PATI – Mondes.co.id | Batik tulis adalah kain bergambar yang dibuat secara manual oleh tangan manusia dengan penuh ketelitian serta kehati-hatian. Bahkan, pembuat batik tulis ini harus mempunyai kesabaran tingkat tinggi untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Hal ini lantaran batik tulis adalah salah satu karya seni yang paling mahal harganya, di antara batik-batik jenis lainnya di pasaran. Mengingat betapa rumit proses serta pembuatannya.
Yuni Astuti, salah satu pembuat batik tulis asal Desa Bumirejo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati menceritakan bahwa untuk membuat batik tulis, tidak hanya sekedar menggambar saja.
Dirinya juga harus tahu jenis bahan kain, serta komposisi yang pas untuk menghasilkan produk batik unggulan.
Ia mengatakan, batik tulis unggulan adalah yang berbahan kain sutra karena mempunyai daya jual tinggi dan bisa dikatakan yang termahal dari seluruh kain batik yang ada di dunia.
“Kain batik tulis sutra ini bisa menjadi yang termahal di dunia,” ujarnya, kemarin.
Kombinasi kain sutra yang ia padukan dengan goresan lilin menggunakan jari lentik secara manual tanpa mesin, akan menghasilkan keindahan seni bagi mata para penikmat.
Bahkan, batik tulis sutra ini diburu oleh kalangan eksekutif untuk menunjukkan bahwa kain batik sutra memiliki kualitas di atas rata-rata.
Sembari meniup canting (alat batik), Yuni bercerita jika proses pembuatan batik tulis membutuhkan waktu hingga satu bulan pengerjaan.
Hal itu lantaran kain sutra membutuhkan perlakuan, serta teknik khusus sebelum digoreskan lilin batik.
Sebelum mulai membatik kain sutra, wanita berkerudung ini menggambar pola di atas kain terlebih dahulu dengan pensil.
Proses selanjutnya adalah menutupi pola gambar dengan lilin malam (wax) sebagai proses pelapisan lilin pada pola ini, agar bagian pola yang terkena lilin malam akan tetap berwarna putih.
Tehnik ini perlu konsentrasi tingkat tinggi, karena lilin malam mudah terbakar jika bersentuhan dengan api, maka dari itu harus menggunakan api ukuran kecil.
Setelah proses pelapisan lilin malam selesai, proses selanjutnya adalah mencelup kain dengan bahan pewarna.
Teknik pencelupan banyak dipakai karena praktis dan proses pewarnaan cenderung merata ke seluruh kain. Lalu setelahnya kain dijemur hingga kering.
“Setelah kering, lakukan proses pelapisan lilin malam seperti awal tadi,” Jelasnya.
Kegunaan pelapisan lilin yang kedua ini dikatakannya untuk menutupi bagian yang berwarna muda untuk tetap dibiarkan apa adanya.
Proses pencelupan kedua hingga seterusnya ini dilakukan berulang-ulang untuk menghasilkan warna yang dikehendaki.
Ia kembali bercerita, jika masing-masing wilayah sentra pembuatan batik tulis di Indonesia memiliki karakter pola yang berbeda di dalam pembuatan batik tulis.
Untuk wilayah Yogyakarta biasanya mempunyai pola gambar abstrak statis, sedangkan untuk daerah pesisir seperti Juwana hingga ke Madura kebanyakan berpola binatang.
“Untuk daerah pesisir utara biasanya menyukai pola bergambar binatang atau tumbuhan dan memiliki ciri khas warna-warna yang berani,” Pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar