JEPARA – Mondes.co.id | Prasasti Candi Angin yang ditemukan di kawasan situs Candi Angin, Desa Tempur, Kecamatan Keling, kini menyita perhatian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama École Française d’Extrême Orient (EFEO).
Prasasti dari kawasan Candi Angin, Kecamatan Keling itu diyakini menyimpan jejak penting tentang peradaban Jawa kuno.
Mereka melakukan penelitian prasasti Candi Angin, yang tersimpan di Museum R.A Kartini Jepara.
Sesuai tugas dan fungsi BRIN, Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra menggandeng EFEO dalam riset bertajuk “Institusi Keagamaan di Indonesia pada Periode Awal melalui Pendekatan Epigrafis dan Filologis”.
Penelitian berlangsung 9–18 Oktober 2025 di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dipimpin oleh Titi Surti Nastiti dengan tujuh peneliti anggota.
Salah satu kegiatan utama ialah mendokumentasikan Prasasti Candi Angin di Jepara menggunakan metode fotogrametri.
Metode ini dinilai mampu merekam detail aksara, tekstur, hingga struktur batu secara presisi.
Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, M. Irfan Mahmud, dalam keterangan tertulis menjelaskan di Jawa terdapat sekitar 600 prasasti dari abad ke-9 hingga ke-15 yang ditulis pada batu dan lempengan tembaga.
Namun, hingga kini belum ada inventaris lengkap yang mencakup semua catatan, terlebih banyak prasasti tidak bertanggal.
Lebih luas lagi, inventaris tunggal yang merangkum seluruh prasasti di Nusantara, juga belum tersedia.
Selama dua dekade terakhir, ahli epigrafi Indonesia dari bekas Pusat Penelitian Arkeologi Nasional berkolaborasi dengan EFEO Jakarta untuk menyusun database epigrafi nusantara.
Saat ini, database tersebut sudah mencatat sekitar 3.500 entri metadata.
Data awal dipublikasikan pada 2021 melalui platform daring idenk.net (Inventaris Daring Epigrafi Nusantara Kuno) yang diedit bersama Dr. Titi Surti Nastiti (BRIN), Prof. Dr. Arlo Griffiths (EFEO), dan Prof. Dr. Daniel Perret (EFEO).
Tujuan besar riset ini adalah menyunting sekaligus memperluas publikasi database epigrafi agar bisa diakses global.
Dari sana, diharapkan muncul gambaran menyeluruh tentang epigrafi Indonesia awal.
Epigrafi dari Sumatera, Jawa, dan Bali mencerminkan kekayaan istilah institusi keagamaan. Mulai dari istilah Sansekerta seperti āśrama, prāsāda, kuśala, dharma, mandala, kuti, hingga wihāra; istilah vernakular seperti kawikwan, kalagyan, parhyanan; serta bentuk campuran karsyan dan patapan.
Namun, hingga kini, prasasti-prasasti itu belum banyak dikaji secara mendalam, terutama dalam konteks sejarah kelembagaan keagamaan lokal maupun supralokal.
Selain meneliti prasasti batu dan tembaga, penelitian ini juga mengkaji naskah lontar.
Indonesia tergolong unik di Asia Tenggara karena sumber tertulisnya bukan hanya prasasti, melainkan juga manuskrip.
Di Jawa terdapat ratusan manuskrip pra-Islam, sedangkan tradisi Hindu Bali melestarikan ribuan lontar.
Isinya, berupa resep maupun deskripsi, dianggap selaras dengan bukti epigrafis, sehingga memberi gambaran lebih luas tentang praktik keagamaan masa lampau.
Kepala Disparbud Jepara Ali Hidayat melalui Kepala Museum RA Kartini Jepara, Lia Supardianik, berharap penelitian BRIN bersama EFEO dapat membuka tabir sejarah Prasasti Candi Angin.
Sekaligus memperkuat posisi Jepara sebagai salah satu pusat warisan budaya penting di Jawa Tengah.
“Kemarin mereka datang ke Museum untuk melakukan penelitan. Luar biasa tanggapan mereka terkiat prasasti ini,” ungkap Lia, Selasa (14/10/2025).
Hasil riset nantinya akan dipublikasikan secara akademis dan dapat diakses masyarakat luas.
Dengan begitu, selain memperkaya khazanah sejarah Indonesia, penelitian ini juga mendukung upaya pelestarian cagar budaya, sekaligus memperkuat daya tarik wisata edukasi sejarah di Jepara.
Prasasti Candi Angin sendiri merupakan, prasasti yang ditemukan di puncak bukit Gunung Candi Angin, teras V.
Prasasti ini berbentuk balok tidak rata di tiap sisinya.
Terbuat dari batu andesit berwarna abu-abu kehitam-hitaman, berukuran 82 cm x 30 cm x 5 cm (tinggi x lebar x tebal).
Aksara yang digunakan yaitu Aksara Kawi awal, pada abad 13 akhir menuju abad 14.
Prasasti ini berisikan tentang penganut Siwa yang dilarang untuk berpoligami.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar