TRENGGALEK – Mondes.co.id | Dinilai akan berpotensi memicu konflik horizontal di tengah masyarakat, puluhan warga Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek menggelar aksi damai.
Aksi tersebut bertujuan untuk menyampaikan aspirasi penolakan pembangunan salah satu mushola. Yakni, yang berada di RT 07, RW 03, Kelurahan Kelutan.
Para pengunjuk rasa menyuarakan tuntutan dan alasan menolak pembangunan sarana ibadah tersebut.
Selain berorasi menggunakan pengeras suara, pendemo juga menenteng sejumlah spanduk. Di antaranya bertuliskan ‘Warga Menolak!!! Pembangunan Masjid/Lembaga/Sarana Ibadah di RT 07 RW 03 Kelutan Karena Memicu Konflik Antar Warga’.
Titik kumpul awal peserta aksi berada di halaman Kantor Kelurahan Kelutan, Gang Langsep, Jalan Sukarno Hatta. Kemudian mereka berjalan beriring-iringan menuju lokasi pembangunan musala (di RT 07, RW 03) sambil meneriakkan tuntutan mereka.
Salah satu orator dalam aksi damai, Hariadi kepada awak media menyebut jika masyarakat sebenarnya sebelum terjadi unjuk rasa, sudah menyampaikan keluhan kepada pihak-pihak terkait.
Di antaranya, melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Trenggalek. Akan tetapi, terkesan tidak ada respons positif atas aspirasi dimaksud. Karena sudah tiga bulan dan tidak ada tindak lanjut, sehingga digelarlah unjuk rasa ini.
“Prinsipnya, warga Kelurahan Kelutan terkhusus RT 07, menolak adanya pembangunan masjid atau mushola yang tidak sepaham dan seakidah dengan mayoritas masyarakat di Kelutan,” sebut Hariadi, Selasa (14/5/2024).
Dirinya menambahkan, inti tuntutan warga adalah menghentikan pembangunan mushola tersebut. Mengingat, ketika ada sarana ibadah yang tidak sepaham dengan akidah di lingkungan, maka dikhawatirkan akan berpotensi menimbulkan konflik.
“Apalagi yang mau mendirikan bangunan ini juga warga pendatang,” imbuhnya.
Pun begitu, masih kata Hariadi, memang ada beberapa warga sekitar yang memberi dukungan (pembangunan mushola tersebut).
Namun, lebih banyak penolakan dari masyarakat dan lingkungan. Sehingga, bermula dari sini saja sudah mulai terjadi friksi-friksi kepentingan.
“Bahkan, saat warga yang menolak berkumpul menggalang massa, ada iming-iming sesuatu agar tidak terjadi penolakan,” tandas Hariadi.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar