PATI-Mondes.co.id| Wisata Mina Mangrove yang sempat membuat heboh masyarakat di media sosial di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, kini tinggal sebuah kenangan. Pasalnya, tempat wisata dengan desain yang menyerupai Maldives Island ini adalah sebuah tempat wisata mewah orang berduit.
Keseriusan Pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui bidang pariwisata diperdesaan merupakan sebuah terobosan luar biasa. Hal ini sebagai bentuk terwujudnya desa mandiri, yang bisa mngelola keuangannya dengan melibatkan pengelolaannya melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Kala itu, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan bantuan, dan berharap bisa mengembangkan destinasi wisata. Pada Oktober 2020, wisata mangrove resmi dibangun dengan anggaran Rp 1.050.000.000 saat itu, dikerjakan oleh CV. Sosrobahu Indo Perkasa.
Selain mendapat bantuan dari KKP, bantuan provinsi (Banprov) sebesar Rp 500.000.000 juga didapat saat itu. Namun tidak diketahui jenis kegiatannya. Yang terlihat saat ini bangunan tersebut sudah porak poranda karena faktor alam, pada bulan Mei 2021 lalu.
Dari informasi yang dihimpun awak media, rusaknya akses jalan menuju tempat wisata dan robohnya sebagian jalur tracking dan gasebo selfie menjadi kendala. Dan menjadikan pengunjung malas untuk ketempat tersebut sekarang.
“Dulu ketika baru jadi saya akui sangat sangat indah wisata disini. Tetapi karena faktor alam dapat merusak sebagian tempat wisata tersebut. Informasinya bangunan dihantam ombak dan langsung roboh. Yang disayangkan, mosok pembagunan tidak diperhitungkan dulu, kan buang-buang anggaran saja kalau kayak gini,” ucap Matcik pengunjung wisata, saat ditemui wartawan. Pada, Kamis (23/12/2021).
Sementara kelompok pengelola tempat wisata itu, Suwondo menjelaskan, untuk akses jalan menuju tempat wisata memang dari dulu sudah rusak. Kerusakan terjadi karena adanya pembangunan proyek Desa Wisata Mina Mangrove Tunggulsari. Hanya saja jalur tracking dan gasebo selfie rusaknya karena faktor alam pada bulan Mei 2021 lalu hingga saat ini.
“Kami semua juga ikut prihatin mas, karena saat itu juga ikut memperjuangkan keberadaan wisata di sini. Waktu pertamanya tempat ini ramai pengunjung, bahkan bisa mendongkrak perekonomian warga desa. Sekarang mas bisa lihat sendiri kondisi jalur tracking dan gasebo selfie. sekarang nampak tidak terurus dan rusak,” ungkap Wondo salah satu pengelola.
Dirinya menambahkan, sepinya pengunjung karena banyak bangunan yang rusak. Padahal usia bangunan kala itu baru berumur 5 bulan. Hal ini bisa dilihat dari peresmian di awal Tahun 2021 dan rusak di bulan Mei 2021. Pihaknya berharap ada perhatian dari pemerintah.
“Soal bangunan, silahkan tanyakan kepada pelaksana kegiatan, saya tidak mudeng. Setau saya pihak desa tidak mengetahui penghitungan keseluruhan spek bangunan. Desa hanya dilibatkan untuk tenaganya, itupun tidak semua hanya beberapa warga saja,” tandasnya.
Dirinya mengharapkan, kepada Pemerintah Pusat atau Instansi terkait, supaya Desa Wisata Mina Mangrove Tunggulsari bisa diperbaiki kembali seperti dulu lagi. Mengingat potensi wisatanya luar biasa dan bisa mendatangkan pendapatan desa dari sektor wisata, walau Bumdes Jaya Sari yang ditunjuk sebagai pemgelola.
(Dn/Mondes)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar