KUDUS – Mondes.co.id | Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, pembelajaran coding kini menjadi keterampilan yang tak bisa diabaikan, bahkan untuk anak sekolah.
Para siswa mulai diajari bahasa pemrograman dengan cara yang menyenangkan dan interaktif, membuka pintu menuju dunia digital yang lebih luas.
Seorang pengajar coding asal Kabupaten Kudus ini menjalani peranannya untuk memberikan edukasi coding kepada anak-anak sekolah.
Bahkan, sejak usia Taman Kanak-Kanak (TK), coding bisa dimanfaatkan untuk mengasah logika berpikir dan kreativitas anak.
Hal itu dilakukan oleh Vira Oktaviana (25), yang kini aktif sebagai pengajar coding di salah satu lembaga pendidikan.
Perlu diketahui, materi pembelajaran Informatika di tingkat menengah sudah memasuki topik pemrograman.
Berangkat dari hal itu, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Informatika di daerahnya menggelar pelatihan coding.
Di situlah Vira mulai aktif memoles skill-nya di dunia pemrograman hingga menjadi pengajar coding yang mahir.
Vira mengajar coding secara online menerapkan nilai-nilai Islami dalam pembuatan animasi dan game.
Menggunakan Scratch, ia melatih murid memahami coding mulai dari dasar secara sederhana supaya mudah dimengerti.
“Saya mengajar coding secara online untuk anak-anak menggunakan Scratch dengan menerapkan nilai-nilai Islam, termasuk dalam pembuatan game dan animasi,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Selasa, 12 November 2024.
Pelaksanaannya, ia mengajarkan coding selama 30 menit pertama dengan materi, lalu 30 menit berikutnya praktik.
Siswa diberikan kesempatan untuk menampilkan hasil pekerjaannya dan setelahnya review bersama.
Materi yang diajarkan berupa logika pemrograman serta fitur-fitur Scratch.
Padahal awalnya, Vira tak menyukai coding, seiring berjalannya waktu dengan mengikuti berbagai pelatihan, ia pun tertantang mengasah kemampuan coding dari dasarnya.
Sehingga, Vira konsisten mempelajari coding dan mempelajari metode pengajaran ilmu pemrograman saat menjadi guru Informatika di SMP N 3 Bae.
Ia pun mengajari anak didiknya hingga berhasil meraih juara harapan III di perlombaan bidang tersebut.
“Selain itu, untuk melatih diri saya yang selama ini tidak menyukai coding untuk belajar menyukai dan memahami coding dari basicnya, karena coding untuk anak-anak akan diajarkan dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti, apalagi coding dapat mengasah logika, kreaitivitas, dan berpikir kritis. Lalu menjelaskan dengan mengaitkan coding dengan hal-hal yang relate dengan kehidupan anak-anak,” ungkapnya.
Menurutnya, berkecimpung di dunia coding menarik, karena dengan coding diajarkan caranya memecahkan masalah.
Mengajar coding bisa dilakukan secara virtual, seperti yang kerap ia laksanakan sebagai guru, sehingga Vira bisa mengajari murid dari manapun.
“Coding bisa berguna memecahkan masalah, maka dari itu, dari coding saya memahami pemrograman secara lebih utuh dan bisa mengajarkan anak-anak dengan bahasa yang mudah dipahami. Saya mengajar anak-anak di berbagai daerah dan negara, kapanpun dan dimanapun melalui Zoom,” ungkap wanita yang kini bekerja sebagai pengajar Islamic Coding di Edufic.
Sebagai informasi, ilmu dasar yang harus dikuasai untuk belajar coding adalah logika pemrograman, algoritma dan bahasa pemrograman.
Sebagai pengajar coding, dirinya mengelompokkan murid ke dalam dua tingkatan, yakni pertama usia 5 sampai 7 tahun, kedua 8 sampai 12 tahun.
Murid tersebut berasal dari domestik maupun mancanegara. Saat ini, ia memiliki 10 kelas aktif pada Senin sampai Sabtu.
Masing-masing dua kelas yang diajar mulai 16.00 sampai dengan 17.30 WIB, dan 18.30 hingga 19.30 WIB.
Perempuan lulusan S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) Universitas Negeri Semarang (UNNES) itu termotivasi untuk memperdalam ilmu coding di dunia pembelajaran, bahkan ia terinspirasi dari kurikulum dari United Kingdom (UK).
Di samping itu, ia aktif di jejaring antar guru-guru Pendidikan Informatika lainnya di tempat kerjanya sekarang.
“Motivasi saya memilih pekerjaan tersebut (pengajar coding) sebagai wadah saya belajar coding Scratch dengan kurikulum yang diadopsi dari UK, untuk diajarkan ke anak-anak didik saya di sekolah daerah. Melalui Edufic, saya juga ingin mendapat koneksi guru-guru informatika dari berbagai kampus di Indonesia maupun luar negeri,” ucap gadis yang kini melanjutkan studi program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Dara kelahiran Kudus, 8 Oktober 1999 itu mengungkap sejumlah tantangan menjalani profesi pengajar coding.
Terlebih, masalah teknis pengoperasian laptop dan Zoom yang masih mendominasi memperlambat pengajaran.
Serta kode-kode dalam Bahasa Inggris yang menjadi makanan sehari-hari, membuatnya ekstra keras membimbing anak didik.
“Beberapa siswa masih kesulitan mengoperasikan laptop maupun Zoom, sehingga menghabiskan waktu. Kemudian, tidak semua siswa memahami kode-kode dalam Bahasa Inggris, karena siswa berasal dari latar belakang daerah maupun negara yang berbeda,” tutur wanita penyabar itu.
Perjuangan tanpa lelah Vira mengajari anak-anak untuk melek dunia digital sangat berguna untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Ia membimbing anak dalam membuat project step by step.
“Kesulitan mengondisikan mood siswa, apalagi pembelajaran secara virtual untuk anak-anak sangat sulit dikondisikan. Permasalahan jaringan yang tidak stabil juga jadi tantangan,” ucapnya.
Uniknya, saat ia duduk di bangku sekolah dan pendidikan tinggi, sempat mengeluhkan coding karena bahasa pemrograman sangat membuatnya lelah.
Pasalnya, teori yang diajarkan terlalu abstrak sehingga sulit ia pahami.
Justru setelah aktif mengajar, ia baru menemukan metode yang cocok untuk memperdalam coding.
“Fun fact selama 3 tahun di SMK dan 6 tahun di kuliah saya tidak menyukai coding, karena guru/dosen mengajarkan pemrograman seperti hal abstrak yang sulit dipahami. Kemudian saya ikut pelatihan guru-guru dan mempelajari materi coding di Instagram, kemudian menemukan informasi lowongan pekerjaan dari Bapak Ario Muhammad, Ph.D, founder dari Edufic. Edufic salah satu lembaga yang menawarkan pelajaran Islamic Coding dengan kurikulum coding yang diadopsi dari UK dan nilai-nilai Islam yang diadopsi dari Al Azhar University Kairo, Mesir,” paparnya menceritakan pengalaman.
Tidak cukup di situ, ternyata Vira juga memiliki sejumlah prestasi selama mengenyam pendidikan. Antara lain Penulis Terbaik di FLS2N tingkat Nasional pada 2016 silam, kemudian Best Presentation Muria Essay Competition tingkat Nasional 2020.
Alumni SMKN 2 Kudus itu juga aktif sebagai volunter di Duta Damai BNPT RI Jawa Tengah, ia berperan berada Divisi Desain Komunikasi Visual (DKV). Lalu Vira juga sebagai fasilitator Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar