Cerita di Balik Demo Tolak RUU TNI, Mahasiswa UNNES Lebam Jadi Korban Represifitas Polisi

waktu baca 4 menit
Rabu, 26 Mar 2025 11:39 0 266 Singgih Tri

SEMARANG – Mondes.co.id | Beredar foto dan video kekerasan yang dilakukan oleh aparat ketika mengamankan aksi mahasiswa yang berlangsung
di Kota Semarang, hingga menyebabkan mahasiswa babak belur.

Aktivis mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), yang juga merupakan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UNNES, Kuat Nursiam mendapat perlakuan arogan dari aparat kepolisian ketika melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Kamis (20/3/2025) lalu.

Dalam rekaman video, tampak aparat dari unsur kepolisian merangsek ke mobil komando aksi untuk mengacak-acak mahasiswa yang menjadi otak
strategi gerakan mahasiswa tersebut.

Di situ, terdapat Kuat yang mendapatkan perlakuan berupa tendangan, tarikan, pukulan, bahkan dicekik oleh polisi yang mengamankan massa aksi.

“Ada aparat dari polisi ke mobil komando kemudian saya ditarik, dipukul, dicekik hampir jatuh dari mobil ke tanah. Dihantam sampai berdarah-darah. Sempat kena tendangan, lebam belum hilang-hilang,” ungkapnya ketika dikonfirmasi Mondes.co.id, Rabu (26/3/2025).

Ia menjelaskan bahwa koordinator lapangan (korlap) aksi, sopir, soundman, dan sejumlah mahasiswa diperlakukan kasar saat sedang mengomando massa yang berjumlah sekitar 700-an mahasiswa dalam aksi menolak Rencana Undang-Undang TNI (RUU TNI).

“Jadi posisinya di mobil komando, saya dinasimator, ada korlap, soundmand, sopir, dan kawan-kawan di dalam jaga. Ada lima orang ini kena semua, lima orang ini ditangkapi dan ditahan di Polrestabes Semarang, lima orang teman kena ancaman,” tegasnya saat ditanya melalui sambungan telepon.

Demi menggembosi gerakan, aparat tidak mengamankan berjalannya aksi dengan preventif, melainkan dengan cara represif, yang dibuktikan dengan membombardir pusat komando gerakan.

BACA JUGA :  Derby Muria Persiku vs Persijap Berakhir Seri 1-1

Pada saat itu, diungkapkan Kuat mencoba mengajak diskusi aparat yang memporak-porandakan mobil komando mahasiswa, tetapi aparat kepolisian tetap ganas hingga bertindak brutal melukai sejumlah mahasiswa. Tampak kondisi wajah Kuat hingga bercucuran darah akibat ulah arogan tersebut.

“Saya mencoba mempertahankan diri karena sopir kena, ditarik paksa pihak Polrestabes, mereka terus mengintimdasi saya. Saat itu massa sudah chaos berhamburan dengan polisi yang menyemprotkan water canon dan gas air mata,” imbuh mahasiswa Fakultas Teknik (FT) tersebut.

Ia menyayangkan tindakan dari aparat yang mengamankan massa aksi dengan perlakuan yang tak manusiawi, ia juga mengecam langkah oknum aparat Polrestabes Semarang yang bertindak asal pukul terhadap beberapa massa aksi yang menyuarakan aspirasi masyarakat.

Kejadian yang tak hanya terjadi sekali ini, menjadi sorotan dari masyarakat, karena dalam pengamanan massa aksi terdapat prosedur yang harus dipatuhi oleh aparat keamanan tanpa melalui kekerasan.

“Jelas tindakan ini nggak cuma hari ini saya dapatkan dengan teman-teman, bahkan di demo-demo sebelumnya saya dan kawan-kawan mendapatkan represifitas aparat. Aparat ini digaji masyarakat, jangan sampai ada tindakan kekerasan. Kami menyayangkan, sebenarnya aparat memihak ke siapa? Kita (sipil) dituduh provokator, kami ini mengangkat soal menolak RUU TNI lha yang jegal malah polisi,” urainya.

Di samping itu, posisi mahasiswa juga dilabeli sebagai provokator dalam setiap menyorot kebijakan pemerintah. Padahal mereka murni hanya berunjuk rasa menolak RUU TNI.

“Saat menertibkan massa aksi, polisi sudah belum menyesuaikan dengan aturan yang ada? Karena ada aturan menindak sesuai prosedur,” ucap Kuat.

Laporan ke Komnas HAM

Melawan tindakan ini, ia bersama aliansi mahasiswa se-Semarang melaporkan tindakan aparat kepolisian kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) agar menindaklanjuti ketegangan ini.

BACA JUGA :  Vaksinasi Polio Berlangsung, Sebanyak 128.526 Bocah di Pati jadi Sasaran

Pihaknya pun turut melakukan mitigasi dan advokasi terhadap kekerasan aparat ketika melangsungkan demo.

Pihak Lembaga Bantuan Hukum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBH/YLBHI) membersamai gerakan.

“Jangan diam, tetap lawan! Kita boom media atas tindakan aparat yang seperti ini. Kami bawa tuntutan ke Komnas HAM karena aparat menindak kami tidak sesuai aturan. Serta kami mendata berapa korban di Semarang, setelah itu kami laporkan secara kolektif seluruh Indonesia,” terangnya.

Ia juga menerangkan pasca demo, suasana diskusi di kampus menjadi sepi. Banyak intel-intel yang memata-matai ruang gerak mahasiswa termasuk dirinya di area Gunungpati.

Tidak cukup sampai di situ, identitas mahasiswa/mahasiswi yang vokal berdemo juga diselidiki oleh para intel hingga ke rektorat kampus, dengan dalih ingin bersilaturahmi ke sejumlah organisasi mahasiswa (ormawa).

“Yang saya alami trauma psikis karena nama saya jadi DPO (Daftar Pencarian Orang), aktivitas terbatas. Kemarin ada banyak intel maupun preman menyisir ke fakultas-fakultas, ada dari kepolisian, TNI, preman hingga menanyakan nama-nama mahasiswa ke rektorat, mereka stay bertahan dengan dalih silaturahmi dengan Ketua BEM UNNES,” bebernya.

Sembari berjuang untuk terus mengkaji kebijakan tersebut, Kuat melalukan cek kesehatan di klinik agar lukanya lekas sembuh.

Walau dipenuhi luka dan ancaman sana-sini, mahasiswa tetap teguh pada pendiriannya menjalankan amanah Reformasi 1998, yakni menentang adanya potensi kemunculan dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

“Sambil berobat ke klinik, saya tetap konsultasi ke teman-teman LBH, kemudian diskusi dengan para guru besar di berbagai kampus, karena gerakan ini merupakan menyuarakan amanah 1998. Yang mana UU TNI akan memunculkan dwifungsi ABRI, jangan sampai hidup kembali,” tegasnya.

Ia turut berpesan kepada seluruh masyarakat agar tetap berhati-hati dalam menyampaikan pendapat. Pasalnya, ia menilai bahwa pembungkaman dapat dilakukan oleh rezim dengan berbagai upaya.

BACA JUGA :  Program TMMD RTLH Desa Payak, 2 Rumah Rampung Dibangun

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini