PATI – Mondes.co.id | Gadis asal Kabupaten Pati ini di usia mudanya mampu jadi dosen di salah satu kampus negeri ternama di Indonesia, ia adalah Dina Nila Khusna (23). Di umur yang terbilang muda, dirinya menjadi seorang tenaga pendidik di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, sejak 2024.
Capaian tersebut bukan diperoleh secara instan oleh wanita asal Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Dirinya sangat aktif mengambil bagian di ranah akademik kampus tersebut, ia kerap menulis jurnal berkolaborasi dengan tenaga pendidik universitas tersebut.
Berkat relasi dan ketekunannya, akhirnya ia dipercaya menjadi bagian dari akademisi di UIN Walisongo Semarang. Diketahui, saat ini Dina menjadi seorang dosen muda di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip). Sungguh luar biasa!
“Sebagai dosen muda, tentu ada tips tersendiri yang saya lakukan, yakni dengan lebih sering kenal dengan sesama rekan dosen lalu membuat jurnal penelitian bersama atau tugas kampus yang lain. Misalkan proses akreditasi program studi (prodi) atau fakultas, terkadang relasi muncul dan bisa menjalani sebagai tenaga pendidik,” ungkapnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Senin, 26 Februari 2024.
Kontribusi Dina pada kegiatan akademik dilakukan sejak berkuliah S1 Ilmu Sosial, dilanjutkan menyelesaikan studi S2 Ilmu Agama Islam di kampus yang berada di daerah Ngaliyan, Kota Semarang itu.
Ia berhasil meraih titel sarjana atau S1 hanya 3,5 tahun dengan predikat wisudawan terbaik. Tak diduga, yang awalnya berkuliah di kampus yang tak diimpikan, ia justru melaluinya dengan cepat.
“Untuk tips ketika ingin lulus cepat (kurang dari 4 tahun) di S1 tentu tidak boleh ada mata kuliah yang belum diambil. Ketika mengerjakan tugas akhir biasanya saya sehari harus menghasilkan minimal tiga sampai lima lembar dengan konsisten supaya dalam jangka waktu sebulan bisa memenuhi target. Saya memiliki niat untuk lulus di semester 7. Dan proses demi proses dilalui, alhamdulillah terwujud selesai di semester 7, hingga mendapat beasiswa kuliah S2,” katanya.
Padahal melangsungkan pendidikan tinggi di kampus UIN Walisongo bukan menjadi tujuannya sejak awal. Lambat laun, ia menikmati berkuliah di universitas naungan Kementerian Agama (Kemenag) itu berkat usahanya yang tak pernah lelah belajar serta melakukan riset.
“Tidak ada yang kebetulan. Tahun 2018 saya ditolak salah satu universitas pilihan saya. Perasaan marah, kecewa, tidak terima seakan bercampur jadi satu, dan ketika saya resmi lolos di UIN Walisongo Semarang, kira-kira hampir 1 semester perkuliahan saya belum bisa menerima. Berjalan hampir 2 semester, saya mulai menemukan keahlian yaitu meneliti sosial lingkup masalah keluarga. Jadi ketika dulu S1 tiap semester harus melakukan penelitian dan diakhir perkuliahan akan dipresentasikan,” jelas wanita alumni SMA Negeri 1 Kayen tahun 2018 itu.
Pasca lulus sarjana, dirinya memperoleh beasiswa kuliah S2 dari almamater tercinta. Dengan bekal itu, dirinya melanjutkan studi magister dengan biaya yang ditopang sendiri plus beasiswa. Sebagai lulusan terbaik dengan predikat cumlaude memang memperoleh beasiswa lanjutan. Meski Dina awalnya tak berminat kuliah S2, atas dorongan keluarga kesempatan itu tidak disia-siakan, sehingga mengarahkannya mengenyam pendidikan lagi. Pengalaman tersebut menjadi sangat berkesan baginya.
“Pengalaman yang paling berkesan kesempatan beasiswa S2 yang diberikan oleh UIN Walisongo kepada saya. Dengan menjadi wisudawan terbaik dan nilai alhamdulillah cumlaude, saya bisa melanjutkan S2 padahal awalnya tidak pengen. Tentu dengan motivasi keluarga, kedua orang tua, dan dekan FISIP, saya mangambilnya. Mungkin buat orang lain S2 itu mudah, tapi tidak bagi saya, walaupun berat karena harus berkuliah dengan ongkos hidup pribadi yang ditunjang oleh beasiswa,” ungkapnya.
Hebatnya, Dina mampu lulus S2 Ilmu Agama Islam hanya 3 semester dengan tesis terbaik pada 2023. Tak lama setelah itu, dirinya dipercaya sebagai seorang dosen berstatus magang di UIN Walisongo. Lebih lanjut, pada Februari 2024 ini dirinya mengikuti pembukaan lowongan dosen di semester genap.
“Kurang lebih 5 tahun saya menyelesaikan studi di S1 dan S2, karena di S2 ini saya menyelesaikan kuliah selama 3 semester saja berkat motivasi saya lulus cepat. Untuk perkuliahan di S2 saya juga tetap menerapkan sistem seperti ketika S1 dulu. Bedanya di S2 lebih sering baca jurnal untuk tambahan referensi ketika menyusun tugas akhir. Tidak lupa jurnal yang berbahasa asing supaya melatih bahasa juga,” tutur wanita kelahiran Pati, 21 Mei 2000.
Dina bangga mendedikasikan diri untuk UIN Walisongo, ia punya target melanjutkan kuliah S3.
“Alhamdulilah sekarang bisa menjadi dosen mengabdi di UIN Walisongo. Tentunya ke depan ingin melanjutkan studi doktor. Keberhasilan tidak akan datang di awal, akan tetapi hamba-Nya lah yang harus menjemput keberhasilan itu,” ujar perempuan yang menyukai penelitian sosial.
Sebagai informasi, Dina merupakan seorang gadis yang hidup dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya tak pernah merasakan pendidikan tinggi seperti anaknya. Akan tetapi, orang tuanya tidak membatasi pendidikan, sehingga ditanamkanlah sikap maju dan berusaha tanpa harus diperintah.
“Saya dilahirkan dari ayah yang hanya seorang petani dan ibu yang hanya mengurus rumah tangga. Selama 23 tahun sekarang orang tua tidak pernah satu kali pun menyuruh saya untuk belajar karena dari kecil orang tua menanamkan kepada diri saya ketika saya ingin maju harus berusaha tanpa harus diperintah orang lain. Bisa dibilang saya cukup konsisten dalam mengerjakan sesuatu dan lumayan ambisius ketika saya ingin maju,” tegas Dina ketika mengulas latar belakangnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar