Tradisi Meron Sukolilo Meriahkan Momentum Maulid Nabi

waktu baca 4 menit
Sabtu, 6 Sep 2025 17:03 0 51 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Tradisi Meron dipertunjukkan untuk memeriahkan momentum lahirnya Rasulullah Muhammad SAW. Tradisi Meron ini menjadi acara adat yang erat kaitannya dengan Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.

“Meron merupakan sebuah tradisi yang latar belakangnya dalam rangka Maulid Nabi, wujud Maulid Nabi tertuang dalam kegiatan Tradisi Meron yang sudah berlangsung ratusan tahun. Dan 2025 ini ada bermacam kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia,” terang Shoban Rahman selaku Ketua Panitia Tradisi Meron, saat diwawancarai Mondes.co.id, Sabtu, 6 September 2025.

Ia menyampaikan, Tradisi Meron kali ini dimulai pada 2-6 September 2025.

Di tahun 2025, Meron Sukolilo mengusung tema ‘Nguri-Uri Lan Nyawiji’ yang menampilkan berbagai kegiatan.

Di antaranya meliputi Khataman Qur’an Bil Ghoib, kemudian Manaqib dan Istighosah Al Khidmah di Masjid Baitul Yaqin pada Selasa, 2 September 2025.

“Dibuka Khataman Qur’an Bil Ghoib, terus istighosah bersama 1.500 jemaah Al Khidmah. Dilanjutkan sunat massal diikuti oleh warga yang punya putra ingin bergabung,” ujarnya.

Berlanjut, Kamis, 4 September 2025 ada sunat massal di Gedung Haji Kecamatan Sukolilo.

Lalu, Buka Luwur dan Pengajian Umum Haul Simbah Khulmak dan Pendowo Limo di Makam Gedong Pendowo Limo Sanggrahan.

Berikutnya kemeriahan semakin megah ketika berlangsung Meron Culture Carnival di Jalan Raya Sukolilo dan Karnaval Pendopo Limo di Jalan Sanggrahan-Tengahan pada Jumat, 5 September 2025 mulai pagi sampai siang.

Di malam harinya, kemeriahan mulai larut dalam acara Ulan-Ulan Night Carnival di Jalan Raya Sukolilo.

BACA JUGA :  Eks-Kawedanan Jakenan Dapat Bantuan Zakat Uang dari Kemenag Pati

Pada 5 September 2025 inilah Jalan Pati-Grobogan sudah mulai ditutup untuk kendaraan roda empat.

Karnaval mulai berlangsung dengan menampilkan berbagai pentas seni dari berbagai kelompok dan unsur, mulai dari lembaga pelatihan, satuan pendidikan, instansi daerah, dan kelompok masyarakat dengan kreativitasnya.

“Jumat ada karnaval diikuti oleh seluruh perdukuhan, RT (Rukun Tetangga), instansi seperti Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), sekolah seperti TK (Taman Kanak-Kanak), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Jumlah peserta di tahun ini 25 peserta, karena tahun 2024 itu 55 peserta ternyata selesainya sampai jam 13.00 WIB, sehingga karena ini tibanya Jumat kita potong separuhnya,” papar Shoban.

Dari 9 perdukuhan Desa Sukolilo, terdapat 25 penampil dalam karnaval ini.

“Sedangkan, Karnaval Pendopo Limo berlangsung di perdukuhan atas. Kalau yang tadi di perdukuhan bawah, seperti karnaval biasa dalam rangka Maulid Nabi,” sambungnya.

Lebih lanjut, pada malamnya ada Ulan-Ulan Night Carnival atau sebuah atraksi menyerupai barongsai naga yang diarak.

Menurut Shoban, Ulan-Ulan Night Carnival kali ini diikuti 6 kontestan.

“Jumat malam puncak keramaian, jalanan ini tidak bisa dilalui kanan-kiri, ada Festival Ulan-Ulan. Kegiatan tradisi di Meron Sukolilo yang menampilkan seperti ular, makanya namanya Ulan-Ulan,” ungkapnya.

Dalam setiap penyelenggaraan serangkaian Meron, Festival Ulan-Ulan jadi momentum paling ramai.

Bahkan, pengunjung yang datang bukan hanya dari Kabupaten Pati saja, melainkan juga dari luar kota.

Ia mengaku jika setiap Meron digelar, pengunjung dari Kabupaten Grobogan, Blora, Rembang, dan Kudus rela menyempatkan ke Desa Sukolilo menyaksikan riuhnya Meron tiap setahun sekali.

“Ada 6 kontestan, walaupun 6 kontestan pengunjung jauh lebih besar daripada hari ini. Panitia melakukan tracking di setiap titik bersama berbagai unsur keamanan, melibatkan kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Linmas (Perlindungan Masyarakat), dan Banser (Badan Ansor Serbaguna),” tuturnya.

BACA JUGA :  Banyak Pengangguran, DPRD Pati Pesan Pemkab Tingkatkan Lapangan Kerja

Tepat hari ini, Sabtu, 6 September 2025 di hari terakhir pelaksanaan Meron digelarlah Gebyar Sultan Agung pada pukul 07.00 WIB.

Kemudian, Upacara Adat Meron Sukolilo pada pukul 12.00 WIB, tepatnya di Jalan Raya Sukolilo dan Halaman Masjid Baitul Yaqin.

“Hari ini puncak ada dua kegiatan, dari Gebyar Sultan Agung diikuti semua siswa, dan puncaknya siang pukul 12.00 WIB itu yang dinamakan ‘Meron’, bawa gunungan. Yang menarik ada berbagai makanan, siapa yang mengambil diyakini berkah, rejekinya gampang,” jelas Shoban.

Sebagai informasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan Meron sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) pada tahun 2016.

Tradisi ini juga mendapat hak Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

“Yang perlu kita ketehui, Meron diakui Kemendikbudristek dan dapat sertifikat WBTb, dan dapat pengakuan dari Kemenkumham dalam hak KIK. Daya tarik Meron ini sudah nasional, bahkan orang Sukolilo yang punya saudara luar kota seperti Semarang, Bekasi, Jakarta rela datang ke sini hanya demi melihat Tradisi Meron,” papar Shoban.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini