PATI – Mondes.co.id | Lahan pertanian padi di Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati terserang organisme pengganggu tanaman.
Bahkan, tanaman padi yang ditanam petani, banyak yang diserang jamur.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Jaken, Endrawati menyampaikan bahwa sebagian tanaman padi terserang jamur, akan tetapi tidak terlalu parah.
Walaupun begitu, serangan jamur sangat memberikan dampak signifikan pada produktivitas padi.
Ia menambahkan, organisme pengganggu bukan hanya dari jamur, ada pula serangga yang muncul sewaktu cahaya bulan menyinari hamparan padi.
Oleh karena itu, petani sangat disarankan menanam pada tanggal tua.
“Jamur itu menyerang pada waktu keluar malai, sehingga yang diserang itu batang malai, jadi isinya semua kosong satu malai itu atau istilah pertaniannya beluk. Biasanya pas keluar malai itu menjelang saat bulan purnama, di mana kupu-kupu atau serangga keluar karena ada cahaya, makanya tanam diusahakan tanggal tua sesuai perhitungan keluar malai,” terangnya saat dihubungi Mondes.co.id, Rabu, 25 Juni 2025.
Akibatnya gabah pun kopong, sehingga kualitas dan kuantitas sangat signifikan dari adanya serangan hama dan gulma itu.
Namun, petani di Kecamatan Jaken tidak mudah menyerah, mereka setiap saat selalu mengondisikan lahan pertaniannya agar tetap produktif.
“Petaninya (di Jaken) semangat pantang menyerah, mereka siap kapan pun mengolah lahan dan melakukan aktivitas budi daya pertanian. Mengingat lahan sawah di Jaken ini tadah hujan, yang amat sangat menggantungkan pada curah hujan pada kebutuhan air,” ucap Endrawati.
Selain itu, faktor cuaca yang tidak sesuai prediksi, menjadi tantangan petani daerah itu.
Hujan lebat membuat penyerbukan padi terhambat, sehingga tidak membuahkan biji sesuai harapan.
“Ada juga padi yang kopong karena gagal penyerbukan, karena pas penyerbukan itu bertepatan hujan lebat. Jadi tidak bisa ketemu antara benang sari dan kepala putik, kemarin ada yang kopong karena gagal penyerbukan,” ungkapnya.
Menurutnya, harus ada evaluasi budi daya tanaman padi di wilayah binaannya dan mengedukasi kondisi geografis di Kecamatan Jaken.
Di lahan tadah hujan, pihaknya menekankan agar petani menanam padi berumur pendek agar segera lekas dipanen.
Selanjutnya, pemupukan dan pengendalian hama penyakit harus baik. Sedangkan, persoalan air menunggu datangnya rezeki dari Sang Ilahi.
“Yang dievaluasi budidayanya pada umur bibit dan terutama yang paling penting pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Untuk air berdoa dan ikhtiar,” tandasnya.
Sebelumnya, pada Minggu, 22 Juni 2025, petani di Kecamatan Jaken melaksanakan ubinan di Musim Tanam Kedua (MT 2). Pada ubinan tersebut menghasilkan 6,73 ton per hektar.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar