PATI – Mondes.co.id | Puncak musim penghujan sedang tiba, tepatnya sejak Desember sampai dengan Februari ini.
Imbasnya, sejumlah nelayan batal berlayar pada masa-masa seperti ini, lantaran kondisi cuaca yang sedang kurang bersahabat.
Di samping itu, air laut yang pasang menyebabkan gelombang membesar dan meninggi, sehingga dikhawatirkan menerjang kapal-kapal nelayan.
Kondisi ini dirasakan oleh sebagian besar nelayan, termasuk nelayan dari Kabupaten Pati.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Taryadi mengatakan bahwa nelayan akan berlayar menunggu kondisi cuaca di lautan memungkinkan untuk dilalui.
Menurut prediksinya, para nelayan kapal besar maupun kapal kecil akan kembali berlayar pada April 2025, atau setelah Hari Raya Idulfitri.
“Bagi nelayan yang belum berangkat, akan berangkat setelah lebaran menunggu cuaca normal. Mereka nanti menunggu keberangkatan setelah hari raya (Idulfitri) maupun setelah sedekah laut,” ujarnya saat dihubungi Mondes.co.id, Sabtu, 1 Februari 2025.
Sebagai ciri khas pesisir, masyarakat setempat sering mengadakan tradisi sedekah laut.
Momentum itu, menjadi penanda bahwa masyarakat yang bermata pencaharian nelayan, memohon keselamatan dan berterima kasih kepada laut atas keberkahan yang dilimpahkan kepada mereka.
Sehingga, usai sedekah laut para nelayan berlayar dengan tenang.
Perlu diketahui, musim penghujan di akhir tahun dan awal tahun, menjadi tantangan bagi nelayan khususnya di Kabupaten Pati.
Bahkan, sebagian besar menunda berlayar karena takut pada ganasnya ombak dan terpaan angin.
Oleh karena itu, terlihat berderet kapal yang terparkir di muara sungai.
“Jadi makanya kondisi sungai di muara sekarang banyak terparkir kapal-kapal di sepanjang sungai. Mereka nanti menunggu keberangkatan setelah lebaran maupun setelah sedekah laut,” ungkapnya.
Menurut Taryadi, ada ribuan nelayan di Kabupaten Pati, beberapa di antara mereka tidak dapat berlayar lantaran gelombang tinggi dan cuaca kurang bersahabat.
Demi keselematan mereka, nelayan yang masih di darat menunda keberangkatan berlayar, sedangkan bagi nelayan yang telah melaut, menunda berlayar untuk berlabuh ke daratan.
“Jumlah nelayan kecil sekitar 2.200 nelayan, namun tidak sampai separuh dari mereka tidak dapat berlayar karena gelombang tinggi dan cuaca kurang bersahabat, karena rawan sekali untuk keselamatan nelayan di laut. Sementara, di saat cuaca kurang bersahabat, mereka nelayan besar masih berlindung di pulau-pulau menunggu cuaca membaik untuk berlabuh,” terangnya.
Untuk nelayan yang sudah melaut, mereka dikabarkan akan kembali berlabuh pada akhir Maret sekitar akhir Ramadan atau menjelang Hari Raya Idulfitri.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar