JEPARA – Mondes.co.id | Sebuah kebanggaan bagi perajin ukir, hasil karyanya banyak menghiasi bangunan masjid hingga makam tokoh penting di Indonesia.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Miftahurrohman (48), warga RT 1 RW 4 Desa Krapyak, Kecamatan Tahunan yang berprofesi sebagai pengukir.
Selama ini, karya ukirnya sudah melanglang ke berbagai wilayah tidak hanya di Indonesia, tapi juga hingga Dubai, Uni Emirat Arab.
Setidaknya, ia sudah menghabiskan waktu lebih dari 32 tahun untuk menjadi pengukir.
Namun, satu kebanggaan jika karyanya ini terpajang menghiasi sudut dan ruang kosong masjid dan terlihat lebih indah.
“Walaupun posisi saya saat itu masih bekerja pada juragan, saya sangat senang,” ungkapnya, Senin (8/9/2025).
Sekarang statusnya juga masih sebagai “buruh”.
Tapi ia juga bekerja sendiri secara freelance dan mengerjakan ukiran di rumah.
Terkadang juga dapat pesanan kaligrafi secara online.
Ada juga karya Miftah dan tim di Masjid Pantai Kartini, khusus ukiran kaligrafi dan ornamen Arabic.
Juga mihrab di Masjid Pancasila Perumnas Tahunan Jepara.
Salah satu yang berkesan saat mengerjakan kaligrafi yang dipesan oleh seorang pengusaha dari Yogyakarta yang minta dibuatkan kaligrafi penggalan surah Albaqarah dengan ukuran sekitar 2 meter.
“Menurut beliau itu pesanan dari keluarga Cendana untuk hiasan di makam Pak Harto, mantan Presiden RI,” kenangnya.
Pernah juga ada pesanan kaligrafi dan dikirim ke Dubai ukuran 80 sentimeter sebanyak 20 pcs, tambahnya.
Diceritakan, awalnya ia belajar dari ayahnya yang juga seorang perajin ukir.
“Sejak masa kanak-kanak saya suka suka dolanan tatah. Bahkan saat kelas dua SMP, ketika liburan saya mulai belajar natah dengan sungguh,” kenang suami Jumiati ini.
Kemudian setelah lulus SMP Al–Maarif tahun 1993, Miftah meneruskan belajar ngukir kepada Pak Nardi, tetangganya.
Kemudian ia bekerja sebagai tukang ukir sampai sekarang.
Saat itu, kerjaan mengukir masih bisa diandalkan sebagai penopang ekonomi keluarga.
“Makanya saya memilih jadi pengukir, walaupun semasa SD bila ditanya tentang cita-cita, saya selalu menjawab ingin menjadi pelukis,” tutur ayah dua anak itu.
Ia juga menyinggung kondisi perajin ukir Jepara saat ini.
“Ada banyak faktor yang menyebabkan banyak perajin ukir yang kemudian meninggalkan ukir sebagai budaya leluhurnya. Utamanya karena faktor ekonomi,” ungkapnya.
Harapannya, karena seni ukir adalah ikon Kota Jepara, pemerintah dan para pemangku kepentingan lain bersedia memperhatikan dengan serius pelestarian seni ukir dan juga kesejahteraan pengukirnya.
“Dengan demikian, seni ukir dapat terus lestari di Bumi Kartini, karena kita terus bersedia dengan setia menjaganya,” katanya.
Baru-baru ini, Miftahurrohman meraih juara I Lomba Cipta Karya Cinderamata Ukir Kayu Tingkat Kabupaten Jepara Tahun 2025.
Bahkan, atas prestasi itu ia mendapatkan hadiah dari Mugiyanto, Wakil Menteri HAM RI sebesar Rp1.750.000.
“Jujur saya tidak mengira. Sebab saya tahu para peserta lomba, karyanya bagus-bagus,” ujar Miftah.
Editor; Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar