingga air terasa kesat, dingin, dan tidak ada lagi sari yang keluar. Apabila sudah berada di tahap itu, maka cairan telah bersifat homogen.

Baca Juga:  Pengaplikasian Teknologi & Gen Z untuk Ketahanan Pangan Indonesia

“Hanya perlu satu genggam, lalu diremas-remas di dalam air itu. Tapi meremas ini yang harus pakai perasaan, hingga tercipta homogen,” ungkapnya.

Hal yang penting untuk diingat adalah ketika melakukan perasan, tidak boleh beristirahat atau digantikan orang lain. Tindakan tersebut dapat berakibat gagalnya pembuatan ramuan biosaka.

Setelah mendapat warna dan kondisi sudah kental, langkah berikutnya adalah menyiapkan wadah botol untuk menampung cairan tersebut.

Biosaka pun sudah siap untuk digunakan. Penggunaannya dengan cara disemprot.

Saat penyemprotan harus dilakukan dengan sistem kabut atau embun. Setiap tangki hanya membutuhkan 40 mililiter cairan.

Selama melakukan semprotan hanya boleh satu kali saja, tak boleh diulangi. Setiap hektar biasanya menghabiskan 4 sampai 6 tangki penyemprotan. Penyemprotan dilakukan selama 6 kali selama musim tanam tersebut.

“Dosisnya harus sesuai, kalau kebanyakan juga nanti akan berdampak pada tanaman menjadi layu,” ucap Anshar.

Menurut Penyuluh Pertanian Lapangan Kelompok Jabatan Fungsional (PPL KJF) Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Diana Kusumawati, elisitor biosaka dapat menekan biaya produksi.

Menurutnya hasil tanaman yang telah disemprot biosaka akan langsug terlihat seminggu setelahnya.

“Biosaka bisa menekan biaya produksi. Selama seminggu penyemprotan, hasilnya langsung terlihat. Kalau tanaman segar maka aplikasinya sesuai. Sedangkan kalau tanamannya hangus, maka pengaplikasiannya gagal,” tandasnya.

Editor: Ahmad Harold

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini