Tolak Keras Pabrik Semen di Kendeng, Warga: Banyak Ruginya!

waktu baca 4 menit
Kamis, 9 Mei 2024 08:49 0 1371 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Warga penolak pendirian pabrik semen yang direncanakan bakal bercokol di kawasan Pegunungan Kendeng, telah mengadakan pertemuan di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.

Mereka yang tergabung di Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) berkumpul tepat di tempat bersejarah perjuangan sedulur Kendeng, yakni Langgar Yu Patmi, pada kemarin petang.

Kegiatan tersebut perihal mengawal adanya Rapat Umum Pemegang Saham PT Indocement yang berlangsung di Jerman.

Forum tersebut merupakan tempat para pemegang saham mengambil keputusan penting, yang kewenangannya tidak diberikan kepada Dewan Direksi maupun Dewan Komisaris dalam batas yang telah ditentukan oleh Undang-undang dan/atau Anggaran Dasar.

Menurut Ketua JMPPK, Gunretno, agenda itu menjadi forum penting pengambilan keputusan ini, makanya perlu disikapi oleh JMPPK.

Sejumlah petani, aktivis, dan warga setempat pun ikut berkumpul mengikuti pembahasan itu, mereka datang dari Tambakromo, Kayen, dan Sukolilo.

“Kami berkumpul di Langgar Yu Patmi memohon kepada penanam saham pabrik semen di Pati supaya tidak dilanjutkan, karena pertanian kami sangat penting untuk dijaga demi menghidupi anak cucu kita semua,” ungkap Gunretno menyuarakan tuntutan utama pada kesempatan tersebut.

Rencana pendirian pabrik semen yang membentang dari Kecamatan Tambakromo hingga Kecamatan Kayen itu meresahkan warga yang tinggal di kawasan pegunungan kapur utara.

Mayoritas mereka bermata pencaharian sebagai petani, sehingga tidak rela bila kebutuhan pertanian seperti lahan dan air rusak.

“Kami secara tegas menolak pendirian pabrik semen di Tambakromo dan Kayen, kenapa? Karena akan kami, sudah merasakan dampak jika hutan di Kendeng di rusak, termasuk penggundulan hutan,” ucap Bambang Sutiknyo yang merupakan anggota JMPPK asal Desa Wukirsari, Kecamatan Tambakromo.

BACA JUGA :  BREAKING NEWS: Penemuan Mayat Wanita Tanpa Busana di Kembang Dukuhseti

Menurutnya, dampak kerusakan kawasan Pegunungan Kendeng sudah beberapa kali dirasakan oleh warga Kabupaten Pati, seperti banjir di Tambakromo dan Kayen.

Sebagai petani, ia tak rela melepas lahan yang diintai oleh pabrik semen, karena pertambangan dalam bentuk apapun mengancam kehidupan.

“Kami juga pernah merasakan dampak kerusakan di Kendeng, lihat saja kondisi Pasar Kayen beberapa waktu silam yang pernah banjir lebih dari satu bulan, itu baru penggundulan belum pertambangan besar. Kami seorang petani, lahan kami di dalam IUP (Izin Usaha Pertambangan), sehingga kami tidak akan melepas lahan kami agar kehidupan tidak terancam,” ucapnya.

Selain bencana yang dikhawatirkan datang, JMPPK juga khawatir akan datangnya kekeringan, bila penambangan semen terjadi di pegunungan yang berada di Pati bagian selatan itu.

Menurut salah satu aktivis JMPPK lainnya, Suharno, adanya pabrik semen akan menghilangkan sumber mata air di kawasan Pegunungan Kendeng, padahal air menjadi pemasok kebutuhan utama pertanian.

“Pekerjaan saya petani, kami menolak rencana pendirian pabrik Indocement di Pati karena sebagai petani kami butuh air. Rencana pendirian pabrik semen akan menghilangkan sumber mata air di Pegunungan Kendeng,” kata pria asal Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen tersebut.

Warga yang selama ini tinggal di Pegunungan Kendeng prihatin adanya informasi pembangunan pabrik semen.

Supaat, salah seorang warga Desa Beketel, Kecamatan Kayen, menuturkan kekecewaannya pada penambangan di daerah yang ia tinggali sejak kecil.

Ia memohon agar pendirian pabrik semen batal, karena ia ingin Pegunungan Kendeng tetap lestari.

“Sejak kecil hidup di Kendeng, saya prihatin sekali dengan wacana ini. Siapapun yang menanam saham disetop saja, tolong jangan dilanjutkan! Karena makhluk hidup di sini banyak sekali, kami manusia tugasnya melestarikan alam. Sehingga merusak alam adalah dosa besar,” tegasnya menggebu-gebu saat diwawancarai awak media.

BACA JUGA :  Cuaca Rembang Hari Ini: Hujan Mengguyur, Warga Diminta Waspada

Selain lingkungan, tatanan sosial masyarakat setempat berpotensi lenyap ketika lingkungan asri dengan nuansa pertanian berubah menjadi lokasi industri yang penuh kebisingan.

Artinya, kondisi kerusakan tidak hanya terjadi dari segi geologis saja, melainkan segi kultural juga akan terjadi seiring terjadinya eksploitasi wilayah tersebut.

“Kalau ada pabrik semen, apakah sesuai potensi daerah situ, kalaupun jadi maka kerugiannya apa saja yang nantinya berpotensi merusak kebudayaan? Saya tidak setuju karena banyak ruginya,” tandas Bagus, pemuda asal Desa Kedungwinong, Kecamatan Sukolilo yang ikut bersolidaritas bersama JMPPK.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini