REMBANG – Mondes.co.id | Setiap malam Jumat, pemandangan unik terjadi di depan Pasar Rembang.
Para pedagang bunga dadakan diserbu oleh pembeli yang berbondong-bondong datang untuk membeli bunga yang akan digunakan untuk ziarah kubur atau “nyekar“.
Keramaian ini menjadi berkah tersendiri bagi para penjual bunga yang dagangannya ludes terjual dalam waktu singkat.
Salah satu pedagang yang merasakan berkah ini adalah Mbah Tuwik, seorang penjual bunga asal Desa Mondoteko.
Dengan senyum lebar di wajahnya, ia mengungkapkan bahwa malam Jumat adalah momen paling laris untuk dagangannya.
“Ya mas, paling laris dagangan bunga kami tiap malam Jumat. Pembelinya banyak sekali,” ujar Mbah Tuwik, sambil terus melayani pembeli yang datang silih berganti pada Kamis (14/8/2025).
Menurut Mbah Tuwik, rata-rata pembeli membeli bunga untuk keperluan ziarah kubur.
Tradisi ziarah ini memang sangat kuat di kalangan masyarakat Jawa, terutama menjelang atau pada malam Jumat.
Bunga-bunga yang paling banyak dicari adalah bunga kenanga, melati, dan mawar, yang biasanya dirangkai menjadi satu dan dijual dengan harga terjangkau.
Pembeli yang datang tidak hanya dari dalam Kota Rembang, tetapi juga dari desa-desa sekitar.
Salah satu pembeli, Siti mengatakan bahwa ia selalu menyempatkan diri untuk membeli bunga di depan Pasar Rembang setiap malam Jumat.
“Ini sudah tradisi keluarga, mas. Setiap malam Jumat, kami selalu nyekar ke makam orang tua. Beli bunganya ya di sini, karena lebih lengkap dan harganya pas,” kata Siti.
Keramaian ini biasanya terjadi pada sore hari sekitar pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Para pedagang sudah bisa pulang lebih awal dengan membawa pundi-pundi rupiah hasil penjualan.
Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya tradisi dan keyakinan spiritual di tengah masyarakat.
Bagi para pedagang, malam Jumat bukan hanya sekadar waktu untuk mencari rezeki, tetapi juga menjadi saksi bisu dari berlanjutnya tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Berkah malam Jumat yang membuat pedagang bunga laris manis, menjadi cerita indah di pinggir jalan depan Pasar Rembang.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar