PATI – Mondes.co.id | Salah satu alat musik yang digemari oleh sebagian masyarakat adalah drum. Instrumen tersebut menjadi salah satu alat penting dalam menghidupkan suasana iringan musik.
Bermain drum tidak hanya asal memukul, tetapi perlu ada tata caranya supaya mampu menghasilkan irama yang memanjakan telinga. Itu mengapa, penting sekali bagi siapapun belajar cara memainkan drum dengan benar.
Salah satu tempat di Kabupaten Pati ini menyediakan layanan latihan drum. Dipandu oleh guru yang punya kompetensi dan pengalaman di bidangnya, seseorang akan mampu dipoles menjadi drummer yang mumpuni. Tempat tersebut adalah Drum Skul Pati yang didirikan oleh Nugroho Dhian (36).
Pria asal Jaken itu membawa misi memantik potensi sumber daya manusia (SDM) di Bumi Mina Tani agar semakin terasah untuk menjadi pemain drum yang berkompeten.
Sejak 2018, ia pun mendirikan Drum Skul Pati guna memfasilitasi warga Kabupaten Pati dan sekitarnya yang berniat mengasah kemampuan di dunia musik, khususnya drum.
Perlu diketahui, Drum Skul Pati telah eksis di Kabupaten Pati dan sekitarnya. Bahkan ia sudah memiliki banyak anak didik dari sejumlah wilayah, seperti Rembang, Blora, dan Pati itu sendiri. Saat ini, Dhian memiliki 40 murid di Drum Skul Pati.
“Saya memulai mendirikan Drum Skul Pati sejak November 2018, awalnya di Randukuning, tapi sejak 2021 pindah di Jalan Kembangjoyo 194A, Kalidoro ini. Murid ada 40-an, dari mulai usia 5,5 tahun sampai SMA, bahkan dulu usia 45 tahun juga ada. Ada kelas kids, perform, curriculum, dan hobby,” ungkap pria lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ketika diwawancarai Mondes.co.id, Sabtu (25/5/2024).
Di Drum Skul Pati sendiri menyediakan beberapa program latihan, meliputi kids untuk usia di bawah 7 tahun, pada program ini seorang anak dikenalkan tentang musik drum. Ada pun perform dan curriculum untuk usia di atas 7 tahun.
Pada program perform diajarkan teknik yang matang guna penampilan pentas. Sedangkan, pada program curriculum diajarkan tentang notasi. Program latihan hobby juga hadir di tempatnya untuk memfasilitasi siapapun yang sekedar ingin mengisi waktu luang.
“Untuk kids ngajak main sembari pengenalan musik. Kalau perform kami fokuskan metode muscle memory atau ingatan pada otot. Sehingga kami mengedepankan kepekaan pada nada, bunyi atau suara. Kami meyakini semakin lama kalau dilatih semakin pintar ketika otot-otot sudah peka,” ujar pria yang melanglang buana sebagai guru musik tersebut.
Metode mengajarkan drum kepada anak didiknya mengedepankan kepekaan otot pada bunyi. Muscle memory dipilih sebagai upaya melatih anak didik demi penguasaan skill mereka. Dalam satu minggu dilakukan sekali pertemuan, satu kali sesi selama 55 menit.
Dhian sangat telaten memberikan pendalaman materi kepada anak didik. Bahkan anak didiknya pernah memborong juara di ajang Semarang Open Instrument Competition 2023. Membawa 5 anak didik, seluruhnya meraih juara.
“Di Festival Semarang Open Instrument Competition di Agustus 2023, alhamdulillah saya bawa 5 peserta, kami meraih winner dan runner-up. Kategori junior dapat winner dan runner-up. Kategori advance dapat winner dan runner-up, lalu di bawah 7 tahun kategori kids runner-up. Sewaktu kompetisi drum di Solo tahun lalu, anak didik kami juga memperoleh juara 1,” papar pria yang juga aktif di Indonesian Drummer Jogja.
Ia menarget ikut Drummer Competition yang digelar secara nasional. Sebanyak 7 kota menjadi venue penyelenggaraan kompetisi tersebut. Dan Drum Skul Pati tengah mempersiapkan ikut kompetisi itu.
“Kami sedang prepare matang dengan latihan intensi, pengen ikut Drummer Competition di Agustus mendatang. Kami mengejar itu,” ucapnya.
Sebagai informasi, tiap tahun ia bersama dengan rekan-rekan menggelar Drum Fest Pati, yang mana kompetisi mencari talenta drummer terbaik. Menurutnya, antusiasme sudah mulai tinggi, karena terakhir kali diikuti oleh 40 peserta dari Semarang, Rembang, Jepara dan lain-lain.
“Sejak 2022 kami bikin Drum Fest Pati, kami libatkan juri untuk mencari talenta terbaik. Peserta puluhan dari berbagi wilayah cukup antusias, walaupun atmosfer musik di Pati tak semeriah di Solo atau Yogyakarta,” kata Dhian.
Dhian menceritakan awal mula berjuang membantu mengenalkan drum di Bumi Pesantenan. Ia termotivasi oleh vibes yang pernah dirasakannya selama hidup di Kota Pelajar. Baginya, keistimewaan Yogyakarta membuatnya larut dalam nuansa musik yang benar-benar nikmat.
Di komunitas, ia kerap bertemu dengan drummer Shaggydog, Letto, Shella On 7, serta Jikustik. Ia mengakui jika support berbagai pihak atas musik di Yogyakarta sangat besar. Hal itu membuatnya tergerak agar iklim tersebut mempengaruhi kota asalnya.
Namun, semangat yang ia bawa terbentur dengan motivasi bermusik yang rendah di Kabupaten Pati.
Selama mengajar di Kabupaten Pati, ia terkendala dari dukungan orang tua ke anak yang minim dalam menempa bakat. Bahkan, banyak dari muridnya yang tidak mempunyai alat drum di rumah. Padahal untuk belajar drum, tidak cukup hanya seminggu sekali di tempat kursusnya.
“Masalahnya anak didik saya jarang ada yang punya drum sendiri, sehingga membiasakannya susah. Tantangan selanjutnya yaitu kursus musik drum banyak, terutama dengan kompetitor besar yang sudah ada. Dan di Pati banyak orang pintar, tetapi sulit mengembangkan kepintarannya, sehingga saya mencoba babat alas sebagai orang baru dan nama baru mempengaruhi pentingnya musik drum di Pati, apalagi saya awalnya nol jaringan di Pati,” kata Dhian.
Dhian juga memandang prosopek membuka usaha Drum Skul Pati berpeluang besar diminati oleh masyarakat, hal itu karena sebelumnya sudah ada tempat program pelatihan musik yang sudah membumi di Kabupaten Pati, khususnya sekolah drummer.
“Motivasi sebelum bikin Drum Skul, berangkat dari semangat mengajar drum di Jogja dan Solo sejak 2010. Saya mengajar drum sambil berkuliah. Kemudian saya pulang karena diminta orang tua, kemudian survey peluang yang baik di Pati,” ucap pria yang gemar bermusik sejak duduk di perguruan tinggi.
Ia berharap, potensi bakat yang dimiliki oleh anak-anak maupun pemuda di Kabupaten Pati dapat disalurkan dengan baik dan terarah, khususnya bermusik.
“Harap saya dari SDM yang berpotensi bagus ini semoga lebih open minded karena bermusik bukan sekedar hobi tapi untuk mengasah skill,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar