JEPARA – Mondes.co.id | Pemerintah secara resmi telah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pakaian kebaya. Terkait hal ini, Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta melalui Sekretaris Daerah Edy Sujatmiko telah mengeluarkan surat Nomor 025/2057 tentang Pemberitahuan Penggunaan Kebaya dalam rangka Hari Kebaya Nasional.
“Besok pagi ASN perempuan, pegawai BUMN dan BUMD, diharapkan memakai pakaian kebaya,” ungkap Sekda Jepara Edy Sujatmiko, dalam surat tertanggal 22 Juli 2024.
Kepala Dinas diminta memerintahkan karyawatinya agar menggunakan kebaya pada Rabu, 24 Juli 2024. Termasuk Dinas Kesehatan, Puskesmas, Camat, dan Desa.
“Tidak hanya di dinas, tapi hingga pelayanan di tingkat desa menggunakan kebaya,” kata dia.
Karyawati BUMD dan swasta pun diminta turut memakai kebaya.
Tidak hanya itu, besok juga akan dilaksanakan apel bersama memperingati Hari Kebaya Nasional di Halaman Kantor Bupati Jepara. Dinas atau perangkat lain, untuk bisa menyesuaikan apel di lingkungan kantor masing-masing.
Dari catatan sejarah, ada sejumlah hal yang mendasari mengapa 24 Juli ditetapkan sebagai Hari Kebaya Nasional.
Selain sebagai aset budaya, ada pula nilai sejarah ketika Presiden ke-1 RI Sukarno menghadiri Kongres Wanita Indonesia X, di mana semua peserta yang hadir memakai kain kebaya.
Menurut sejarah, kemunculan kebaya di Indonesia bermula pada sekitar abad ke-15 atau ke-16. Sebutan “Kebaya” merupakan kata yang berasal dari “Abaya” yang artinya jubah atau pakaian.
Pakaian identik yang dipakai perempuan Indonesia ini melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan, dan keteguhan perempuan Indonesia.
Setiap unsur yang ada dalam sehelai kain kebaya melambangkan makna dan persona seorang perempuan Indonesia. Sebut saja, modelnya yang sederhana dan dipakai dengan paduan bawahan jarik/kain panjang.
Hal ini melambangkan sifat dan tampilan perempuan yang lemah gemulai. Kemudian, lilitan kain yang ketat, membuat perempuan bergerak dengan lembut dan kehalusan. Artinya, perempuan haruslah lembut dalam tutur kata, halus dalam bertindak.
Potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh/melekat juga memiliki makna, perempuan harus bisa selalu menyesuaikan diri dengan keadaan dan mandiri. Serta stagen atau ikat pinggang kebaya, menyimbolkan usus yang panjang, dalam filosofi Jawa, bermakna punya kesabaran yang tinggi.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar